Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN DENGAN KANKER


COLON DAN REKTUM

By ALI HAMZAH, SKp. MNS


Gambaran Umum
Pada laki-laki merupakan kanker terbanyak ke-2
setelah kanker paru-paru.
Lebih dari 95 % berbentuk adenocarcinoma.
Insidensi:
Usia diatas 50 tahun
Riwayat keluarga/herediter
Riwayat ulcerative colitis
Polyposis
Diverticulosis
Hemoroids
Etiologi
Berhubungan dengan faktor resiko frekuensi lebih
tinggi pada mereka yang memiliki risk factor, yaitu pada:
Familial polyposis pasien pasti akan menderita
carcinoma (100 %)
Penderita ulcerative colitis lebih dari 20 tahun (50 %)
Penderita Ca. mamae atau Ca. ovarium (8 %)
Penderita Polyp pada colon-rektum dg ukuran > 1 cm
(20 %)
Mereka yang mengalami tindakan uretero
sigmoidestomy (8 %)
Faktor pemaparan bahan karsinogen baik dari makanan
/minuman.
Konsumsi makanan tinggi lemak (daging hewan yang
maasih merah) dan rendah serat.
Pathophysiology
Hampir semua Ca. colon-rektum berasal dari
polyp adenomatosus pada sel yang melapisi
dinding colon yang kemudian berkembang
menjadi adenocarcinoma.
Menurut Deyle (2002), perkembangannya
dibagi ke dalam 3 fase, yaitu:
1. Fase karsinogen: bersifat perangsangan, prosesnya
lama sekali dan belum ada gejala.
2. Fase pertumbuhan tumor: berlangsung beberapa
tahun dan masih belum ada gejala.
3. Fase timbulnya keluhan/gejala yang nyata dan
timbul perlahan-lahan serta tidak sering.
Berikutnya sel-sel kanker tsb dapat
menginvasi jaringan sekitarnya shg
menimbulkan ulcerasi atau perdarahan dan
menimbulkan obstruksi bila membesar dan
menutupi colon/kelenjar regional
Pada kondisi yang lebih berat dapat
mengakibatkan perforasi colon sehingga
akhirnya menimbulkan peritonitis.
Klasifikasi (Dukes classification)
Stage A: kanker masih terbatas pada mukosa
kolon
Stage B: kanker sudah melakukan penetrasi dari
kolon sampai ke jaringan luar rectal tapi sampai
ke nodus lymph
Stage C: Kanker sudah sampai meliputi nodus
lymph.
Stage D: kanker sudah tidak bisa direseksi
dengan penyebaran/metastase sudah jauh ke
seluruh bagian tubuh.
Klasifikasi (Menurut TNM)
Primary Tumor (T):
Tx : Tumor primer tdk dpt dikaji/diidentifikasi
To : Tumor primer tanpa gejala
Tis : Tumor in situ (masih terbatas pada kapsul)
T1 : Kanker sampai lapisan sub mukosa
T2 : Kanker sampai lapisan otot/profia
T3 : Kanker sudah melewati lapisan otot dan menuju
lapisan serosa atau non peritoneal.
T4 : Kanker sudah menyebabkan perforasi dinding
colon atau scr langsung menginvasi organ lainnya.
Klasifikasi (Menurut TNM)
Nodus Lymph (N)
Nx : Nodus lymph regional tdk dpt diidentifikasi
No : Masih terbatas pada nodus lymph regional
tanpa metastase
N1 : Metastase dlm 1-3 nodus lymph pericolon
dan perirektal
N2 : Metastase dlm 4 atau lebih nodus lymph
pericolon/perirectal
Metastase keseluruhan bagian/jaringan nodus
lymph.
Klasifikasi (Menurut TNM)
Metastase jauh (M)
Mx : ada metastase tapi tdk dpt diidentifikasi
Mo : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh.

Kelompok Tingkatan (stage grouping):


Stage 0: Tis, No, Mo.
Stage 1: T1, No, Mo atau T2, No, Mo
Stage 2: T3, No, Mo atau T4, No, Mo
Stage 3: Any T, N1, Mo atau any T, N2, Mo atau
any T, N3, Mo.
Stage 4: Any T, any N, M1
Staging
Komplikasi:
PerforasiPeritonitis Pencegahan:
Abses Diet tinggi serat
Fistula ke bladder Kurangi makanan
atau ke vagina berlemak
Perdarahan Hindari bahan makanan/
Ileus obstruksi minuman yg terpapar
bahan karsinogenik
Pertahankan BB ideal
Deteksi dini : usia di atas
40 tahun
Manajemen medik
Pilihan Utama : Pembedahan (reseksi colon dan
colostomy) tergantung stadium.
Radiasi: radiasi pra bedah hanya diberikan pada Ca.
rectum. Sedangkan radiasi pasca bedah dilakukan jika:
Sel cancer telah menembus tunika muskularis profia
Ada metastase ke kelenjar lymph regional
Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal
Chemotherapi: obat sitostatik, diberikan jika:
In operabel
Operabel, tapi ada metastase ke kelenjar regional, tumor telah
menembus muskularis profia atau tumor telah diangkat tapi
residiv kembali.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian:
1. Keluhan Utama:
- Nyeri abdomen
- Distensi abdomen
- Konstipasi
- Anoreksia, mual dan muntah
- Berat badan menurun drastis dlm waktu
singkat.
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Sekarang dikembangkan
dengan P, Q, R, S, T.
Riwayat Kesehatan Dahulu:
Kaji riwayat keluarga dg polyp colon
Kaji riwayat menderita ulcerative colitis.
Kaji riwayat menderita Ca. pada organ lain.
Kaji riwayat hemoroid
Kaji kebiasaan makan-makanan.
Kaji terpapar oleh bahan karsinogen.
Pemeriksaan fisik (Manifestasi klinik)
Adanya perubahan pola BAB (sering konstipasi atau diare).
Perubahan bentuk feses: kecil seperti feses kambing.
Adanya darah atau mucous dalam feses.
Nyeri abdomen dan rektum
Nyeri atau sulit saat BAB.
Anemia
BB menurun drastis dlm waktu singkat
Distensi abdomen
Tanda-tanda peritonitis atau ileus obstruktip apabila sudah lanjut.
Lemas/fatique
Tenesmus
Anoreksia, mual dan muntah.
Pada palpasi: teraba adanya massa dan nyeri tekan (+)
Pada auskultasi: bising usus menurun atau hilang (-)
Pada perkusi: terdengar dulness di area yang ada tumor.
Pada rectal toucher: terasa ada sumbatan/massa
Hasil Lab. Dan Pemeriksaan diagnostik
Hasil Lab. :
Penurunan Hb Hasil Diagnostik:
Pada feses: tampak USG: tampak gambaran
ada darah atau tumor/massa.
mucous. Colonoscopy: terjadi
Peningkatan leukocyt sumbatan pada colon.
Rontgen photo: tampak
bayangan udara pada
colon.
Biopsi: menunjukan jenis
kanker (jinak/ganas)
CT scan.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Intervensi Pre operasi:
1. Berikan diet TKTP dengan tinggi serat
2. Berikan nutrisi dg porsi kecil tapi sering
3. Berikan air hangat dan the manis sebelum
makan.
4. Apabila klien dipuasakan karena distensi
pasang maag slang untuk dekompresi
lambung, pasang IV line dg three ways dan
berikan nutrisi melalui parenteral (TPN).
5. Kolaborasi pemberian obat : anti e,metik,
antasid dan multivitamin.
Intervensi post operasi:
1. Berikan nutrisi parenteral: TPN.
2. Monitor intake output tiap hari dan timbang berat
badan secara berkala.
3. Observasi BU dan lakukan test feeding apabila BU
(+) dan tidak ada tanda-tanda distensi.
4. Apabila sdh boleh diberikan nutrisi per oral, mulailah
pemberian nutrisi TKTP dg bentuk cair dan mudah
diserap usus, misal: enterasol/ peptisol.
5. Jelaskan pada klien ttg program diet yang hrs dijalani.
6. Kolaborasi untuk: pemberian transfusi darah, obat
anti emetik, dan multivitamin.
2. Ggn. Rasa nyaman: nyeri
Intervensi Pre operasi:
1. Kaji lebih dalam tentang rasa nyeri yg dirasakan klien.
2. Jelaskan penyebab timbulnya nyeri.
3. Bimbing dan ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri:
relaksasi/distraksi/guided imagery (tergantung situasi
dan kondisi)
4. Berikan posisi yang nyaman (tergantung lokasi tumor)
5. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan nyeri.
6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik dan tindakan
operasi.
Intervensi post operasi
1. Lanjutkan pemberian analgetik sesuai dg program
therapi.
2. Pilih metoda non farmaka yang tepat untuk
mengurangi nyeri .
3. Bimbing dan ajarkan klien untuk melakukan upaya
mengurangi nyeri (sesuai dg pilihannya).
4. Berikan posisi yang nyaman (tgt kondisidan letak luka
operasi).
5. Ciptakan liingkungan yang tenang.
6. Monitor tanda vital dan skala nyeri.
3. Ggn. Pemenuhan eliminasi fecal b.d
obstruksi sal. Cerna (Pre operasi)
Intervensi:
Berikan diet tinggi serat dan rendah
lemak.
Anjurkan l;ien untuk mika-miki dan
mobilisasi.
Kolaborasi untuk pemberian laxatip dan
dilakukan colostomy atau tindakan
operasi.
4. Perubahan pola eliminasi fecal b.d efek
pemasangan colostomy (Post operasi)
Intervensi:
Jelaskan penyebab berubahnya pola eliminasi fecal
kepada klien sesuai dg level pendidikannya
Jelaskan maksud/tujuan dan lamanya dilakukan
pemasangan colostomy
Monitor bentuk, frekwensi dan konsistensi feses
Lakukan perawatan colostomy (membersihkan dan
mengganti kantong colostomy)
Bimbing dan ajarkan klien/keluarga ttg cara merawat
colostomy.
5. Cemas menghadapi operasi (pre operasi)
Kaji level kecemasan klien.
Berikan informed consent dg jelas bila klien dan kelg
sdh setuju mintakan mereka untuk tanda tangan.
Lakukan persiapan operasi baik fisik, mental dan
spiritual klien.
Lakukan persiapan alat-alat yg dibutuhkan untuk
operasi (lab, rontgen, EKG dan pemeriksaan diagnostik
lainnya).
Fasilitasi klien untuk mengenal personil yg akan terlibat
dlm proses operasi.
Ajarkan teknik relaksasi: nafas dalam dan batuk efektip
Anjurkan kelg untuk memberikan support system
Dampingi klien pada saat menghadapi operasi.
6. Resiko terjadinya infeksi pada luka operasi
dan area sekitar stoma colostomy (post operasi)

Lakukan perawatan luka operasi dg menerapkan prinsip


steril setiap hari (bila perlu lakukan extra balutan)
Lakukan perawatan stoma dan penggantian kantong
colostomy dg prinsip bersih setiap kantong terisi penuh
(jaga sampai bocor).
Jaga agar area sekitar stoma tetap kering dan bersih.
Monitor tanda-tanda infeksi pada luka, stoma dan area
sekitar stoma.
Beritahu ciri-ciri stoma yang normal dan tidak normal.
Kolaborasi untuk: pemberian anti biotik dan
pemeriksaan lab ulang t.u. leukkocyt dan Hb.
7. Ggn. Konsep diri: menurunnya body
image dan harga diri Post operasi)
Bina hubungan saling percaya dan berikan sikap empati
Berikan kesempatan pada klien untuk express feeling
Bimbing klien untuk memilih koping yang konstruktip
Dorong keluarga untuk memberikan support system
Ajak klien untuk melihat dan berdiskusi dg pasien lain
yang juga menjalani tindakan operasi dan pemasangan
colostomy (group therapy).
Jaga Privacy klien setiap melakukan tindakan.
Tampakkan sikap caring dan jaga perilaku dari tindakan
yg menyebabkan klien merasa tersinggung.
PERAWATAN KLIEN DENGAN
KOLOSTOMI
PRE OPERATIF
1. Hubungi perawat terapist enterostomal (ET) untuk memberikan
rekomendasi lokasi stoma dan pengajaran yang diperlukan. Factor-
faktor seperti berat badan klien, cara berpakaian klien, dan garis
pinggang dipertimbangkan dalam penempatan stoma untuk
memfasilitasi rasa nyaman dalam perawatan jangka panjang dan
mempermudah penanganan.

2. Jawab pertanyaan-pertanyaan klien langsung, berikan klarifikasi


dari informasi yang diperlukan. Klien yang memahami perawatan pre
operative dan post operative dengan baik akan berkurang rasa
cemas dan mampu bekerjasama dalam penanganan dengan lebih
baik.

3. Rujuk ke kelompok ostomi sesuai kebutuhan klien. Berbicara


dengan seseorang yang telah memakai ostomi dapat menolong klien
menjadi lebih nyaman dengan kolostomi.
POST OPERATIF
1. Kaji lokasi dan tipe kolostomi yang dibentuk. Lokasi stoma adalah
indicator letak lokasi pemotongan usus dan predictor tipe drainasi
fekal.

2. Kaji tampilan stoma dan kondisi kulit disekitarnya dengan rutin.


Pengkajian stoma dan kondisi kulit penting diawal periode post
operative, kalau-kalau terkadi komplikasi untuk segera ditangani.

3. Posisi kantong penampung drain diatas stoma. Biasanya


drainase dapat berisi lebih banyak mucus dan cairan
serosangrineous dari pada material fekal. Mulainya usus berfungsi,
fekal akan menjadi normal. Konsistensi drainase tergantung pada
stoma di bagian lokasi usus.

4. Kolostomi desending atau sigmoid dapat ditangani dengan


menggunakan kantong drainable atau irigasi. Pola eliminasi dari
kolostomi sigmoid hampir sama dengan pola eliminasi normal klien
sebelum operasi. Banyak klien akan buang air besar tiap hari dan
tidak terus menerus menggunakan kantong atau sistem drainase.
Untuk lebih aman gunakan kantong transparan.
5. Bila perlu, berikan kantong kolostomi irigasi, masukkan air ke
dalam kolon sesuai prosedur irigasi kolostomi. Air akan merangsang
pengosongan kolon. Klien dapat melakukan irigasi kolon tiap hari.

6. Bila dianjurkan irigasi kolostomi untuk klien dengan double-barrel


atau kolostomi loop, irigasi stoma di bagian proksimal. Pengkajian
digital / dengan jari pada usus langsung dari stoma dapat menolong
membedakan yang mana stoma proksimal. Usus bagian distal tidak
mengandung fekal dan tidak perlu diirigasi. Kadang-kadang dapat
diirigasi hanya untuk membersihkan terutama reanastomosa.

7. Pengosongan kantong drainable atau penggantian kantong


kolostomi bila diperlukan atau saat telah penuh 1/3 bagian kantong.
Bila kantong kepenuhan, beratnya dapat merusak kantong dan
perekat dan menyebabkan kebocoran.

8. Klien dengan kolostomi asending atau transverse tidak dilakukan


irigasi. Hanya sebagian kolon yang berfungsi, dan drainase fekal
umumnya cair dan terus menerus.
9. Berikan perawatan stoma dan kulit klien. Perawatan kulit dan
stoma yang baik penting untuk mempertahankan integritas kulit dan
fungsi untuk pertahanan utama terhadap infeksi.

10. Gunakan bahan-bahan dempul, seperti perekat stoma


(stomahesive) atau karaya paste, dan wafer (bubuk obat) yang
dibutuhkan untuk menjaga keamanan kantong ostomi. Ini kadang-
kadang penting bagi klien dengan kolostomi loop. Tantangan bagi
klien dengan kolostomi loop transverse adalah untuk menjaga
keamanan kantong stoma diatas jembatan plastik.

11. Sebuah lubang pada kantong kolostomi akan menyalurkan flatus


keluar. Lubang ini dapat ditutup dengan Band-Aid an dibuka hanya
bila klien mandi untuk kontrol bau. Kantong ostomi dapat
menggembung keluar, merusak integritas kulit, bila gas terkumpul
terlalu banyak

Anda mungkin juga menyukai