Anda di halaman 1dari 6

HADIST MAUDHU,DHOIF, DAN SHAHIH

DI SUSUN

OLEH

1. ADI TIANSA 1820104071

DOSEN PENGAMPU : WITRI OKTASARI, S. Sy, M.E Sy

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2019/2020
Hadist maudhu

Memandang Wanita Cantik


‫َان فِ ْي البَصَر‬ ْ ‫اء َوال ُخ‬
ِ ‫ض َر ِة َي ِز ْيد‬ ْ ‫لى َوجْ ِه ال َم ْرأ َ ِة ال َح‬
ِ َ‫سن‬ َ ِ‫النَّ َظ ُر إ‬

“Memandang wajah wanita cantik dan yang hijau-hijau menambah ketajaman penglihatan”.
[HR. Abu Nu’aim dalam Hilyah Al-Auliya’ (3/201-202), dan Ad-Dailamiy dalam Musnad
Al-Firdaus (4/106)]
Maksud hadist
Memiliki pandangan yang tajam dan penglihatan yang jernih merupakan nikmat yang besar
dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala, sehingga terkadang seseorang menempuh berbagai cara
untuk memperoleh penglihatan yang tajam.Dan mungkin juga ada di antara kaum muslimin
yang sering sekali memandang setiap wanita yang cantik dengan tujuan mempertajam
penglihatannya, beramal dengan hadits berikut.
Hadits ini maudhu’ (palsu), karena dalamnya ada rawi yang dhoif dan tidak ditemukan ada
seorang ahli hadits yang menyebutkan biografinya. Rawi itu ialah Ibrahim bin Habib bin
Sallam Al-Makkiy. Karenanya, Adz-Dzahabiy berkata, “Hadits ini batil”. Ibnul Qoyyim
dalam Al-Manar Al-Munif berkata, “Hadits ini dan semisalnya adalah buatan orang-orang
zindiq (munafik)” [Lihat Adh-Dho’ifah (133)].

Hak Anak atas Orang Tua


ُ‫َسنَ أ َ َدبَه‬
ِ ‫س َمهَ َويُح‬ ِ ‫ع َلى ا ْل َوا ِل ِد أ َ ْن يُح‬
ْ ‫َسنَ ا‬ َ ‫ق ا ْل َو َل ِد‬
ُّ ‫َح‬

“Hak seorang anak atas orang tuanya, orang tua memperbaiki nama anaknya, dan akhlakny
[HR. Abu Muhammad As-Siroj Al-Qoriy dalam Al-Fawaid (5/32/1-kumpulan 98) .
maksud hadist
Semestinya orang tua memilihkan nama yang baik untuk anaknya dan mendidik akhlaknya
sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Shallallaahu ‘alaih wa sallaam dan para sahaban
Maka hadits ini palsu karena ada dua orang rawi: Muhammad Al-Fadhl, adalah seorang
pendusta, dan Muhammad bin Isa adalah orangnya matruk (ditinggalkan). Karenanya Al -
Albaniy mencantumkan hadits ini dalam Adh-Dho’ifah (199)
dhoif hadist

Perbanyak Dzikir Sampai Dianggap Gila


‫أ َ ْك ِث ُر ْوا ِم ْن ِذك ِْرهللاِ حَتى َيقُ ْولُ ْوا َمجْ نُ ْون‬
“Perbanyaklah dzikir, sehingga orang-orang berkata, engkau gila”.
Maksud hadist
Di antara kebiasaan orang-orang sufi, mereka berdzikir dengan cara melampaui batas syariat
Islam, yaitu berdzikir dengan bilangan yang memberatkan diri seperti berdzikir sebanyak 70
ribu kali, 100 ribu kali.Padahal, maksimal dari Nabi Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa
sallaam sebanyak 100 kali dalam dzikir-dzikir tertentu, bukan pada semua jenis dzikir.
Asbabul wurudh
:Hadits ini lemah karena diriwayatkan oleh Darraj Abu Samhi. Dia lemah riwayatnya yang
berasal dari Abul Haitsam. Di-dhoif-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Adh-Dho’ifah (no.
517) (2/9).

Bersedihlah ketika Membaca Al-Qur’a


‫اِ ْق َرؤ ُْوا ا ْلقُ ْرآنَ ِب ُح ْز ٍن َف ِإنَّهُ نَ َز َل ِبا ْل ُح ْز ِن‬
“Bacalah Al-Qur’an dengan perasaan sedih, karena dia turun dengan kesedihan“.
[HR. Al-Khollal dalam Al-Amr Bil Ma’ruf (20/2) dan Abu Sa’id Al-A’robiy dalam Mu’jam-
nya (124/1)].
Maksud hadist
Ketika membaca Al-Qur’an memang kita dianjurkan untuk bersedih sebagai hasil renungan
dan tadabbur makna-makna ayat sebagaimana yang dijelaskan dalam sunah. Adapun hadits di
bawah ini, sekalipun sebagian maknanya benar, namun ia bukan hujjah dalam hal ini karena
kelemahan hadits ini.
Asbabul wurudh
Dalam sanad-nya terdapat rawi yang bernama Uwain bin Amr Al-Qoisiy, dia adalah seorang
yang mungkarul hadits lagi majhul menurut Al-Bukhariy. Selain itu juga ada rawi yang
bernama Ismail bin Saif. Dia adalah seorang yang biasa mencuri hadits dan meriwatkan
hadits yang lemah dari orang-orang yang tsiqah. Tak heran jika Al-Albaniy menyatakan
hadits ini dhoif jiddan (lemah sekali) dalam kitabnya Adh-Dho’ifah (2523).

Jum’at Hajinya Orang Fakir


‫اء أ ُ َّم ِت ْي َواْل ُج ُم َعةُ َح ُّج فُقَ َرا ِئهَا‬ َ ‫ج‬
ِ ‫غنَ ُم فقَ َر‬ ُ ‫ال َّدجَا‬
“Ayam adalah kambingnya orang fakir dari kalangan umatku, dan shalat jum’at hajinya
orang fakir mereka”.[HR. Ibnu Hibban dalam Al-Majruhin (3/90)].
Maksud hadist
Ibadah haji adalah ibadah yang dicita-citakan oleh setiap orang, sehingga setiap orang
berusaha mengumpulkan harta demi ibadah itu. Namun, sebagian di antara manusia ada yang
tidak sempat melaksanakannya, sehingga ia bersedih, tetapi kesedihan itu hilang karena ia
mendengarkan sebuah hadits ini.
Asbabul wurudh
Namun ternyata sayangnya, hadits ini palsu, sehingga seorang muslim tidak boleh meyakini
dan mengamalkannya. Dia palsu karena ada seorang rawi yang bernama Abdullah bin Zaid
An-Naisaburiy. Dia adalah seorang pendusta yang suka memalsukan hadits. Lihat Adh-
Dho’ifah (192).

Amalan Sedikit, tetapi Bermanfaat


‫ َوكَث ْي ُر العَ َم ِل ََليَ ْنفَ ُع َم َع ال َج ْه ِل‬،‫قَ ِل ْي ُل العَ َم ِل ي ْنفَ ُع َم َع ال ِع ْل ِم‬
“Amalan yang sedikit akan bermanfaat, jika disertai oleh ilmu; dan amalan yang banyak
tidak akan bermanfaat, jika disertai kejahilan
Maksud hadist“
Bermalas-malasan dalam beribadah sudah menjadi kebiasaan sebagian kaum muslimin. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut di antaranya rasa takutnya kepada Allah
masih kurang, keimanan terhadap Hari Pembalasan masih minim, dan ada juga yang malas
karena mungkin beramal dengan hadits di bawah ini,
Asbabul wurudh
Hadits ini dhoif, bahkan palsu, disebabkan adanya tiga rawi:
1. Muhammad bin Rauh bin ‘Imran Al-Qutairiy (orangnya lemah),
2. Mu’ammal bin Abdur Rahman Ats-Tsaqofiy (orang dho’if). Ibnu Adi
berkata,”Dominan haditsnya tidakterpelihara”;
3. Abbad bin Abdush Shamad. Ibnu Hibban berkata :
“Abbad bin Abdush Shomad menceritakan kami dari Anas tentang suatu naskah hadits,
seluruhnya maudhu’ (palsu)”. Al-Albaniy berkata, “Hadits ini Palsu” [lihat Adh-Dho’ifah
(369)].

Kencing di Lubang
‫سلَّ َم نَهَى أَ ْن يُبَا َل فِ ْي ا ْلجُحْ ِر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫أَنَّ النَّ ِب َّي‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallaam melarang kencing di lubang.” [HR. Abu Dawud (29),
dan An-Nasa’iy (34)].
Maksud hadist
Kencing di lubang adalah perkara yang boleh, kecuali jika di dalamnya ada makhluk seperti
semut, maka hendaknya kita jangan kencing di tempat itu demi menyayangi makhluk Allah
yang kecil ini.
Asbabul wurudh
Hadits ini adalah hadits yang lemah karena adanya keterputusan antara Qotadah dan
Abdullah bin Sarjis radhiyallaahu ‘anhu.. Selain itu, Qotadah juga adalah seorang yang
mudallis. Tak heran jika Syaikh Al-Albaniy men-dhoifkan hadits ini dalam Al-Irwa’ (55).

Hadist shahih
Cinta dalam kesempurnaan iman

ُّ ‫ب ألَ ِخي ِه َما يُ ِح‬


ِ ‫ب ِلنَ ْف‬
‫س ِه‬ َّ ‫ َقا َل َل يُؤْ ِمنُ أ َ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِح‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ع َْن أَنَ ٍس ع َِن النَّ ِب ِى‬
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang dari
kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"

Maksud hadist

Maksud dari kalimat ini adalah kesempurnaan iman. Artinya, apa yang disebutkan setelah
kalimat ini merupakan syarat kesempurnaan iman seseorang. Jika sifat itu tidak ada pada diri
seseorang, maka imannya tidak sempurna. Bukan berarti ia tidak beriman alias kafir. Kita
perlu berhati-hati dengan hal-hal seperti ini karena kesalahan dalam memahami hakikat
kesempurnaan iman bisa mengakibatkan seseorang terperosok dalam pemikiran takfir
(mengkafirkan orang lain).

Asbabul wurudh

Shahih Bukhari hadits ke-13. Hadits ini masih termasuk dalam Kitab Iman.)‫ كتاب االيمان‬.)

Kesempurnaan islam
ْ‫علَ ْينَا َم ْعش ََر ا ْليَ ُهو ِد نَ َزلَت‬َ ‫ آيَة فِى ِكتَا ِب ُك ْم ت َ ْق َر ُءونَهَا لَ ْو‬، َ‫ير ا ْل ُمؤْ ِمنِين‬ َ ‫ب أَنَّ َر ُجالً ِمنَ ا ْليَ ُهو ِد قَا َل لَهُ يَا أ َ ِم‬
ِ ‫ع َم َر ب ِْن ا ْل َخ َّطا‬ ُ ‫ع َْن‬
َ ً
‫ قا َل‬. ) ‫سال َم دِينا‬ َ َ
ِ ‫عل ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر ِضيتُ ل ُك ُم‬
ْ ‫اإل‬ َ َ َ َ ْ َ ْ َ
َ ُ‫ى آيَ ٍة قا َل ( اليَ ْو َم أ ْك َملتُ ل ُك ْم دِين ُك ْم َوأتْ َم ْمت‬ َ
ُّ ‫ قا َل أ‬. ‫َلَتَّ َخ ْذنا ذ ِلكَ اليَ ْو َم ِعيدًا‬
َ ْ َ َ
َ
‫ َوه َُو َقائِم ِبعَ َرفَة يَ ْو َم ُج ُمعَ ٍة‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ع َلى النَّ ِب ِى‬ َ ‫ع َم ُر قَ ْد ع ََر ْفنَا ذَ ِلكَ ا ْليَ ْو َم َوا ْل َمكَانَ الَّذِى نَ َزلَتْ فِي ِه‬
ُ
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang Yahudi yang berkata
kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat dalam kitab kalian yang jika
diturunkan kepada kami, maka kami akan menjadikan hari turunnya ayat itu sebagai hari
raya.” Umar pun bertanya, “Ayat manakah yang kau maksud?” Orang itu menjawab, “Pada
hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu
dan Kuridhai Islam sebagai agamamu.” Umar berkata, “Kami tahu hari dan tempat
diturunkan ayat tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu pada saat beliau
berada di Arafa pada hari Jum’at.”
Maksud hadist
Islam telah mencapai kesempurnaan, Islam adalah agama yang sempurna. Allah Ta'ala
menjaminnya melalui surat Al Maidah ayat 3.. Ketika seluruh ajaran Islam diyakini dan
diamalkan, itulah kondisi iman yang sempurna. Sedangkan jika ada hal yang tidak dijalankan,
imannya berkurang sesuai dengan kadar yang ia tinggalkan. Orang Yahudi un mengetahui
bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Ayat tentang kesempurnaan Islam (QS. Al
Maidah : 3) diturunkan Allah pada haji wada' di hari Arafah bertepatan dengan hari Jumat,
Hari Arafah adalah bagian dari hari raya Idul Adha, sedangkan hari Jum'at adalah hari raya
pekanan bagi umat Islam.
Asbabul wurudh
hadits ke-45 dari Shahih Bukhari, masih berada di bawah Kitab Al-Iman (‫)اإليمان كتاب‬.
Karena di dalam hadits ke-45 ini disebutkan surat Al Maidah ayat 3 yang menjelaskan
tentang kesempurnaan Islam, maka pembahasan hadits ini diberi judul "Kesempurnaan
Islam"

iman kunci surga


، ‫ار‬ َ َّ‫ َوأَ ْه ُل النَّ ِار الن‬، َ‫ قَا َل يَ ْد ُخ ُل أ َ ْه ُل ا ْل َجنَّ ِة ا ْل َجنَّة‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ ع َِن النَّبِ ِى‬- ‫س ِعي ٍد ا ْل ُخد ِْر ِى رضى هللا عنه‬ َ ‫ع َْن أَبِى‬
َ
‫س َودُّوا فيُ ْلقَ ْونَ فِى نَه َِر‬ َ
ْ ‫ فيُ ْخ َر ُجونَ ِم ْنهَا ق ِد ا‬. ‫ان‬ َ ْ َ َ
ٍ ‫َّللاُ ت َ َعالَى أ ْخ ِر ُجوا َم ْن كَانَ ِفى ق ْلبِ ِه ِمثقَا ُل َحبَّ ٍة ِم ْن َخ ْر َد ٍل ِم ْن إِي َم‬ َّ ‫ث ُ َّم يَقُو ُل‬
‫ َقا َل ُو َهيْب‬. ً‫ص ْف َرا َء ُم ْلتَ ِو َية‬ َ ‫ج‬ ُ ‫ أَلَ ْم تَ َر أَنَّهَا ت َ ْخ ُر‬، ‫س ْي ِل‬
َّ ‫ب ال‬ِ ‫ َف َي ْنبُت ُونَ َك َما ت َ ْنبُتُ ا ْل ِح َّبةُ ِفى جَا ِن‬- ‫ شَكَّ َما ِلك‬، ‫ أ َ ِو ا ْل َح َيا ِة‬- ‫ا ْل َح َيا‬
‫ َو َقا َل َخ ْر َد ٍل ِم ْن َخي ٍْر‬. ‫ع ْمرو ا ْل َحيَا ِة‬
َ ‫َح َّدثَنَا‬
Dari Abu Said Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setelah penduduk surga
masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta'ala pun berfirman,
'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar
biji sawi.' Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya saja tubuh mereka telah hitam legam
bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka dilemparkan ke sungai Haya' atau hayat –terdapat
keraguan dari Imam Malik. Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh
setelah banjir. Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan
berlipat-lipat." Wuhaib berkata, "Amr menceritakan kepada kami, "Sungai Al-Hayat"dan
Wuhaib berkata, "kebaikan sebesar biji sawi."
Maksud hadist
Hadits ini menjelaskan bahwa kelak, orang-orang yang masuk ke surga berdiam di sana.
Abadi dalam nikmat Allah SWT. Sementara, orang-orang yang masuk neraka akan
"diseleksi" lagi. Diantara mereka ada "penduduk tetap" yang kekal di neraka, yaitu orang-
orang kafir dan munafik; yang tidak memiliki keimanan sedikitpun. Sedangkan orang-orang
mukmin yang masuk neraka karena kemaksiatannya namun masih memiliki iman, mereka
menjadi "penduduk sementara".
Asbabul wurudh
hadits Shahih Bukhari memasuki hadits ke-22. Hadits yang akan kita bahas ini masih
termasuk dalam kitab Al-Iman, kitab kedua dalam Shahih Bukhari setelah kitab Bad'il Wahy.

DAFTAR PUSTAKA
Hadist shahih bukhari
https://www.nahimunkar.org

Anda mungkin juga menyukai