Ditinjau dari sifat perkara yang diajukan masyarakat pencari keadilan kepada badan
Peradilan Agama terdapat 2 (dua) macam perkara yaitu :
2.
Pengertian surat gugatan ialah surat yang diajukan kepada Ketua Pengadilan
yang berkompeten yang memuat tuntutan hak dan adanya kepentingan
hukum serta mengandung sengketa.
Surat permohonan ialah surat yang diajukan kepada Ketua Pengadilan yang
berkompeten yang memuat tuntutan hak perdata yang diajukan oleh
seseorang atau lebih yang mempunyai kepentingan hukum terhadap suatu
hal yang tidak mengandung sengketa dan diatur dalam Undang-undang atau
ada aturan hukumnya.
Permohonan adalah suatu surat yang di dalamnya berisi tuntutan hak perdata
oleh suatu pihak yang berkepentingan terhadap suatu hal yang tidak
mengandung sengketa, sehingga badan peradilan yang mengadili dapat
dianggap suatu proses peradilan yang bukan sebenarnya.
4
Tata cara gugat menggugat
Pengertian surat gugatan ialah surat yang diajukan kepada Ketua Pengadilan yang
berkompeten yang memuat tuntutan hak dan adanya kepentingan hukum serta
mengandung sengketa. Yang mengajukan disebut Penggugat sedang pihak yang
digugat disebut Tergugat. Dalam praktek sering ditemukan Penggugat tidak hanya
satu orang tetapi bisa lebih, demikian juga Tergugat bahkan kemungkinan terdapat
orang lain atau pihak ketiga yang tidak masuk kepada kelompok Penggugat maupun
Tergugat tetapi mempunyai hubungan atau keterkaitan dengan perkara yang
diajukan tetapi pihak ketiga tersebut tidak mau bergabung dengan penggugat
maupun dengan Tergugat oleh karena itu pihak ketiga tersebut harus dilibatkan
dalam perkara dan dalam surat gugatan disebut sebagai Turut Tergugat.
3.
1. a. Bentuk Tertulis
Gugatan atau permohonan bentuk tertulis harus memenuhi syarat formil, dibuat
dengan jelas dan terang serta ditanda tangani oleh yang mengajukan
(Penggugat/Pemohon) atau kuasanya yang telah mendapat surat kuasa khusus.
Gugatan atau permohonan bentuk lisan ialah gugatan atau permohonan yang
diajukan secara lisan kepada Ketua Pengadilan oleh mereka yang buta huruf dan
Ketua Pengadilan mencatat atau menyuruh mencatat kepada salah seorang pejabat
pengadilan, kemudian catatan tersebut diformulasikan menjadi surat gugatan atau
permohonan. (Pasal 120 HIR/Pasal 144 ayat (1) RBg.)
perbedaan dari permohonan dan gugatan adalah bahwa permohonan itu adalah
tuntutan hak perdata yang di dalam kepentingannya itu bukan suatu perkara
sedangkan gugatan adalah surat yang diajukan oleh penggugat terhadap tergugat
yang menuntut tuntutan hak yang di dalamnya berisi suatu perkara.[1] Alam gugatan
inilah yang disebut dengan pengadilan yang sesungguhnya dan produk hukum yang
dihasilkan adalah putusan hukum
Syarat-syarat Gugatan
1. Berupa Tuntutan
Yaitu merupakan suatu aksi atau tindakan hukum yang bertujuan untuk memperoleh
perlindungan hukum dari Pengadilan dan untuk mencegah tindakan main hakim
sendiri.
Maksudnya yaitu setiap gugatan harus merupakan tuntutan hak dan mempunyai
kepentingan hukum yang cukup.
3. Sengketa
Yaitu tuntutan hak tersebut harus merupakan sengketa. Tidak ada sengketa maka
tidak ada perkara (geen belang, geen actie)
Yaitu dengan alasan atau dasar hukumnya harus jelas dan dapat dibuktikan apabila
disangkal, pihak-pihaknya juga harus jelas demikian juga obyeknya. Jika tidak jelas
maka surat gugatan tersebut akan dinyatakan gugatan kabur (Obscure Libel).
5
Unsur-unsur surat gugatan ada 3 (tiga) yaitu :
2. Posita
Posita yaitu penjelasan tentang keadaan atau peristiwa yang berhubungan dengan
hukum yang dijadikan sebagai landasan atau dasar dari gugatan tersebut serta
dibuat dengan jelas dan terang. Dalam bahasa lain posita disebut Fundamentum
Fetendi. Jadi suatu surat gugatan harus memuat peristiwa hukum dan dasar hukum
yang dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.
3. Petitum.
Petitum yaitu tuntutan yang diminta oleh Penggugat supaya dikabulkan oleh Hakim.
Suatu petitum harus didukung dengan posita dan suatu petitum yang tidak
didasarkan pada posita maka petitum tidak akan dikabulkan oleh hakim.
6
Ada beberapa macam penggabungan (kumulasi) yaitu:
Intervensi diatur dalam pasal 279 -282 R.V. dan ada 3 (tiga) macam bentuk
intervensi yang dikenal dalam hukum acara perdata yaitu :
Gugatan Rekonvensi.
Yang dimaksud dengan gugatan rekonpensi ialah gugatan balik yang diajukan oleh
Tergugat terhadap Penggugat tentang sengketa antara mereka menyangkut hukum
kebendaan. Dasar hukum Pasal 132 a dan 132 b HIR/Pasal 157 dan 158 RBg.
Syarat-syarat gugatan rekonvensi :
1. Diajukan bersama-sama jawaban, tetapi ada yang berpendapat selama
dalam tahap jawab menjawab dan belum sampai ke pembuktian bisa diajukan
gugatan rekonpensi.
2. Diajukan terhadap Penggugat inpersona tidak kepada kuasa Penggugat.
3. Menyangkut hukum kebendaan, dalam hal ini sepanjang masih dalam
kewenangan Pengadilan Agama.
4. Bukan mengenai pelaksanaan putusan.
Surat Permohonan
Surat permohonan ialah surat yang diajukan kepada Ketua Pengadilan yang
berkompeten yang memuat tuntutan hak perdata yang diajukan oleh seseorang atau
lebih yang mempunyai kepentingan hukum terhadap suatu hal yang tidak
mengandung sengketa dan diatur dalam Undang-undang atau ada aturan
hukumnya. Contoh perwalian, pengangkatan anak dan lain-lain.
Ciri-ciri Surat Permohonan yaitu :