Al-qur’an sebagai mana yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad saw, di zamannya
tidak terlalu banyak masalah yang terjadi, bai dari sudut pembacaan maupun pemahaman isi
kandungannya. Jika seorang sahabat tidak mengertimasalah-masalah Alqur’an maka dapat
berkonsultasi pada nabi Muhammad saw, secara langsung isi kandungan alqur’an di jelaskan
oleh nabi saw, melalui sunahnya, sedang cara pelafalan di tentukan berdasarkan “ Tauqifi”
yakni bacaan sebagaimana yang diajarkan rasullullah saw.
Sekalipun pada zaman rasullullah dan Khulafaur Rasyidin Alquran belum bertitik dan
bersyakal, namun para shabat Nabi belum mendapatkan kesulitan membacanya, tetapi setelah
wilayah islam meluas dan pengikutnya semakin banyak menjadikan timbul beberapa kasus
terutama bagi orang-orang araby (orang pedalaman).
Pada zaman khalifah Abu Bakar Alqur’an sudah terhimpun dalam satu mushaf walaupun
antara mushaf satu dengan yang lain berbeda, tapi setelah masa Usman bin Affan sudah
mulai dirintis sestematika Alquran secara terpadu sehinga semua mushaf yang ada berurutan
sama. Jika pada zaman ini terjadi perselisihan maka yang dijadikan standar bacaan adalah
dialek suku Quraisy, sebab Alquran diturunkan menurut dialek mereka.
Pelopor utama perbaikan teknis tulisan alqur’an dilakukan oleh Abu Aswad Ad-Dauli atas
nasehat Ali bin Abi Thalib, karena jasa beliau Alqur’an sekarang ini sudah bertitik dan
berharakat. Tanda baca alqur’an yang dibuat menggunakan tinta yang berlainan warnanya,
titik diatas untuk fathah, titik dibawa untuk kasrah, titik disebelah kiri atas untuk dhommah
dan dua titik untuk tanwin.
Saat Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah, tanda baca yang digunakan Abu Aswad Ad-
Dauli tersebut disempurnakan oleh Nashir bin Ashim dan Yahya bin Aa’mar dengan
menambah tanda-tanda untuk huruf-huruf yang bertitik dengan tinta sama dengan tulisan
Alqur’an. Hal ini berlaku dimasa Bani Umayah dan awal Bani Abbasiyah.
Kemudian Al-khalil mengambil inisiatif membuat tanda-tanda baca baru, yaitu huruf wau
kecil ( ) di atas untuk Dhommah, huruf alif kecil ( ) di atas untuk Fathah, huruf ya’
kecil ( ) di bawah untuk Kasroh, kepala huruf sin ( ) untuk tanda Tasydid, dan
kepala ha’ ( ) di atas untuk Sukun dan kepala ‘ain ( ) untuk Hamzah. Tanda-tanda
tersebut disederhanakan sehingga menjadi seperti tanda-tanda baca yang ada sekarang.
C. Bentuk-bentuk tanda baca
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sejarah tersebut, maka tanda baca huruf-huruf
hijaiyah terdapat 5 macam, yaitu :
Wawu dan
‘Ain dan
Huruf Cara
Ha’ dan
Fathah
Fathah
Fathah
Kasrah
Kasrah
Kasrah
Dhommah
Dhommah
Tanda
Tanda
Sampai disini dulu pembahasan tentang Tanda baca huruf Hijaiyah yang meliputi harakat
tanwin, fathah, kasrah, dhommah, dhommatain, sukun, tasydid, mad/tanda baca panjang, dan
lain-lain yang disertai dengan contohnya. Mudah-mudahan dapat dipelajari dan dimengerti
bagi kita semua, amin.