Anda di halaman 1dari 20

Nama : Putra Muhammad Kurniawan

NIM : 16051102003
M. K : Manajemen Akuakultur Payau

Jenis Ikan Yang Dapat Dibudidayakan Di Air Payau Dan Teknik Budidaya

1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Animalia
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genera : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Teknik Budidaya Ikan Air Payau

a. Teknik Budidaya Ikan Nila Di Air Payau

1. Pemilihan Lokasi

Dalam pemilihan lokasi hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi tanah, air,

dan topografi. Tanah yang disarankan adalah yang berpH netral dan memiliki kandungan liat

>20% sehingga mampu menahan air. Air harus memenuhi kuantitas dan kualitas air yang baik.

Evaporasi yang besar yakni sekitar 2,5 cm/hari memerlukan debit minimal 3 l/detik/ha. Ikan

Nila dapat mentolerir salinitas sampai 25 ppt dengan adaptasi bertahap, sehingga masih sangat

aman jika dipelihara pada salinitas 10-15 ppt. Sumber air dapat berasal dari sungai, saluran

irigasi, bendungan, air tanah serta tidak terkontaminasi oleh bahan kimia beracun seperti

pestisida, herbisida, logam berat dan muatan bahan organic tinggi. Sedangkan rentang pasut

minimal 0,6 meter. Pembuangan air pada tanah yang sedikit miring dapat dilakukan dengan

mudah..

2. Pembuatan Kolam/Tambak

Tambak yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Tinggi tambak pemeliharaan benih 0,8-

1,0 m, tambak pendederan 1,0-1,25 m, tambak pembesaran 1,5-2,0 m. Lebar pematang >1 m

dan sama dengan tingginya sedangkan sisa pematang diatas permukaan air 30-40 cm untuk

kolam kecil dan 50-60 cm untuk kolam besar. Kemiringan di pematang bagian luar1:1-1:1.5

dan bagian dalam 1:2 untuk kolam kecil dapat dikurangi menjadi 1:1. Pintu air penting untuk

mengatur level air yang diinginkan saat pemeliharaan, panen maupun saat darurat. Pintu air

yang baik terbuat dari beton lebar 40-60 cm (tergantung luas kolam) memiliki 3 papan pengatur

air dan saluran air. Tinggi pintu air minimal 30-40 cm diatas permukaan air. Tata letak kolam
ideal memiliki dua atau lebih kolam-kolam parallel dengan sumber air suplai berbeda dengan

air pembuangan

3. Pengelolaan Tambak

(a) Persiapan Tambak

 Pengeringan total dengan kadar air tanah 20% untuk mempercepat pembusukan bahan

organik.

 Pemberantasan hama dapat dilakukan dengan penebaran saponin sekitar 500 kg/ha jika

diperlukan.

 Pengapuran dasar tambak dengan 250 – 300 kg CaO atau 750 kg CaCO3 per ha.

 Pupuk kandang 1000–3000 kg per ha. Perbaikan kualitas pupuk kandang dapat dilakukan

dengan menambahkan dedak 10% dan EM4 secukupnya. Setelah pupuk ditebar air

dimasukkan setinggi 10 cm (difilter dengan saringan 1 mm) untuk mempercepat

mineralisasi pupuk kandang selama 3 hari.

 Air dinaikkan setinggi 80 cm kemudian dimasukkan 50 kg urea dan 50 kg TSP yang telah

dilarutkan.

(b) Penebaran benih

 Setelah 2 minggu penebaran pupuk, kemudian dimasukkan benih berukuran 10 – 15 g

sebanyak 20.000 ekor per ha.

 Pemupukan lanjutan dapat dilakukan seminggu sekali sebanyak 500 kg/ha dengan cara

disebar.

 Jika ikan nila yang dipelihara bercampur jantan betina maka dapat setelah 2-3 bulan dapat

diamati untuk dipanen sebagian untuk mencegah overpopulasi.


 Setiap minggu dapat dilakukan sampling pertumbuhan. Kuva pertumbuhan dapat dilihat

pada grafik 1.

Grafik 1. Pertumbuhan Ikan Nila selama 14 bulan

(c) Monitoring Kualitas Air

Kualitas air dicek tiap minggu. Pemberian pupuk kandang yang intensif mengakibatkan

fluktuasi DO, pH, dan CO2. Pada pagi hari ketika blooming plankton melebihi batas maka DO

akan turun dibawah 1 di dasar tambak. Penyerapan CO2 pada siang hari menyebabkan pH air naik

dan sebaliknya pada malam hari. Angka pH yang tinggi ditambah dengan ammonia total yang

tinggi mengakibatkan pembentukan ammonia tak terdisosiasi tinggi sehingga mengancam

kehidupan ikan. Berikut ini standar parameter kualitas air yang baik untuk pertumbuhan nila:

• pH : 6.5-9.0

• DO : 3,0-8,0 ppm

• CO2 : 5,0-12,0 ppm

• Alkalinitas : 50,0-150,0 ppm


• Kesadahan : 50,0-250,0 ppm

• Suhu : 25,0-30,0oC

• Salinitas : 0-25 ppt

(d) Suplai Air

Air ditambahkan dua kali seminggu untuk mengganti hilangnya air karena penguapan dan

perembesan.

(e) Lama Pemeliharaan

Pembudidayaan Ikan Nila dilakukan selama 120 – 180 hari (4-6 bulan).

(f) Panen dan Perkiraan Produksi

Dengan teknologi tradisional dalam 4 – 6 bulan ikan nila dapat mencapai berat 100-300 g.

Panen dapat dilakukan sebagian atau keseluruhan. Perkiraan hasil per ha bergantung pada jumlah

pemberian pupuk. Budidaya nila di tambak berdasarkan beberapa data dapat dihasilkan 400-3600

kg/ha untuk budidaya tradisional dan 2000-5300 kg/ha untuk budidaya semi intensif sekali panen.

Produktifitas tambak tradisional dapat dilihat dalam table 1.

Tabel 1. Produktifitas Ikan Nila pada Tambak Tradisional

Hasil Keuntungan
Padat Tebar Input
(kg/ha) (Ribu Rupiah)

1 ekor/m2 1,8 kg P/ha/minggu 440 -19570

1 ekor/m2 125 kg KA/ha/minggu 1162 -9530


1 ekor/m2 14,1 kg N/ha + 12,7 P/ha (per minggu) 1513 -13790

1 ekor/m2 250 kg KA/ha/minggu 1537 -4590

1 ekor/m2 750 kg KA/ha/minggu 1779 -4010

1 ekor/m2 500 kg KA/ha/minggu 1903 -1100

2 ekor/m2 18,2 kg N (urea)/ha + 5,4 kg P/ha 2045 -3730

2 ekor/m2 250 kg KA/ha/minggu 2317 250

+ 17,3 kg N (urea)/ha + 3,1 kg P/ha

1 ekor/m2 1000 kg KA/ha/minggu 2329 2300

2 ekor/m2 750 kg KA/ha/minggu 2709 4000

+ 29,9 kg N (urea)/ha

2 ekor/m2 750 kg KA/ha/minggu 2764 6410

+ 6,3 kg N (urea)/ha

2 ekor/m2 750 kg KA/ha/minggu 2825 7630

2 ekor/m2 500 kg KA/ha/minggu 3560 17490

+ 15,4 kg N/ha +1,9 kg P/ha

2 ekor/m2 750 kg KA/ha/minggu 3685 18930

+ 14,1 kg N (urea)/ha

Produktifitas terendah dicapai oleh perlakuan pemberian pupuk TSP tunggal sebanyak 1,8

P kg/ha/minggu (P dihitung dari kadarnya dalam pupuk). Produktifitas tertinggi dicapai oleh

pemberian pupuk kotoran ayam kering (KA) sebanyak 750 kg dan 14,1 N (urea) kg /ha/minggu.

Keuntungan rendah pada padat tebar 1 m2. Hal ini dikarenakan input terlalu berlebihan sehingga
Ikan Nila tidak mampu memanfaatkan pakan alami yang tersisa. Pada tingkat tertentu semakin

tinggi padat tebar akan semakin meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan alami. Semakin besar

ukuran ikan semakin kurang efisien dalam memanfaatkan pakan alami. Ikan Nila tidak hanya

memakan fitoplankton dan zooplankton akan tetapi juga mengkonsumsi mikroorganisme yang

tumbuh di kotoran itu sendiri. Sehingga seiring peningkatan pemberian pupuk meningkat pula

produktifitas tambak.

Produktifitas dapat ditingkatkan dengan pemberian pakan 1,5%-3% selama masa

pemeliharaan atau setelah 1-3 bulan dari penebaran benih. Produktifitas Ikan Nila dengan metode

semi intensif dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Produktifitas Ikan Nila pada Tambak Semi Intensif

Hasil Keuntungan
Padat Tebar Input
(kg/ha) (Ribu Rupiah)

1 ekor/m2 750 kg/ha KA/minggu 2196 -10800

(60 hari I, kemudian pakan 3%)

1 ekor/m2 750 kg/ha/minggu 2223 -6930

(90 hari I, kemudian pakan 3%)

1 ekor/m2 750 kg/ha KA/minggu (30 hari I, kemudian 2349 -9840


pakan 3%)

2 ekor/m2 500 kg KA/ha/minggu 4351 15110

+ Pakan 1,5%/hari

2 ekor/m2 1000 kg KA/ha/minggu 4794 14120

(60 hari I, kemudian pakan 3%)


2 ekor/m2 Pakan 3%/hari 5305 9820

Harga pakan yang relatif mahal tidak seimbang dengan harga jual nila sehingga sedikit

keuntungan yang didapat. Pemberian pakan dapat dikurangi dengan melakukan pemupukan

tambak terlebih dulu.

4. Hama

 Bebesan (Notonecta)

Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangka minyak


tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

 Ucrit (Larva cybister)

Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulitdiberantas;


hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

 Kodok (Rana sp)

Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung;
menagkap dan membuang hidup-hidup.

 Ular

Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran


kolam.

 Lingsang

Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian: pasang jebakan berumpun.

 Burung

Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.


Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang.
5. Penyakit

 Penyakit pada kulit

Gejala : pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.

Pengendalian:

1. direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2

gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari. kemudian.

2. direndam dalam Neguvon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5%.

 Penyakit pada insang

Gejala : tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan.

Pengendalian: sama dengan di atas.

 Penyakit pada organ dalam

Gejala : perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit.

Pengendalian: sama dengan di atas.

Kadang pengobatan penyakit menjadi sesuatuHal-hal yang dilakukan untuk dapat

mencegah timbulnya hama dan penyakit pada budidaya ikan nila:

a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.

b) Benih ikan benar-benar bebas penyakit dan berukuran besar (>10 gr).

c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.

d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air

dan satu pintu pengeluaran.

e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.


b. Teknik Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)

1. Pemilihan lokasi

Posisi lahan tambak sebaiknya terletak di antara pasang surut air laut, berguna bagi pengairan

tambak yang mengandalkan mekanisme pasang surut air laut. Dekat sumber air, baik dari muara,

sungai maupun langsung dari laut. Tidak terletak di daerah rawan banjir. Tanah tidak mudah bocor

(porous), sehingga tambak dapat mempertahankan volume air. Tanah yang baik yaitu yang

bertekstur lempung (komposisi liat, pasir dan debu berimbang) dan liat berpasir. Hindari tanah

yang bersifat sulfat masam (kandungan pyrit tinggi).

2. Persiapan Tambak

Ukuran tambak sebaiknya tidak terlalu luas, yaitu berkisar antara 1-5 Ha per petak, karena

lahan yang terlalu luas kurang efektif untuk tambak bandeng. Tinggi pematang dari pelataran

minimal 60 cm, kedalaman minimal 20 cm dari pelataran. Lebar pematang 1,5 - 2 meter,

memungkinkan untuk penanaman mangrove di pematang. Caren dari pelataran sedalam 20 cm


(tanah diambil oleh pematang). Manfaat caren untuk memudahkan panen dan tempat istirahat

bandeng. Terdapat tumbuhan mangrove di saluran air. Perhatikan bagian pematang dan pintu

tambak, jika terdapat kebocoran segera lakukan penambalan dan perbaikan. Meninggikan

pematang tambak untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya limpasan air pasang.

3. Pengeringan Tambak

Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar tambak terlihat retak-retak. Harus mengetahui

kualitas tanah. Jika tanah dasar mengandung pyrit atau pH rendah, maka harus dilakukan

pencucian tanah terlebih dahulu dengan memasukkan air dalam pelataran minimal satu kali dalam

24 jam lalu air dibuang. Pencucian tambak dapat dilakukan lebih dari satu kali, sesuai kebutuhan.

. Masukkan air ke dalam tambak dan diamkan selama 1 - 2 hari. Tinggi air sekitar 10 cm. Buanglah

air yang ada di dalam tambak, kemudian periksa kembali pH tanah. Lakukan berulang-ulang

hingga pH tanah mendekati 6. Pencucian tanah dasar selain dapat meningkatkan pH tanah, juga

mengurangi lumpur hitam dan kandungan pyrit pada dasar tambak. 3. Jika terdapat endapan

lumpur berwarna hitam di dasar tambak, angkat dan buang lumpur ke luar tambak (keduk Teplok).

4. Pengapuran Tambak

Mengukur pH tanah dasar tambak pada beberapa titik yang berbeda dengan menggunakan alat

pengukur pH tanah (pH soil tester). Jika tidak mempunyai alat, dapat menghubungi petugas teknis

perikanan setempat. Pengapuran menggunakan kapur dolomit [CaMg (CO3)2], kapur pertanian

(CaCO3), atau CaO, Ca(OH)2 (kapur tohor) ke area dasar tambak pada saat pengeringan.

Pengapuran untuk menetralisir pH tanah, yaitu jika : pH tanah antara 4 – 5, gunakan kapur

sebanyak 500 – 1000 kg/ha. pH tanah antara 5 – 6, gunakan kapur sebanyak 250 – 500 kg/ha. pH

tanah >6, gunakan kapur 100 – 250 kg/ha (atau tidak dilakukan pengapuran).
5. Pemupukan Tambak

Pemupukan bertujuan menyuburkan tanah untuk menumbuhkan pakan alami berupa klekap,

lumut, dan plankton. Pakan alami ditumbuhkan dengan menggunakan pupuk organik dan/atau

pupuk anorganik. Pemupukan berupa pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk organik

menggunakan pupuk kompos yang jumlahnya sekitar satu Ton/Ha, ditebar merata di tanah yang

masih dalam keadaan kering atau tidak terlalu basah. Jika menggunakan pupuk kandang, maka

pupuk tersebut harus terlebih dahulu dicampur dengan kapur kemudian difermentasi dan

dikeringkan. Jika dalam tambak terdapat parit (caren), maka pupuk organik juga ditebar ke dalam

parit. Pakan alami Klekap akan mudah tumbuh pada tanah berlempung. Berbeda jenis tanah akan

berbeda pula aplikasi pupuknya. Jumlah pupuk yang ditebar harus memperhatikan jenis tanah dan

kebutuhan pakan alami bandeng. Jika petambak ingin memperbanyak klekap maka pemberian

pupuk dilakukan sebelum pengisian air, sedangkan jika ingin memperbanyak lumut maka

pemberian pupuk dilakukan setelah pengisian air. Jumlah pupuk organik yang optimal yaitu sekitar

150 kg/ha. Sering dijumpai jenis tanah tambak yang tidak cocok menggunakan pupuk organik,

yaitu pada tanah berpasir, maka cukup dengan pupuk anorganik.

6. Pengisian Air Tambak

Pastikan air yang masuk ke tambak berkualitas baik. Pengisian air dilakukan dengan membuka

pintu air yang telah dilengkapi dengan saringan minimal 2 (dua) buah. Tujuannya untuk

mencegah/memperkecil potensi masuknya hama berupa bibit predator atau ikan-ikan liar,

organisme pesaing serta penyakit. Pengisian air dapat pula dengan menggunakan pompa air.

Pengisian air dilakukan secara bertahap, tahap pertama 10 cm, lalu dinaikkan menjadi 20 cm,

kemudian 40 cm. Dilakukan secara bertahap untuk merangsang pertumbuhan pakan alami. Setelah

pengisian air, dapat dilakukan pemupukan susulan untuk menumbuhkan pakan alami. Dosis pupuk
anorganik optimum yaitu 400 kg/ha. Dosis Pemupukan dapat dilakukan dengan perbandingan 1 :

1 (Urea : SP 36). Komposisi pupuk tersebut disesuaikan dengan kondisi nitrogen dan pospat di

tambak. Jika nitrogen di tambak banyak, maka perbandingannya bisa 1 : 3 (100 kg urea dan 300

kg SP 36). Penambahan probiotik (bacillus) sebanyak 4 liter/ha. Probiotik diencerkan dengan air

1 (satu) ember dan ditebar merata di petakan. Setelah itu diberikan secara rutin sebanyak 2 liter 1

kali seminggu untuk satu hektar. Bila pakan alami telah tumbuh, tambak sudah dapat ditebari benih

ikan.

7. Kriteria Benih Ikan Bandeng (Nener)

Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat. Gerakannya lincah. Jika air diputar dalam

bak, nener bergerak melawan arus. Warna tubuh transparan dan isi perut terlihat penuh. Responsif

terhadap pakan yang diberikan. Umur minimal 18 hari dengan panjang tubuh 1,6 cm.

Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, agar nener tidak stress akibat

dari perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener sesuai dengan ukuran kantong plastik dan

kandungan oksigen, untuk menghindari nener mengalami stress dalam pengangkutan. Bila

perjalanan ditempuh lebih dari 3 jam, turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar 24 C agar

nener tidak aktif. Kepadatan nener dalam kemasan disesuaikan dengan waktu tempuh; sebagai

gambaran kepadatan nener dalam satu kantong sebanyak 2.500 ekor untuk waktu tempuh 24 jam

dengan volume air 2-3 liter dan 2/3 oksigen dari volume kantong, sedangkan untuk ukuran

gelondongan (5 – 7 cm) kepadatan 500 ekor perkantong (volume air 2-3 liter, 2/3 oksigen).

8. Penebaran Benih Ikan Bandeng


Lakukan segera aklimatisasi (adaptasi terhadap lingkungan air baru) pada benih yang telah tiba

di lokasi. Caranya, kantong yang berisi nener dimasukkan ke dalam tambak. Kemudian ditunggu

beberapa saat hingga suhu dalam kantong relatif sama dengan suhu di luar kantong. Dapat pula

nener ditebar di ember (bak penampungan yang dapat menampung 25.000 ekor dengan volume 20

liter) untuk aklimatisasi, lalu dilakukan pemberian pakan ke bak penampungan menunjukkan

Survival Rate (SR)-nya lebih tinggi. Nener dalam bak ember sekitar setengah jam. Buka kantong

secara hati-hati, kemudian dibiarkan nener keluar sendiri dari kantong atau dilepaskan secara

perlahan-lahan.

9. Pemeliharaan Bandeng Untuk Gelondongan

Umumnya dilakukan selama 15 - 60 hari. Lakukan penggelondongan pada nener sebelum

ditebar pada petak pembesaran. Jumlah nener yang ditebar sebanyak 100 – 200 ekor/m untuk

gelondongan awal, dengan luas petakan 2.500 m dengan kedalaman 60 cm. Kepadatan sangat

ditentukan oleh target produksinya. Panen nener penggelondongan dilakukan secara parsial,

misalnya pada hari ke-15 sudah panen awal hingga 60%. Penggelondongan untuk kelompok :

disesuaikan dengan luas tambak (pasar untuk anggota kelompok). Luas gelondongan, biasanya

10% dari luas tambak pembesaran.

10. Pemeliharaan Pembesaran

Setelah nener mencapai ukuran gelondongan, serta pakan alami sudah tumbuh di tambak.

Lakukan penebaran dengan kepadatan sekitar 7.500 – 10.000 untuk gelondongan 10 cm, dengan

target panen lebih 1 ton/ha. Dimana biasanya target 1 hektar menghasilkan 1 ton bandeng, dengan

daya hidup 90% dan berat 200 gram/ekor. Produksi dapat mencapai 1,5 ton apabila pakan alami
tersedia dengan lama pemeliharaan 5 - 6 bulan. Tebarlah benih bandeng gelondongan yang

memiliki ukuran seragam. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Apabila pakan

alami sudah terlihat menipis, segera lakukan pemupukan susulan, dengan dosis 30% dari dosis

awal. Sebelum pemupukan susulan dilakukan, ketinggian air tambak ditambah dan dipertahankan

ketinggiannya. Kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk anorganik sebanyak 10% dari

pupuk awal. Untuk menghindari timbulnya amoniak, lakukan pemupukan susulan dengan

melarutkan lebih dahulu, kemudian ditebar ke permukaan air. Pupuk susulan dapat dilakukan pula

dengan cara menempatkannya dalam kantong yang berpori (karung) kemudian diapungkan pada

kolom air. Jika kondisi perairan tambak baik dan pakan alami cukup, maka dengan pemeliharaan

selama 3 - 4 bulan di petak pembesaran, maka ikan bandeng dapat mencapai ukuran 300 - 350

g/ekor (3 ekor/kg).

11. Pengelolaan Kualitas Air

Untuk menjamin terpeliharanya kondisi perairan yang baik, kawasan pertambakan sebaiknya

memiliki luas tumbuhan mangrove sebesar 50% untuk menjamin daya dukung lingkungan dan

keberlanjutan budidaya ikan bandeng. Untuk menjaga kualitas air tambak selama pemeliharaan,

lakukan pergantian air secara rutin dengan memanfaatkan kondisi pasang surut, cek kualitas air

dalam tambak secara rutin setiap hari (pH, suhu, kecerahan, usahakan 2 - 3 kali sehari). Jika

ketinggian air pasang tidak dapat diandalkan untuk mengisi air tambak; penambahan air tambak

dapat dilakukan dengan bantuan pompa air. Kemudian hal sangat penting yang harus diperhatikan

adalah pencemaran. Amatilah sumber-sumber pencemar di sekitar kawasan tambak seperti sampah

rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian pada daerah aliran sungai. Lakukan komunikasi

dan koordinasi melalui kelompok kepada pihak-pihak yang melakukan pencemaran untuk
mengurangi jumlah bahan pencemar. Buat kesepakatan agar tidak mencemari tambak dan sumber

air.

12. Hama

Hama Pengganggu yaitu kepiting (ketam), udang tanah, tritip dan tiram

a. Akibat: Membuat pematang tambak bocor atau menempel di pintu-pintu air

b. Penanggulangan: Ditanggulangi sejak persiapan tambak. Menggunakan saringan pada inlet

(pintu masuk air). Jenis pemberantasan hama dari racun nabati: Biji teh/saponin = 150 –

200 kg/ha.

Hama Pemangsa: Burung-burung

a. Akibat : Memangsa ikan bandeng yang dipelihara pada kolam penggelondongan.

b. Penanggulangan : Jaring pelindung (rumbairumbai), dan atau alat pengusir burung.

Menggunakan jaring dan tali penjebak. Meninggikan air minimal 70 cm

13. Penyakit

Penyakit menghambat pertumbuhan ikan bandeng, bahkan menyebabkan kematian dan gagal

panen. Penyakit dipicu seiring dengan memburuknya kualitas air. Penumpukan bahan organik dari
sisa kotoran ikan menjadi media perkembangan parasit dan bakteri. Penyakit yang sering

menyerang bandeng dikenal sebagai cold atau penyakit pilek yang biasa berjangkit pada saat

terjadinya perubahan cuaca mendadak (hujan deras atau penurunan suhu air). Tanda-tandanya

yaitu bandeng menjadi lemah, nafsu makan berkurang, dan warna kulit menjadi pudar yang tampak

nyata setelah 2 – 3 hari. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit adalah vibrio yang

menyebabkan ekor busuk (fin rot). Pergantian air secara rutin dapat mengurangi penyakit.

Penggunaan bahan kimia untuk menanggulangi penyakit tidak dianjurkan, kecuali dalam kondisi

terpaksa.

14. Panen Dan Pasca Panen

Panen dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan pencapaian ukuran ikan yang dipelihara

yaitu 300 – 350 gram/ekor. Panen ikan bandeng pada sistem tradisional yaitu sekitar 4 bulan masa

pemeliharaan di petak pembesaran. Dengan demikian panen bandeng dapat dilakukan secara

bertahap (panen selektif).

Cara Panen :

Panen dilakukan pada pagi hari saat usus kosong dan menghindari kerusakan organ pencernaan.

Air tidak dikurangi dan menggunakan waring untuk menghindari sisik lepas. Bandeng diserok

secara total menggunakan krikip kemudian dipindahkan ke terpal (hapa) menggunakan keranjang.

Beberapa cara agar ikan bandeng tetap segar :


Usahakan ikan bandeng dipanen dalam keadaan masih hidup, tidak mati di dalam tambak. Dalam

pemanenan, bandeng diperlakukan dengan baik, hindari melempar sembarangan yang

menyebabkan ikan luka (sisik lepas). Luka dapat mempercepat kebusukan. Usahakan ikan

bandeng mati dalam air yang bersuhu rendah atau dalam es. Ikan bandeng yang sudah dicuci

dimasukkan dalam air es selama beberapa menit, sehingga suhu menjadi dingin secara merata.

Ikan yang sudah dipanen, dicuci bersih dari semua kotoran, terutama dari lumpur yang menempel.

Ikan bandeng yang sudah bersih dan sudah didinginkan dengan es, siap dikemas dan diangkut ke

tempat penjualan ikan bandeng.

15. Packing Dan Pengiriman

Sebelum dikemas, ikan bandeng disortir berdasarkan ukuran dan kualitas yang sama; untuk

memudahkan pengelompokan dalam wadah packing. Persiapkan wadah ikan bandeng yang kedap

suhu, berupa styrofoam, boks plastik (fiber glass berinsulasi), sehingga ikan bandeng segar dan

tahan lama. Wadah yang sudah dipersiapkan, ditaburi dengan es batu yang telah dihancurkan,

sebagai lapisan pertama/dasar. Lapisan kedua adalah ikan bandeng disusun di atas lapisan es

(lapisan pertama). Demikian seterusnya lapisan ketiga yaitu lapisan hancuran es batu, terus ikan

bandeng yang disusun secara berselang – seling hingga wadah tersebut penuh. Diusahakan lapisan

paling atas adalah lapisan hancuran es batu. Ditutup dengan penutup wadah yang kedap terhadap

fluktuasi suhu di luar, dan ikan bandeng siap diangkut sampai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Jef, J. 2011. Budidaya Ikan Nila Di Air Payau. Diakses Dari


https://www.scribd.com/document/61785862/Budidaya-Ikan-Nila-Di-Air-Payau
Pada 29 Agustus 2018

Rustam, dkk. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Tambak Ramah Lingkungan.
WWF – Indonesia. Jakarta Selatan. 38 Hal.

Aminah, D. 2017. 10 Ikan Konsumsi Air Payau Paling Sering Di Makan Manusia. Diakases Dari
http://www.cianjurupdate.com/2017/12/10-ikan-konsumsi-air-payau-paling.html

Anda mungkin juga menyukai