Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bentuk-bentuk tanda baca huruf hijaiyah yang meliputi
harakat tanwin, fathah, kasrah, dhommah, dhommatain, sukun, tasydid, mad, dan lain-lain.
Tanda baca huru-huruf hijaiyah yang sering digunakan disebut sebagai harakat ( ) حَ رَ َك ٌةatau syakal (
ٌ) َش ْكل. Tanda baca itu digunakan untuk membunyikan huruf-huruf hijaiyah. Semua huruf hijaiyah tidak
dapat berbunyi tanpa melibatkan tanda baca ini. Huruf-huruf hijaiyah dalam bahasa indonesia di
kenal dengan konsonan, sedangkan tanda bacanya dikenal dengan vokal, semua konsonan tanpa
Jadi, yang dimaksud tanda baca disini adalah tanda-tanda yang digunakan dalam huruf-huruf
Al-qur’an sebagai mana yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad saw, di zamannya tidak terlalu
banyak masalah yang terjadi, bai dari sudut pembacaan maupun pemahaman isi kandungannya.
Jika seorang sahabat tidak mengertimasalah-masalah Alqur’an maka dapat berkonsultasi pada nabi
Muhammad saw, secara langsung isi kandungan alqur’an di jelaskan oleh nabi saw, melalui
sunahnya, sedang cara pelafalan di tentukan berdasarkan “ Tauqifi” yakni bacaan sebagaimana
Sekalipun pada zaman rasullullah dan Khulafaur Rasyidin Alquran belum bertitik dan bersyakal,
namun para shabat Nabi belum mendapatkan kesulitan membacanya, tetapi setelah wilayah islam
meluas dan pengikutnya semakin banyak menjadikan timbul beberapa kasus terutama bagi orang-
Pada zaman khalifah Abu Bakar Alqur’an sudah terhimpun dalam satu mushaf walaupun antara
mushaf satu dengan yang lain berbeda, tapi setelah masa Usman bin Affan sudah mulai dirintis
sestematika Alquran secara terpadu sehinga semua mushaf yang ada berurutan sama. Jika pada
zaman ini terjadi perselisihan maka yang dijadikan standar bacaan adalah dialek suku Quraisy,
Pelopor utama perbaikan teknis tulisan alqur’an dilakukan oleh Abu Aswad Ad-Dauli atas nasehat
Ali bin Abi Thalib, karena jasa beliau Alqur’an sekarang ini sudah bertitik dan berharakat. Tanda
baca alqur’an yang dibuat menggunakan tinta yang berlainan warnanya, titik diatas untuk fathah, titik
dibawa untuk kasrah, titik disebelah kiri atas untuk dhommah dan dua titik untuk tanwin.
Saat Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah, tanda baca yang digunakan Abu Aswad Ad-Dauli
tersebut disempurnakan oleh Nashir bin Ashim dan Yahya bin Aa’mar dengan menambah tanda-
tanda untuk huruf-huruf yang bertitik dengan tinta sama dengan tulisan Alqur’an. Hal ini berlaku
Kemudian Al-khalil mengambil inisiatif membuat tanda-tanda baca baru, yaitu huruf wau kecil (
) di atas untuk Dhommah, huruf alif kecil ( ) di atas untuk Fathah, huruf ya’ kecil ( )
di bawah untuk Kasroh, kepala huruf sin ( ) untuk tanda Tasydid, dan kepala ha’ ( ) di
atas untuk Sukun dan kepala ‘ain ( ) untuk Hamzah. Tanda-tanda tersebut disederhanakan
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sejarah tersebut, maka tanda baca huruf-huruf hijaiyah
dua.
Tanda baca ini digunakan untuk bacaan mad, cara membacanya dipanjangkan.
Kelima tanda baca tersebut telah digunakan untuk penulisan semua Mushaf Utsmani, karena
mushaf yang digunaklan dewasa ini adalah Mushaf Utsmani. Untuk lebih jelasnya dapat melihat
Tanda baca ini dalam bahasa indonesia diganti dengan vokal “a”
Contoh :
َو َل ًدا
1. Fathah Wawu dan Lam Waladan
َعلِ َم
2. Fathah ‘Ain dan Mim ‘Alima
َ َكذ
ِب
3. Fathah Kaf dan Ba’ Kadziba
Tanda baca Baris satu bawah (Kasrah)
Contoh :
ا ِِب ٌل
1. Kasrah Alif dan Ba’ Ibilun
َ َش ِر
ب
2. Kasrah Ra’ Syariba
َ َِغض
ب
3. Kasrah Dhad Ghodiba
Tanda baca ini dalam bahsa Indonesia diganti dengan vokal “u”
Contoh :
ٌُك ُتب
1. Dhommah Kaf dan Ta’ Kutubun
ُ
ٌ طر
ُق
2. Dhommah Tha’ dan Ra’ Thuruqun
ُ
ظ ْلم
3. Dhommah Zhad Zhulmun
Tanda baca Baris dua atas (Fathatain)
Contoh :
صدَ َقة
َ
1. Fathatain Ta’ Shadaqatan
اَ َح ًدا
2. Fathatain Dal Ahadan
َذ ْنبًا
3. Fathatain Ba’ Zdamban
Contoh :
َج َم ٍل
1. Kasratain Lam Jamalin
ِف َن ٍة
2. Kasratain Ta’ Finatin
َث َم ٍن
3. Kasratain Nun Tsamanin
Tanda baca Baris dua depan (Dhommatain)
Contoh :
ًاَ ٌخ
1. Dhommatain Kha’ Akhun
ٌ َغ َر
ك
2. Dhommatain Qaf Gharakun
ٌَسمْع
3. Dhommatain ‘Ain Sam’un
Selain hamzah, semua huruf hijaiyah menerima tanda baca sukun, dan dengan adanya sukun
menjadi mati huruf tersebut, yang dalam bahasa Indonesia sama dengan konsonan.
Jika hamzah duberi sukun, maka namana alif, sedangkan alif yang diberi tanda baca hidup
َي ْز ُع ُم
1. Sukun Za’ Yaz’umu
َيحْ َم ُد ْو
َن
2. Sukun Ha’ dan Wawu Yahmaduuna
ُي َُوسْ ِوس
3. Sukun Sin Yuwaswisu
Jika ada dua huruf yang sama dan bergandengan, yang satu hidup sedang yang lain mati.
) َّج. Hal itu jika huruf yang hidup tidak dibedakan dengan fathah, kasrah ataukah dhommah,
semuanya sama.
Contoh:
َفعَّا ٌل
2. Tasydid ‘Ain Fa’aalun
Tanda baca panjang dalam Alquran terbagi menjadi dua rincian yaitu:
1. Tanda baca panjang yang berasal dari tanda baca hidup berbaris satu, baik fathah, kasrah,
maupun dhommah. Jika berasal dari fathah maka tanda baca panjangnya dengan harakat
tegak di atas ( ), jika berasal dari kasrah maka tanda baca panjangnya dengan harakat
tegak di bawah ( ), dan jika berasal dari dhommah maka tanda baca panjangnya
panjang pendek ketukan disesuaikan panjang pendeknya irama bacaan yang dibaca.
2. Tanda baca panjang yang dipanjangkan, ia tidak hanya dibaca dua ketukan tetapi lima
ketukan (dua setengah alif) atau bahkan enam ketukan (3 alif ) tanda baca ini disimbolkan
kedua tanda baca panjang tersebut sering kali digunakan dalam bacaan mad (bacaan yang
dipanjangkan)
Contoh :
Fathah
َِس ٰـم ٰوت
1. tegak Sin dan Mim Samãwãti
Fathah
Fathah
Kasrah
Kasrah
Kasrah
7. Dhommah Ha’
ٗ ِا َّن
ــــه Innahû
terbalik
Dhommah
Dhommah
Tanda
Tanda
ك ۤ ُا
َ ولِئــــ
11. panjang Lam Ulaãika
Kaãfhãyã
Tanda
ۤ ۤك ٰه ٰي ۤع
ص ãinshaãd
12. panjang Kaf, ‘Ain, Shad