Pengenalan LAPAN
Penutup
Pengenalan Tentang LAPAN
(Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)
Sejarah LAPAN
LAPAN dibentuk pada tanggal 27 November 1963 melalui
Keppres Nomor 236 Tahun 1963.
Peran LAPAN semakin diperkuat dengan kehadiran UU
Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Keantariksaan.
Peran LAPAN (menurut UU Tahun 2013) meliputi:
- Sains Antariksa
- Penginderaan Jauh
- Penguasaan Teknologi Keantariksaan
- Peluncuran
- Kegiatan Komersial Keantariksaan
Struktur Organisasi
Visi dan Misi
Visi : Terwujudnya Kemandirian Dalam Iptek Penerbangan dan
Antariksa Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bangsa.
Misi :
1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan
pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan.
2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan
pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh.
3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan
pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer serta kebijakan kedirgantaraan.
4. Meningkatkan pemanfaatan hasil Litbang untuk Pembangunan Nasional.
Peran Penginderaan Jauh
Ilmu & seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau
fenomena dengan suatu alat sensor tanpa kontak langsung dengan
obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1979).
Informasi
Target
Tipe orbit:
meteosat
NOAA
TM
SPOT
IRS
KVR
Ikonos
5km 1km 30m 10m 5 2 <1m
Orbit satelit
1
2
3
4
5
6
7
5
Citra Natural Kanal 5, 4, 3
Keunggulan Data Penginderaan Jauh
Cakupan (Coverage): Cakupannya luas dan menjangkau daerah
terpencil sehingga bermanfaat untuk semua wilayah
Pengulangan (Repetition): Adanya perulangan yang
memungkinkan dilakukan monitoring perubahan pada suatu
daerah
Kecepatan (Speed): dapat menyediakan data untuk quick
respond bencana, seperti: gempabumi, banjir, kebakaran
hutan/lahan, dll.
Konsistensi (Consistency): Data diperoleh dengan sensor dan
cara yang konsisten setiap waktu.
Keakuratan (Accuracy): Citra satelit dan GPS dapat mendukung
perolehan peta yang akurat.
Biaya yang murah (Low cost): digunakan untuk berbagai
kegiatan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga lebih murah
dibandingkan cara konvensional.
Jenis dan Karakteristik Data
Penginderaan Jauh
Satelit-Satelit Yang Mengorbit
Satelit Inderaja
MTSAT-1R 4 km NOAA 1 km
)
)
Citra MTSAT-1R
0.55-0.90 um @ (1km / 10bits)
10.3-11.3 um @ (4km / 10bits)
11.5-12.5 um @ (4km / 10bits)
140 E
MTSAT-1R (1- 4 Km)
Karakteristik Sensor
Spasial/
Kanal Spektral Radiometrik Temporal
Karakteristik Sensor
Radiance2 NE[delta]T(K)4
Surface/Cloud 20 3.660 - 3.840 0.45(300K) 0.05
Primary Use Band Bandwidth1 Spectral Required Temperature
21 3.929 - 3.989 2.38(335K) 2.00
Radiance2 SNR3
22 3.929 - 3.989 0.67(300K) 0.07
Land/Cloud/Aerosols 1 620 - 670 21.8 128
Boundaries 23 4.020 - 4.080 0.79(300K) 0.07
2 841 - 876 24.7 201
Atmospheric 24 4.433 - 4.498 0.17(250K) 0.25
Land/Cloud/Aerosols 3 459 - 479 35.3 243 Temperature
Properties 25 4.482 - 4.549 0.59(275K) 0.25
4 545 - 565 29.0 228
Cirrus Clouds 26 1.360 - 1.390 6.00 150(SNR)
5 1230 - 1250 5.4 74 Water Vapor
27 6.535 - 6.895 1.16(240K) 0.25
6 1628 - 1652 7.3 275
28 7.175 - 7.475 2.18(250K) 0.25
7 2105 - 2155 1.0 110
Cloud Properties 29 8.400 - 8.700 9.58(300K) 0.05
Ocean Color/ 8 405 - 420 44.9 880
Ozone 30 9.580 - 9.880 3.69(250K) 0.25
Phytoplankton/
9 438 - 448 41.9 838 Surface/Cloud
Biogeochemistry 31 10.780 - 11.280 9.55(300K) 0.05
10 483 - 493 32.1 802 Temperature
32 11.770 - 12.270 8.94(300K) 0.05
11 526 - 536 27.9 754 Cloud Top 33 13.185 - 13.485 4.52(260K) 0.25
12 546 - 556 21.0 750 Altitude
34 13.485 - 13.785 3.76(250K) 0.25
13 662 - 672 9.5 910 35 13.785 - 14.085 3.11(240K) 0.25
14 673 - 683 8.7 1087 36 14.085 - 14.385 2.08(220K) 0.35
15 743 - 753 10.2 586
1
16 862 - 877 6.2 516 Bands 1 to 19 are in nm; Bands 20 to 36 are in m
2
Spectral Radiance values are (W/m 2 -m-sr)
Atmospheric 17 890 - 920 10.0 167 3
SNR = Signal-to-noise ratio
Water Vapor 4
NE(delta)T = Noise-equivalent temperature difference
18 931 - 941 3.6 57
19 915 - 965 15.0 250
Note: Performance goal is 30-40% better than required
Citra NOAA/AVHRR - Karakteristik
NOAA NOAA/AVHRR (National Oceanic and Atmospheric
Administration/Advanced Very High Resolution Radiometer)
Orbit: sun-synchronous,near-polar
Ketinggian: 830 870 km,
Temporal: 7:30 a.m. dan 1:40 p.m. (2 kali)
Spasial/
Kanal Spektral Radiometrik Temporal
A B C
Res. Rendah Res. Menengah Res. Tinggi
Terra/Aqua Landsat-7 SPOT-5
NPP Landsat-8 SPOT-6
NOAA-18/19
Terra
Metop
MTSAT-1R
SPOT-5
Aqua SPOT-6
Landsat-7 Landsat-8
Stasiun Bumi LAPAN
Parepare,
Jakarta & South Sulawesi
Rumpin (West
Java)
Rencana Akuisisi Data Satelit Penginderaan
Jauh di Stasiun Bumi LAPAN (2012-2020)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Terra
NPP JPSS-1
Aqua
NOAA-19 MetOp-B MetOp-C
Himawari-6 Himawari-7 Himawari-8
FY-3B FY-3C FY-3D FY-3E FY-3F
SPOT-4
Landsat-7 Landsat-8 (LDCM) Landsat-9
SAOCOM-1A SAOCOM-1BSAOCOM-2ASAOCOM-2B
ALOS-2
http://satulayanan.net/
Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh
Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh
MTSAT-1R 4 km NOAA 1 km
Data SPOT-4
Lokasi:
Kapuas Hulu dan
Sintang,
Kalimantan Barat
03-07-2009 16-05-2012 15-10-2012
Shade
Non Photoshyntetic
Vegetation (NPV)
Soil
Perubahan Hutan 2000-2009
Pemantauan Hutan & Perkebunan
Kab. Pesisir Selatan, Prov. Sumatera Barat
PEMBUKAAN LAHAN
MASA PERTUMBUHAN
(TUMBUHAN MUDA)
MASA PANEN
Monitoring Fase Pertumbuhan
pada Lahan Perkebunan
Citra IKONOS
Monitoring Perkebunan Sawit
Citra IKONOS
Citra IKONOS
Sumber : Atriyon J Vegetasi, air dan awan dimasking (ASL Enviromental Science inc.)
Pemantauan Aktivitas Pertambangan
Sumber : Atriyon J
Pemantauan Aktivitas Pertambangan
Sumber : Atriyon J
Pemantauan Aktivitas Pertambangan
Fase vegetatif
1 - 2 bulan
Fase generatif
> 2 bulan
Fase bera
Landsat 5
Aplikasi Citra Topografi 3 Dimensi
ALOS
Landsat
IKONOS
Aplikasi Citra Topografi 3 Dimensi
ALOS PALSAR
Sumber Data :
Landsat-TM
11-02-1998
Pemantauan Mangrove
Lapan bekerjasama dengan Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan
dan Fakultas Kehutanan IPB Bogor, Kemenhut, BIG, KKP, KLH dalam satu wadah One Map Mangrove.
Terumbu Karang
Terumbu Karang
IR channel
Pemantauan Depresi/Siklon Tropis
Citra MTSAT-1R
INDONESIA
TROPICAL
CYCLONE
ADANYA SIKLON TROPIS DI BARAT LAUT AUSTRALIA, CURAH HUJAN LEBAT TERJADI
DI PULAU JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA
Pemantauan Depresi/Siklon Tropis
Citra MTSAT-1R
TROPICAL
CYCLONE
INDONESIA
Arus Geostrofik
Penambahan daratan di Kota Kendal Penambahan daratan di Kota Semarang Perubahan Delta di Kecamatan Wedung
PULAU SEBATIK
KEGIATAN LAPAN TA. 2008/2009
BERBATASAN DENGAN
MALAYSIA (SABAH)
QUICKBIRD
Pemantauan Fire Danger Rating System
Citra NOAA/AVHRR & MODIS
Tampilan Informasi Hotspot dari Format KML
Akumulasi Tgl.1 - 24 Juni 2013 (Seluruh Indonesia)
Tampilan Informasi Hotspot dari Format KML
Tgl. 1 - 24 Juni 2013 (Grafik Distribusi Menurut Provinsi)
Asap Kebakaran Hutan/Lahan
20 Juni 2013 (MODIS TERRA)
Pemantauan Titik Panas dan Asap
Citra NOAA/AVHRR
Pemantauan Titik Panas dan Asap
Citra NOAA/AVHRR
Pemantauan Titik Panas dan Asap
Citra MODIS
Titik Panas Kebakaran Hutan/Lahan
Two options on Planck curve fit.
Which is more accurate?
85
Pemantauan Aktivitas G. Merapi
OIL SPILL
RED COLOR
DITJEN MIGAS
Kementerian ESDM Sumber : Katmoko Ari S
Sistem Pemantauan Bumi Nasional
Perguruan
tinggi/Lembaga
litbang lain Riset Feedback
U
Metode/
Pedoman
S
PUSFATJA SPBN E
R
Informasi S
Mitigasi Bencana
SDM permintaan
Pengembangan
/Infrastuktur Metode/Sistem
Perguruan
tinggi/Lembaga Riset Feedback
litbang lain
Sistem Pemantauan Bumi Nasional
menetapkan standar metode pengolahan dan produksi
informasi;
menetapkan pedoman pemanfaatan data dan diseminasi
informasi;
melaksanakan pemanfaatan dan pengolahan klasifikasi serta
deteksi parameter geo-bio-fisik;
melaksanakan pemantauan perubahan tutupan lahan dan
parameter geo-bio-fisik darat, pesisir dan laut, lingkungan dan
bencana, serta atmosfer sebagai bahan kebijakan Pemerintah.
melaksanakan diseminasi; dan
melaksanakan supervisi pemanfaatan data penginderaan jauh
Metode dan Informasi yang Tersedia
Kebakaran Hutan/lahan Metode penentuan titik panas (hotspot) Informasi Sistem Peringkat Bahaya kebakaran
Metode deteksi daerah bekas kebakaran Informasi titik panas (hotspot)
Metode penentuan asap kebakaran Informasi sebaran asap
LAPAN sejak tahun 2006 telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan Sentinel
Asia menjadi anggota JPT dan melakukan kegiatan emergency quick
response kebencanaan melalui Sentinel Asia System.
Pada 10 Februari 2010 secara resmi Lapan menjadi anggota DAN (Data
Analysis Node) di Sentinel Asia System.
International Charter
International Charter merupakan sebuah perjanjian di antara agensi pengelola data
satelit untuk membantu dalam penyediaan data dan informasi dari satelit pada saat
saat fase tanggap darurat suatu bencana dengan skala besar.
APSCO
Lapan juga berperan aktif dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Asia-
Pacific Space Cooperation Organization (APSCO) sebagai peserta dan
narasumber.
Tantangan:
Bagaimana proses identifikasi, analisis, interpretasi serta penyampaian
informasi kebencanaan dapat dilakukan secara efektif, efisien, akurat dan
cepat, sehingga masyarakat di zona bahaya bencana dapat
mengantisipasi bencana yang terjadi.
Bagaimana hasil-hasil proses penginderaan jauh yang high tech, dapat
mudah dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat. Perlunya proses
edukasi yang tepat dan komprehensif dengan melibatkan dunia
pendidikan.
Potensi Kerjasama dengan Perguruan Tinggi
Kerjasama riset
Pembimbingan dan pembinaan mahasiswa
Expert Exchange
..
Contact Person