Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH USHUL FIQH (INDIVIDU)

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH

DISUSUN OLEH

ADI TIANSA 1820104071

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2018/2019

i
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagaimana ilmu-ilmu keagamaaan dalam islam ilmu ushul fikih tumbuh dan
berkembang dengan tetap berpijak pada al-quran dan sunnah tidak timbul dengan sendirinya,
tetapi benih-benihnya sudah ada sejak zaman rassullulah dan sahabat. Ushul Fikih berasal
dari bahasa arab Ushul Al-fiqh yang terdiri dari dua kata, yaitu Al Ushul dan Al-fiqh. Masing-
Masing kata itu mempunyai pengertian tersendiri.Kata pertama, Al Ushul adalah jamak
(plural) dari kata al-ashl, menurut bahasa berarti..‫ ميبني عليله غيره‬landasan tempat membangun
sesuatu. Kata kedua, Al-fiqh yang membentuk Ushul Al-fiqh adalah kata Al-fiqh menurut
bahasa berarti pemahaman.

Kasus yang umum dikemukakan mengenai ijtihad adalah penggunaan ijtihat yang
dialakukan oleh Mu’adz ibnu jabal ( abu daud, IX, 509). Sebagai konsekuensi dari ijtihad ini
adalah qiyas, karena penerapan ijtihad dalam perseolan-perseolan yang bersifat juz’iya harus
dengan qiyas. Pada masa tabi’in, cara meng-istinbat hukum semakin berkembang di antara
mereka ada yang menempuh metode maslalah atau metode qiyas disamping berpegang pula
pada Fatwah sahabat sebelumnya. Pada masa tabi’in mulai tampak perbedaan mengenai
hukum sebagai konsekuensi logis dari perbedaan metode yang digunakan para ulama.

Sejak zaman nabi, sahabat, tabi’in sesudahnya pemikiran hukum islam mengalami
perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum terbukukan dalam satu
tulisan yang sistematis. Dengan kata lain belum terbentuk sebagai suatu disiplin ilmu
tersendiri. Pertumbuhan ushul fikih tidak terlepas dari perkembangan hukum isalam sejak
zaman rasullulah SAW. Samapi pada zaman tersusunya ushul fikih sebagai salah satu bidang
ilmu pada abad 2 hijriah. Di zaman rasullulah SAW . sumber hukum hanya ada dua yaitu
alquran dan sunnah. Apabila ia muncul suatu kasus, rasullah SAW menunggu turunya wahyu
yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tida turun, maka beliau menetapkan
hukum kasusu tersebut melalui sabdanya, yang kemudian dikenal dengan hadis atau sunnah.

1
PEMBAHASAN

Sejarah Pertumbuhan Ushul Fiqh

Ushul fiqh ini sebenarnya sudah ada semenjak masa Rasulullah SAW.


‘’Mengenai Ushul Fiqh , ilmu ini lahir sejak abad ke-2 Hijriah. Ilmu ini, pada abad pertama
Hijriah memang tidak diperlukan lantaran keberadaan Rasulullah SAW masih bisa
mengeluarkan fatwa dan memutuskan suatu hukum berdasarkan ajaran al-Qur’an dan Sunnah
yang di ilhamkan kepada beliau.Tahapan-tahapan Perkembangan Ushul Fiqh

1. Tahap awal (abad 3H)

Pada abad 3 H di bawah pemerintahan Abassiyah wilayah Islam semakin meluas


kebagian timur, khalifah-khalifah yang berkuasa dalam abad ini adalah : Al-
Ma’mun(w.218H), Al-Mu’tashim(w.227H), Al Wasiq(w.232H), dan Al-Mutawakil(w.247H)
pada masa mereka inilah terjadi suatu kebangkitan ilmiah dikalangan Islam yang dimulai dari
kekhalifahan Arrasyid. salah satu hasil dari kebangkitan berfikir dan semangat keilmuan
Islam ketika itu adalah berkembangnya bidang fiqh yang pada giliranya mendorong untuk
disusunya metode berfikir fiqih yang disebut ushul fiqh.1

Seperti telah dikemukakan, kitab ushul fiqh yang pertama-tama tersusun seara utuh dan
terpisah dari kitab-kitab fiqh ialah Ar-Risalah karangan As-Syafi’i. kitab ini dinilai oleh para
ulama sebagai kitab yang bertnilai tinggi. Ar-Razi berkata “kedudukan As-Syafi’i dalam
ushul fiqh setingkat dengan kedudukan Aristo dalam ilmu Manthiq dan kedudukan Al-Khalil
Ibnu Ahmad dalam ilmu ‘Arud”.

Ulama sebelum As-Syafi’i berbicara tentang masalah-masalah ushul fiqh dan


menjadikanya pegangan, tetapi mereka belum memperoleh kaidah-kaidah umum yang
menjadi rujukan dalam mengetahui dalil-dalil syari’at dan cara memegangi dan cara
mentarjihkanya, maka datanglah As-Syafi’i menyusun ilmu ushul fiqih yang merupakan
kaidah-kaidah umum yang dijadikan rujukan-rujukan untuk mengetahui tingkatan-tingkatan
dalil syar’i, kalaupun ada orang yang menyusun kitab ilmu ushul fiqh sesudah As-Syafi’i,

1
Satria Efendi. Ushul Fiqh. (Jakarta. Preandamedia Group, 2005). Hlm. 30

2
mereka tetap bergantung pada Asy-Syafi’i karena As-Syafi’ilah yang membuka jalan untuk
pertama kalinya.(Ahmad Amin, II : 227-229)

Selain kitab Ar-Risalah, pada abad 3 H telah tersusun pula sejumlah kitab ushu fiqh
lainya. Isa Ibnu Iban(w.221H\835 M) menulis kitab Itsbat Al-Qiyas. Khabar Al-Wahid,
Ijtihad Ar-ra’yu, Ibrahim Ibnu Syiar Al-Nazham (w.221H\835M) menulis kitab An-Nakl dan
sebagainya.2

2. Tahap perkembangan (abad 4 H)

Pada masa ini abad (4H) merupakan abad permulaan kelemahan Dinasty Abbasiyah
dalam bidang politik. Dinasty Abasiyah terpecah menjadi daulah-daulah kecil yang masing-
masing dipimpin oleh seorang sultan. Namun demikian tidak berpengaruh terhadap
perkembangan semangat keilmuan dikalangan para ulama ketika itu karena masing-masing
penguasa daulah itu berusaha memajukan negrinya dengan memperbanyak kaum intelektual.

Khusus dibidang pemikiran fiqh Islam pada masa ini mempunyai karakteristik
tersendiri dalam kerangka sejarah tasyri’ Islam. Pemikiran liberal Islam berdasarkan ijtihad
muthlaq berhenti pada abad ini. Mereka mengangagap para ulama terdahulu mereka suci dari
kesalahan sehingga seorang faqih tidak mau lagi mengeluarkan pemikiran yang khas,
terkecuali dalam hal-hal kecil saja, akibatnya aliran-aliran fiqh semakin mantap
eksistensinya, apa lagi disertai fanatisme dikalangan penganutnya. Hal ini ditandai dengan
adanya kewajiban menganut madzhab tertentu dan larangan melakukan perpindahan
madzhab sewaktu-waktu.

Namun demikian, keterkaitan pada imam-imam terdahulu tidak dapat dikatakan taqlid,
karena masing-masing pengikut madzhab yang ada tetap mengadakan kegiatan ilmiah guna
menyempurnakan apa yang dirintis oleh para pendahulunya dengan melakukan usaha antara
lain:

1) Memperjelas ilat-ilat hukum yang di istinbathkan oleh para imam mereka mereka
disebut ulama takhrij
2) Mentarjihkan pendapat-pendapat yang berbeda dalam madzhab baik dalam segi
riwayat dan dirayah.
3) Setiap golongan mendukung madzhabnya sendiri dan mentarjihkanya dalam berbagai
masalah khilafiyah. Mereka menyusun kitab al-khilaf, yang didalamnya diungkapkan
2
Sapiudin shidiq, Ushul fiqh ( Jakarta, Prenada Media group, 2011) hlm 10

3
masalah-masalah yang diperselisihkan dan mentarjihkan pendapat atau pendirian
madzhab yang dianutnya.
4) Akan tetapi tidak bisa di ingkari bahwa pintu ijtihad pada periode ini telah tertutup,
akibatnya dalam perkembangan fiqh Islam adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan para ulama terbatas terbatas dalam menyampaikan apa yang telah
ada, mereka cenderung hanya mensyarahkan kitab-kitab terdahulu atau
memahami dan meringkasnya.
b. Menghimpun masalah-masalah furu’ yang sekian banyaknya dalam uaraian
yang singkat.
c. Memperbanyak pengandaian-pengandaian dalam beberapa masalah
permasalahan.

Keadaan tersebut sangat jauh berbeda di bidang ushul fiqh. Terhentinya ijtihad dalam
fiqh dan adanya usaha-usaha untuk meneliti pendapat-pendapat para ulama terdahulu dan
mentarjihkanya justru memainkan peranan yang sangat besar dalam bidang ushul fiqh.
(Rahmat Syafi’I, 1998: 32-35).

Sebagai tanda berkembangnya ilmu ushul fiqh dalam abad 4 H ini ditandai dengan
munculnya kitab-kitab ushul fiqh yang merupakan hasil karya ulama-ulama fiqh diantara
kitab yang terekenal adalah:

1) Kitab Ushul Al-Kharkhi, ditulis oleh Abu Al-Hasan Ubaidillah Ibnu Al-Husain Ibnu
Dilal Dalaham Al-Kharkhi,(w.340H.)
2) Kitab Al–Fushul Fi-Fushul Fi-Ushul, ditulis oleh Ahmad Ibnu Ali Abu Baker Ar-
Razim yang juga terkenal dengan Al-Jasshah (305H.)
3) Kitab Bayan Kasf Al-Ahfazh, ditulis oleh abu Muhammad Badr Ad-Din Mahmud
Ibnu Ziyad Al-Lamisy Al-Hanafi.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dalam perkembangan ushul fiqh pada abad 4
H yaitu munculnya kitab-kitab ushul fiqh yang membahas ushul fiqh secara utuh dan tidak
sebagian-sebagian seperti yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. Kalaupun ada yang
membahas hanya kitab-kitab tertentu, hal itu semata-mata untuk menolak atau memperkuat
pandangan tertentu dalam masalah itu.

Selain itu materi berpikir dan materi penulisan dalam kitab-kitab yang ada sebelumnya
dan menunjukan bentuk yang lebih sempurna, sebagaimana dalam kitab fushul-fi al-ushul

4
karya Abu Bakar ar-Razi hal ini merupakan corak tersendiri dalam perkembangan ilmu ushul
fiqh pada awal abad 4 H ini.

Dalam abad 4 H ini pula mulai juga tampak adanya pengaruh pemikiran yang bercorak
filsafat, khususnya metode berfikir menurut ilmu manthiq dalam ilmu ushul fiqih.3

3. Tahap Penyempurnaan ( Abad 5 – 6 H )

Kelemahan politik di Baghdad, yang ditandai dengan lahirnya beberapa daulah kecil,
membawa arti bagi perkembanangan peradaban dunia Islam. Peradaban Islam tak lagi
berpusat di Baghdad, tetapi juga di kota-kota seperti Cairo, Bukhara, Ghaznah, dan Markusy.
Hal itu disebabkan adanya perhatian besar dari para sultan, raja-raja penguasa daulah-daulah
kecil itu terhadap perkembangan ilmu dan peradaban.

Hingga berdampak pada kemajuan dibidang ilmu ushul fiqih yang menyebabkan
sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk mendalaminya, antara lain Al-Baqilani,
Al-Qhandi, abd. Al-jabar, abd. Wahab Al-Baghdadi, Abu Zayd Ad Dabusy, Abu Husain Al
Bashri, Imam Al-Haramain, Abd. Malik Al-Juwani, Abu Humaid Al Ghazali dan lain-lain.
Mereka adalah pelopor keilmuan Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu keislaman di
kemudian hari mengikuti metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan aktivitas ilmu ushul
fiqih yang tidak ada bandinganya dalam penulisan dan pengkajian keislaman , itulah
sebabnya pada zaman itu, generasi Islam pada kemudian hri senantiasa menunjukan minatnya
pada produk-produk ushul fiqih dan menjadikanya sebagi sumber pemikiran.

Dalam sejarah pekembangan ilmu ushul fiqih pada abad 5 H dan 6 H ini merupakan
periode penulisan ushul fiqih terpesat yang diantaranya terdapat kitab-kitab yang menjadi
kitab standar dalam pengkajian ilmu ushul fiqih selanjutnya.

Kitab-kitab ushul fiqih yang ditulis pada zaman ini, disamping mencerminkan adanya
kitab ushul fiqih bagi masing-masing madzhabnya, juga menunjukan adanya aliran ushul
fiqih, yakni aliran Hanafiah yang dikenal dengan alira fuqoha, dan aliran Mutakalimin.

Kitab-kitab ushul fiqih yang paling penting antara lain :

1) Kitab Al- Mughni fi al abwah al-Adl wa at-Tawhid, ditulis oleh al Qadhi Abd. Al
Jabbar (w. 415 H/1024 M).

3
Mardani, Ushul fiqh ( jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013) hlm11

5
2) Kitab Al Mu’ammad fi al-Ushul fiqh, ditulis oleh Abu Husain Al Bashri (w.
436H/1044 M).
3) Kitab Al Iddaf fi Ushul Fiqh, ditulis oleh Abu Qodhi Abu Muhammad Ya’la
Muhammad Al Husaini Ibnu Muhammad ibnu Khalf Al Farra (w. 458 H/1065 M)
4) Kitab Al Burhan fi Ushul Fiqh, ditulis oleh Abu Al Ma’ali Abd. Al Malik ibnu
Abdillah ibnu Yusuf Al juwaini Imam Haramain (w. 478 H/1094 M).
5) Kitab Al Musthafa min Ilm Al Ushul, di tulis oleh Abu Hamid Al Ghazali (w. 505 H/
1111 M.4

KESIMPULAN

4
Suwarjin, Ushul fiqh ( yogyakarta: Teras, 2012) hlm 10

6
Ushul fiqh ini sebenarnya sudah ada semenjak masa Rasulullah SAW. ‘’Mengenai Ushul
Fiqh , ilmu ini lahir sejak abad ke-2 Hijriah. Ilmu ini, pada abad pertama Hijriah memang
tidak diperlukan lantaran keberadaan Rasulullah SAW masih bisa mengeluarkan fatwa dan
memutuskan suatu hukum berdasarkan ajaran al-Qur’an dan Sunnah yang di ilhamkan
kepada beliau. Didalam makalah ini ada terdapat beberapa tahapan-tahapan perkembangan
ushul fiqh yaitu:

1. Tahap awal (abad 3H)


Pada abad 3 H di bawah pemerintahan Abassiyah wilayah Islam semakin
meluas kebagian timur, khalifah-khalifah yang berkuasa dalam abad ini adalah
: Al-Ma’mun(w.218H), Al-Mu’tashim(w.227H), Al Wasiq(w.232H), dan Al-
Mutawakil(w.247H) pada masa mereka inilah terjadi suatu kebangkitan ilmiah
dikalangan Islam yang dimulai dari kekhalifahan Arrasyid.
2. Tahap perkembangan (abad 4 H)
Pada masa ini abad (4H) merupakan abad permulaan kelemahan Dinasty
Abbasiyah dalam bidang politik. Dinasty Abasiyah terpecah menjadi daulah-
daulah kecil yang masing-masing dipimpin oleh seorang sultan. Namun
demikian tidak berpengaruh terhadap perkembangan semangat keilmuan
dikalangan para ulama ketika itu karena masing-masing penguasa daulah itu
berusaha memajukan negrinya dengan memperbanyak kaum intelektual.
3. Tahap Penyempurnaan ( Abad 5 – 6 H )
Kelemahan politik di Baghdad, yang ditandai dengan lahirnya beberapa daulah
kecil, membawa arti bagi perkembanangan peradaban dunia Islam. Peradaban
Islam tak lagi berpusat di Baghdad, tetapi juga di kota-kota seperti Cairo,
Bukhara, Ghaznah, dan Markusy. Hal itu disebabkan adanya perhatian besar
dari para sultan, raja-raja penguasa daulah-daulah kecil itu terhadap
perkembangan ilmu dan peradaban.

DAFTAR PUSTAKA

7
Efendi Satria. Ushul Fiqh. (Jakarta. Preandamedia Group. 2005)

shidiq Sapiudin, Ushul fiqh ( Jakarta, Prenada Media group, 2011)

Mardani, Ushul fiqh ( jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2013)

Anda mungkin juga menyukai