Anda di halaman 1dari 5

Si Pitung Jagoan Betawi

Pada zaman dahulu, Jakarta yang dulunya bernama Batavia dijajah oleh Belanda.
Perlawanan penduduk Betawi pun tidak mau menyerah bergitu saja sampai muncul pemuda
pemberani yang dijuluki si Pitung .

Pada suatu hari Menir Belanda dan putrinya Maria juga kedua saudaranya bersama
Mamat(centeng) pergi mencari makanan di Batavia.

Menir : “ Ayo Kita mengisi perut di kedai itu! ”


Maria : “ Yuk pih..”
Mamat(centeng) : ” Siap Tuan ”

( Mereka menuju sebuah kedai yang merupakan Kedai Mak Pitung )

Menir : ” Disini orang-orang pada makan apa? ”


Emak : “ Disini cuma makanan biasa Tuan (sambil menunjukkan makanannya).
Ike ambilkan makanan untuk Tuan ini ! ”
Ike : “ Iya Mak, silahkan tuan ” (menawarkan makanan).

Setelah selesai makan Menir menyuruh Maria dan kedua saudaranya untuk keluar terlebih dahulu,
merekapun meninggalkan kedai makan itu dengan seenaknya, lalu Emak berkata :

Emak : “Tuan makanannya belum dibayar ! ”


Menir : “ You merintah saya ? Apa you orang tidak tahu I ini siapa ?”
Emak : “Maaf tuan, bukannya saya merintah tuan tapi memang begitu aturannya”
Menir : “You tidak menghormati I !!! ”(dengan marah ia menggebrak meja kedai)
Ike : “Maaf tuan, saya dan emak salah.” (dengan wajah ketakutan)

Tiba-tiba si Pitung datang dengan tatapan emosi yang tertuju pada Menir. Tanpa basa-basi si
Pitung langsung mengahampiri kedai itu, dengan menggebrak meja di hadapan Menir Belanda,
Menir pun merasa tidak dihargai dan marah. Perkelahian pun tidak dapat dihindari.

Dan akhirnya mereka melakukan pertarungan hingga Menir dan centeng-centengnya dikalahkan
oleh si Pitung.
Pitung : “ Rasain lo !!! Lu gak tau siapa gua ? Jagoan Betawi nih…..”
Ike : “ Pitung makasih yee bang, udah nolongin aye sama emak.”
Emak : “ Iye tung makasih yee ”
Pitung : “ Iye sama-sama”

Sesaat kemudian Maria bersama kedua saudaranya menghampiri ayahnya dan centeng-
centengnya dengan raut wajah bertanya-tanya karena mereka kesakitan babak belur.

Maria : “ Papih what happen ?”


Mamat(centeng) : “ Non, kami dihajar sama orang betawi itu, katanya sih namanya Pitung”
Maria : “ Siapa Pitung ? ”
Mamat(centeng) : “ Banyak yang bilang dia jagoan Betawi ”

Pitung keluar dari kedai dan bertemu temannya.

Dudung : “Eh pitung, lo liat gak orang-orang lagi pada ngumpul itu ?”
Pitung : “Oh, itu yang tadi abis ngajak ribut sama gue.”

Pitung dan kedua temannya menghampiri si Menir.

Pitung :” Eh Menir !!! ngapain Lo masih disini !?”

Karena mendengar teriakan tersebut Maria melihat si Pitung , dan mereka dengan tidak sengaja
bertatap mata satu sama lain, melihat hal itu Menir pun menegurnya.

Menir :”Hehe you oraang liat-liat anak I ???”(dengan tangan yang hampir memukul
si Pitung dan berhasil ditangkis oleh si Pitung. )
Pitung :”WETS…NGAPAIN LO ?!!”

Dengan secara langsung centeng dan teman Pitungpun menarik kedua orang itu yang ingin
bertengkar. Lalu mereka kembali kerumah masing-masing. Keesokan harinya Maria pergi ke
taman begitu juga si Pitung dan secara tidak sengaja mereka bertemu dibawah pohon yang
rindang. Merekapun saling bertatapan mata hingga benih-benih cintapun tertanam dihati Maria
dan Pitung.

Pitung :” Hey nona, Ngapain disini ? ”


Maria :” Sedang jalan-jalan”
Akhirnya mereka berdua saling berkenalan dan asyik mengobrol. Merekapun ketahuan oleh
centeng-centeng Menir hingga Maria diseret pulang dan secara tidak sengaja kalung Maria pun
terjatuh akhirnyakalung itu dibawa pulang Pitung.

Keesokan harinya Pitung dan kedua temannya Dudung dan Maman mendatangi rumah Menir.
Pitung :”Heh Menir, KULUAR LO !!!”

Karena Menir mendengar teriakan itu ia menyuruh centeng-centeng nya untuk melihat siapa yang
berteriak.

Menir : “ heh you para centeng, coba liat siapa yang berteriak didepan rumah”
Mamat(centeng) : “siap tuan”

Lalu para centeng melihat orang-orang yang berteriak.

Mamat(centeng) :”Heh, ngapain lo teriak-teriak dirumah Menir gue”


Pitung : “Panggil tuh BOS lo !!!”

Lalu centeng memberitahu kepada Menir. Sesaat kemudian Menirpun keluar.

Menir : “Eh you ngapain you kesini ?”


Pitung : “Ngapain lu kemarin suruh anak buah lo seret Maria pulang ?? apa itu sikap
BAPAK yang BAIK !!?”
Menir : “ah… you terlalu banyak omong, centeng hajar dia !!”
Dudung : “Tunggu Tung biar kita yang lawan tuh anak buah”
Pitung : “Terserah lo pada”

Perkelahian pun terjadi antara centeng-centeng dan kedua teman Pitung yaitu Dudung dan
Maman. Akan tetapi kedua teman Pitung berhasil dikalahkan para centeng karena mereka
memakai senjata. Pitung tidak terima temannya kalah dan terluka.

Pitung :”Eh lo dah berani lukain temen gue lawan gue sini lo pada ”

Dan Pitung memenangi pertarungan itu. Pitung bertanya pada Menir tentang keberadaan Maria
yang ternyata tanpa pengetahuan si Pitung Maria dan kedua adiknya telah dikunci dikamar.

Pitung :”Mana Maria ?!?!?!?!”


Menir :”Dia tidak ada disini”

Karena tidak bertemu Maria Pitung langsung pulang bersama kedua temannya untuk mengobati
luka temannya. Keesokan harinya kekesalan Menir memuncak karena sudah kalah 2 kali.
Diadakanlah sayembara untuk menangkap si Pitung untuk dibawa dihadapan Menir untuk
dibunuh. Barang siapa bisa menangkap Pitung akan mendapat hadiah yang berharga dari Menir.
Salah satu teman Pitung yaitu Maman tertarik dan mengajak Dudung untuk menjebak si Pitung
akantetapi Dudung menolak ajakan tersebut. Akhirnya Maman pergi sendiri menuju rumah Menir
dan memberitahukan kelemahan Pitung.

Sedangkan Emak yang mendengar percakapan Maman dan Dudung langsung memperingatkan
Pitung yang sedang tidur.

Emak :”Bangun Tung, Lo kudu ati-ati sama si Maman dan Menir ada rencana mau
jebak Lo tu demi hadiah !!”
Ike : “ie bang, abang kudu ati-ati ye ama die, aye kawatir sama abang”
Pitung : “Kagak mungkin Maman kan sohib aye dari piyik mak, ke (sambil kembali
tidur)”
Emak : “Yey dasar diperingatin kagak percaye, semoga anak aye kagak kenape-
kenape ya Allah ” (sambil berdoa).
Ike : “amin ya mak, aye takut”

Tiba-Tiba Menir dan para centengnya datang kerumah pitung dan menangkapnya.

Menir :”Heh centeng, tangkap si Pitung dan bawalah ke lapangan !!!”


Mamat(centeng) :”Siap Tuan .”

Lalu mereka menagkap dan membawa Pitung ke sebuah lapangan.

Pitung : “LEPASIN GUA !!!” Ngapain lo pada bawa gua kesini ? (sambil emosi)
Mamat(centeng) : “tenang aja tung, bos gue pingin datang kesini”

Tak lama kemudian Menir datang bersama Maria juga orang-orang disuruh datang kelapangan
termasuk Emak dan Ike. Mereka semua bertanya-tanya mengapa mereka disuruh datang ke
lapangan oleh si Menir.
Menir :”Eh PITUNG, gara-gara you sudah bikin I marah, I akan bunuh you dengan
tangan I sendiri, MWAHAHAHAHAAA”
Maria :”No papih NO !!!”(sambil menangis & memohon agar Pitung tidak dibunuh)
Pitung :”Sudahlah Maria lu gak usah disitu ! ”

Maria pun ditarik oleh Dudung bersama kedua adik Maria untuk tidak berada disitu. Lalu Menir
mulai mengokang pistolnya dan mengarahkan ke Pitung.

Pitung :”Ayo tembak gue ”

Lalu tembakan pertama pun Pitung bisa menghindarinya. Dan tembakan kedua dapat ditangkap
dimulutnya.

Pitung :”Lu gak tau apa ini jurus cicak nangkap mangsanya nih ???”
Menir :”WHAT ???”

Menirpun kesal dan ia segera mengganti pelurunya dengan peluru emas, dan dia mengokang lagi
pistolnya sambil diarahkan kepada si Pitung sambil berteriak .

Menir :”MATILAH YOU PITUNG !!!!!!”


Maria :”NOOOOOOOO, PITUUUUUUUUUUUUUNG !!!!”

Dan Akhirnya peluru itu tepat tekena didada si Pitung, lalu ia terjatuh ke tanah, Maria pun lari
menghampirinya dan Pitung berkata.

Pitung :”Maria, ini kalungmu”(sambil merasakan sakit yang teramat sakit)

Sesaat Pitung sedang merasakan kesakitan, Dudung pun sangat kesal dan langsung mengambil
pistol yang ada disalah satu centeng dan menembaknya kearah Menir.

Dudung :”MATILAH KAU MENIR !!!!!!!! ”

Dan terkenalah peluru itu menancap didada si Menir. Akhirnya Menir dan Pitung tidak dapat
diselamatkan lagi dan Maria tetap duduk disamping Pitung yang sedang terbaring di lapangan,
kedua saudara Maria pun membawanya pulang untuk menenangkan diri. Berkat perjuangan
Pitung mereka semua hidup dengan tentram dan tidak ada lagi perkelahian antara Belanda dan
Batavia . Maria memutuskan untuk tinggal di Batavia sedangkan kedua saudaranya kembali ke
Belanda.

Anda mungkin juga menyukai