0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan33 halaman
Kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak kedua pada laki-laki. Penyebabnya berkaitan dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga, kondisi medis seperti kolitis ulseratif, dan gaya hidup seperti asupan lemak dan serat yang tidak seimbang. Tanda dan gejalanya meliputi perubahan BAB, nyeri, dan berat badan menurun. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan p
Kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak kedua pada laki-laki. Penyebabnya berkaitan dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga, kondisi medis seperti kolitis ulseratif, dan gaya hidup seperti asupan lemak dan serat yang tidak seimbang. Tanda dan gejalanya meliputi perubahan BAB, nyeri, dan berat badan menurun. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan p
Kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak kedua pada laki-laki. Penyebabnya berkaitan dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga, kondisi medis seperti kolitis ulseratif, dan gaya hidup seperti asupan lemak dan serat yang tidak seimbang. Tanda dan gejalanya meliputi perubahan BAB, nyeri, dan berat badan menurun. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium, dan p
Gambaran Umum Pada laki-laki merupakan kanker terbanyak ke-2 setelah kanker paru-paru. Lebih dari 95 % berbentuk adenocarcinoma. Insidensi: Usia diatas 50 tahun Riwayat keluarga/herediter Riwayat ulcerative colitis Polyposis Diverticulosis Hemoroids Etiologi Berhubungan dengan faktor resiko frekuensi lebih tinggi pada mereka yang memiliki risk factor, yaitu pada: Familial polyposis pasien pasti akan menderita carcinoma (100 %) Penderita ulcerative colitis lebih dari 20 tahun (50 %) Penderita Ca. mamae atau Ca. ovarium (8 %) Penderita Polyp pada colon-rektum dg ukuran > 1 cm (20 %) Mereka yang mengalami tindakan uretero sigmoidestomy (8 %) Faktor pemaparan bahan karsinogen baik dari makanan /minuman. Konsumsi makanan tinggi lemak (daging hewan yang maasih merah) dan rendah serat. Pathophysiology Hampir semua Ca. colon-rektum berasal dari polyp adenomatosus pada sel yang melapisi dinding colon yang kemudian berkembang menjadi adenocarcinoma. Menurut Deyle (2002), perkembangannya dibagi ke dalam 3 fase, yaitu: 1. Fase karsinogen: bersifat perangsangan, prosesnya lama sekali dan belum ada gejala. 2. Fase pertumbuhan tumor: berlangsung beberapa tahun dan masih belum ada gejala. 3. Fase timbulnya keluhan/gejala yang nyata dan timbul perlahan-lahan serta tidak sering. Berikutnya sel-sel kanker tsb dapat menginvasi jaringan sekitarnya shg menimbulkan ulcerasi atau perdarahan dan menimbulkan obstruksi bila membesar dan menutupi colon/kelenjar regional Pada kondisi yang lebih berat dapat mengakibatkan perforasi colon sehingga akhirnya menimbulkan peritonitis. Klasifikasi (Dukes classification) Stage A: kanker masih terbatas pada mukosa kolon Stage B: kanker sudah melakukan penetrasi dari kolon sampai ke jaringan luar rectal tapi sampai ke nodus lymph Stage C: Kanker sudah sampai meliputi nodus lymph. Stage D: kanker sudah tidak bisa direseksi dengan penyebaran/metastase sudah jauh ke seluruh bagian tubuh. Klasifikasi (Menurut TNM) Primary Tumor (T): Tx : Tumor primer tdk dpt dikaji/diidentifikasi To : Tumor primer tanpa gejala Tis : Tumor in situ (masih terbatas pada kapsul) T1 : Kanker sampai lapisan sub mukosa T2 : Kanker sampai lapisan otot/profia T3 : Kanker sudah melewati lapisan otot dan menuju lapisan serosa atau non peritoneal. T4 : Kanker sudah menyebabkan perforasi dinding colon atau scr langsung menginvasi organ lainnya. Klasifikasi (Menurut TNM) Nodus Lymph (N) Nx : Nodus lymph regional tdk dpt diidentifikasi No : Masih terbatas pada nodus lymph regional tanpa metastase N1 : Metastase dlm 1-3 nodus lymph pericolon dan perirektal N2 : Metastase dlm 4 atau lebih nodus lymph pericolon/perirectal Metastase keseluruhan bagian/jaringan nodus lymph. Klasifikasi (Menurut TNM) Metastase jauh (M) Mx : ada metastase tapi tdk dpt diidentifikasi Mo : Tidak ada metastase jauh M1 : Terdapat metastase jauh.
Kelompok Tingkatan (stage grouping):
Stage 0: Tis, No, Mo. Stage 1: T1, No, Mo atau T2, No, Mo Stage 2: T3, No, Mo atau T4, No, Mo Stage 3: Any T, N1, Mo atau any T, N2, Mo atau any T, N3, Mo. Stage 4: Any T, any N, M1 Staging Komplikasi: PerforasiPeritonitis Pencegahan: Abses Diet tinggi serat Fistula ke bladder Kurangi makanan atau ke vagina berlemak Perdarahan Hindari bahan makanan/ Ileus obstruksi minuman yg terpapar bahan karsinogenik Pertahankan BB ideal Deteksi dini : usia di atas 40 tahun Manajemen medik Pilihan Utama : Pembedahan (reseksi colon dan colostomy) tergantung stadium. Radiasi: radiasi pra bedah hanya diberikan pada Ca. rectum. Sedangkan radiasi pasca bedah dilakukan jika: Sel cancer telah menembus tunika muskularis profia Ada metastase ke kelenjar lymph regional Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal Chemotherapi: obat sitostatik, diberikan jika: In operabel Operabel, tapi ada metastase ke kelenjar regional, tumor telah menembus muskularis profia atau tumor telah diangkat tapi residiv kembali. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian: 1. Keluhan Utama: - Nyeri abdomen - Distensi abdomen - Konstipasi - Anoreksia, mual dan muntah - Berat badan menurun drastis dlm waktu singkat. Pengkajian Riwayat Kesehatan Sekarang dikembangkan dengan P, Q, R, S, T. Riwayat Kesehatan Dahulu: Kaji riwayat keluarga dg polyp colon Kaji riwayat menderita ulcerative colitis. Kaji riwayat menderita Ca. pada organ lain. Kaji riwayat hemoroid Kaji kebiasaan makan-makanan. Kaji terpapar oleh bahan karsinogen. Pemeriksaan fisik (Manifestasi klinik) Adanya perubahan pola BAB (sering konstipasi atau diare). Perubahan bentuk feses: kecil seperti feses kambing. Adanya darah atau mucous dalam feses. Nyeri abdomen dan rektum Nyeri atau sulit saat BAB. Anemia BB menurun drastis dlm waktu singkat Distensi abdomen Tanda-tanda peritonitis atau ileus obstruktip apabila sudah lanjut. Lemas/fatique Tenesmus Anoreksia, mual dan muntah. Pada palpasi: teraba adanya massa dan nyeri tekan (+) Pada auskultasi: bising usus menurun atau hilang (-) Pada perkusi: terdengar dulness di area yang ada tumor. Pada rectal toucher: terasa ada sumbatan/massa Hasil Lab. Dan Pemeriksaan diagnostik Hasil Lab. : Penurunan Hb Hasil Diagnostik: Pada feses: tampak USG: tampak gambaran ada darah atau tumor/massa. mucous. Colonoscopy: terjadi Peningkatan leukocyt sumbatan pada colon. Rontgen photo: tampak bayangan udara pada colon. Biopsi: menunjukan jenis kanker (jinak/ganas) CT scan. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi 1. Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi Intervensi Pre operasi: 1. Berikan diet TKTP dengan tinggi serat 2. Berikan nutrisi dg porsi kecil tapi sering 3. Berikan air hangat dan the manis sebelum makan. 4. Apabila klien dipuasakan karena distensi pasang maag slang untuk dekompresi lambung, pasang IV line dg three ways dan berikan nutrisi melalui parenteral (TPN). 5. Kolaborasi pemberian obat : anti e,metik, antasid dan multivitamin. Intervensi post operasi: 1. Berikan nutrisi parenteral: TPN. 2. Monitor intake output tiap hari dan timbang berat badan secara berkala. 3. Observasi BU dan lakukan test feeding apabila BU (+) dan tidak ada tanda-tanda distensi. 4. Apabila sdh boleh diberikan nutrisi per oral, mulailah pemberian nutrisi TKTP dg bentuk cair dan mudah diserap usus, misal: enterasol/ peptisol. 5. Jelaskan pada klien ttg program diet yang hrs dijalani. 6. Kolaborasi untuk: pemberian transfusi darah, obat anti emetik, dan multivitamin. 2. Ggn. Rasa nyaman: nyeri Intervensi Pre operasi: 1. Kaji lebih dalam tentang rasa nyeri yg dirasakan klien. 2. Jelaskan penyebab timbulnya nyeri. 3. Bimbing dan ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri: relaksasi/distraksi/guided imagery (tergantung situasi dan kondisi) 4. Berikan posisi yang nyaman (tergantung lokasi tumor) 5. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan nyeri. 6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik dan tindakan operasi. Intervensi post operasi 1. Lanjutkan pemberian analgetik sesuai dg program therapi. 2. Pilih metoda non farmaka yang tepat untuk mengurangi nyeri . 3. Bimbing dan ajarkan klien untuk melakukan upaya mengurangi nyeri (sesuai dg pilihannya). 4. Berikan posisi yang nyaman (tgt kondisidan letak luka operasi). 5. Ciptakan liingkungan yang tenang. 6. Monitor tanda vital dan skala nyeri. 3. Ggn. Pemenuhan eliminasi fecal b.d obstruksi sal. Cerna (Pre operasi) Intervensi: Berikan diet tinggi serat dan rendah lemak. Anjurkan l;ien untuk mika-miki dan mobilisasi. Kolaborasi untuk pemberian laxatip dan dilakukan colostomy atau tindakan operasi. 4. Perubahan pola eliminasi fecal b.d efek pemasangan colostomy (Post operasi) Intervensi: Jelaskan penyebab berubahnya pola eliminasi fecal kepada klien sesuai dg level pendidikannya Jelaskan maksud/tujuan dan lamanya dilakukan pemasangan colostomy Monitor bentuk, frekwensi dan konsistensi feses Lakukan perawatan colostomy (membersihkan dan mengganti kantong colostomy) Bimbing dan ajarkan klien/keluarga ttg cara merawat colostomy. 5. Cemas menghadapi operasi (pre operasi) Kaji level kecemasan klien. Berikan informed consent dg jelas bila klien dan kelg sdh setuju mintakan mereka untuk tanda tangan. Lakukan persiapan operasi baik fisik, mental dan spiritual klien. Lakukan persiapan alat-alat yg dibutuhkan untuk operasi (lab, rontgen, EKG dan pemeriksaan diagnostik lainnya). Fasilitasi klien untuk mengenal personil yg akan terlibat dlm proses operasi. Ajarkan teknik relaksasi: nafas dalam dan batuk efektip Anjurkan kelg untuk memberikan support system Dampingi klien pada saat menghadapi operasi. 6. Resiko terjadinya infeksi pada luka operasi dan area sekitar stoma colostomy (post operasi)
Lakukan perawatan luka operasi dg menerapkan prinsip
steril setiap hari (bila perlu lakukan extra balutan) Lakukan perawatan stoma dan penggantian kantong colostomy dg prinsip bersih setiap kantong terisi penuh (jaga sampai bocor). Jaga agar area sekitar stoma tetap kering dan bersih. Monitor tanda-tanda infeksi pada luka, stoma dan area sekitar stoma. Beritahu ciri-ciri stoma yang normal dan tidak normal. Kolaborasi untuk: pemberian anti biotik dan pemeriksaan lab ulang t.u. leukkocyt dan Hb. 7. Ggn. Konsep diri: menurunnya body image dan harga diri Post operasi) Bina hubungan saling percaya dan berikan sikap empati Berikan kesempatan pada klien untuk express feeling Bimbing klien untuk memilih koping yang konstruktip Dorong keluarga untuk memberikan support system Ajak klien untuk melihat dan berdiskusi dg pasien lain yang juga menjalani tindakan operasi dan pemasangan colostomy (group therapy). Jaga Privacy klien setiap melakukan tindakan. Tampakkan sikap caring dan jaga perilaku dari tindakan yg menyebabkan klien merasa tersinggung. PERAWATAN KLIEN DENGAN KOLOSTOMI PRE OPERATIF 1. Hubungi perawat terapist enterostomal (ET) untuk memberikan rekomendasi lokasi stoma dan pengajaran yang diperlukan. Factor- faktor seperti berat badan klien, cara berpakaian klien, dan garis pinggang dipertimbangkan dalam penempatan stoma untuk memfasilitasi rasa nyaman dalam perawatan jangka panjang dan mempermudah penanganan.
dari informasi yang diperlukan. Klien yang memahami perawatan pre operative dan post operative dengan baik akan berkurang rasa cemas dan mampu bekerjasama dalam penanganan dengan lebih baik.
3. Rujuk ke kelompok ostomi sesuai kebutuhan klien. Berbicara
dengan seseorang yang telah memakai ostomi dapat menolong klien menjadi lebih nyaman dengan kolostomi. POST OPERATIF 1. Kaji lokasi dan tipe kolostomi yang dibentuk. Lokasi stoma adalah indicator letak lokasi pemotongan usus dan predictor tipe drainasi fekal.
2. Kaji tampilan stoma dan kondisi kulit disekitarnya dengan rutin.
Pengkajian stoma dan kondisi kulit penting diawal periode post operative, kalau-kalau terkadi komplikasi untuk segera ditangani.
3. Posisi kantong penampung drain diatas stoma. Biasanya
drainase dapat berisi lebih banyak mucus dan cairan serosangrineous dari pada material fekal. Mulainya usus berfungsi, fekal akan menjadi normal. Konsistensi drainase tergantung pada stoma di bagian lokasi usus.
4. Kolostomi desending atau sigmoid dapat ditangani dengan
menggunakan kantong drainable atau irigasi. Pola eliminasi dari kolostomi sigmoid hampir sama dengan pola eliminasi normal klien sebelum operasi. Banyak klien akan buang air besar tiap hari dan tidak terus menerus menggunakan kantong atau sistem drainase. Untuk lebih aman gunakan kantong transparan. 5. Bila perlu, berikan kantong kolostomi irigasi, masukkan air ke dalam kolon sesuai prosedur irigasi kolostomi. Air akan merangsang pengosongan kolon. Klien dapat melakukan irigasi kolon tiap hari.
6. Bila dianjurkan irigasi kolostomi untuk klien dengan double-barrel
atau kolostomi loop, irigasi stoma di bagian proksimal. Pengkajian digital / dengan jari pada usus langsung dari stoma dapat menolong membedakan yang mana stoma proksimal. Usus bagian distal tidak mengandung fekal dan tidak perlu diirigasi. Kadang-kadang dapat diirigasi hanya untuk membersihkan terutama reanastomosa.
7. Pengosongan kantong drainable atau penggantian kantong
kolostomi bila diperlukan atau saat telah penuh 1/3 bagian kantong. Bila kantong kepenuhan, beratnya dapat merusak kantong dan perekat dan menyebabkan kebocoran.
8. Klien dengan kolostomi asending atau transverse tidak dilakukan
irigasi. Hanya sebagian kolon yang berfungsi, dan drainase fekal umumnya cair dan terus menerus. 9. Berikan perawatan stoma dan kulit klien. Perawatan kulit dan stoma yang baik penting untuk mempertahankan integritas kulit dan fungsi untuk pertahanan utama terhadap infeksi.
10. Gunakan bahan-bahan dempul, seperti perekat stoma
(stomahesive) atau karaya paste, dan wafer (bubuk obat) yang dibutuhkan untuk menjaga keamanan kantong ostomi. Ini kadang- kadang penting bagi klien dengan kolostomi loop. Tantangan bagi klien dengan kolostomi loop transverse adalah untuk menjaga keamanan kantong stoma diatas jembatan plastik.
11. Sebuah lubang pada kantong kolostomi akan menyalurkan flatus
keluar. Lubang ini dapat ditutup dengan Band-Aid an dibuka hanya bila klien mandi untuk kontrol bau. Kantong ostomi dapat menggembung keluar, merusak integritas kulit, bila gas terkumpul terlalu banyak