Anda di halaman 1dari 15

TOKSIKOLOGI

Kelompok 14
Toksikologi?
suatu ilmu yang mempelajari efek merugikan
dari zat kimia, baik saat digunakan ataupun
berada di lingkungan, dan diutamakan
dampaknya pada manusia, baik yang masuk
secara sengaja atau tidak sengaja.
Uji Toksisitas
pengembangan suatu obat baru untuk memastikan
keamanannya sehingga aman dikonsumsi manusia.

Tujuan uji toksisitas :


untuk menentukan dosis suatu sediaan uji yang dapat
menimbulkan kematian atau gejala toksik pada organ
atau jaringan, mengidentifikasi hubungan kausatif
antara dosis yang diberikan dengan terjadinya
perubahan fisiologis, dan morfologi suatu organisme,
serta melakukan monitoring terkait variasi hewan uji
dengan responnya terhadap sediaan uji
Faktor yang mempengaruhi hewan uji saat uji toksikologi
Uji Toksisitas

Toksisitas Khas Toksisitas Tak Khas

untuk mengevaluasi untuk mengevaluasi


secara rinci efek yang keseluruhan
khas dari suatu zat efek toksik suatu zat
beracun pada aneka beracun pada aneka
ragam hewan uji. ragam hewan uji.

uji potensiasi, uji


karsinogenesis, uji
mutagenesis, uji uji toksisitas kronis, sub
teratogenik, reproduksi, kronis, dan akut
kulit dan mata, serta
perilaku
1. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas yang dirancang untuk mengetahui
nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat
ditoleransi oleh hewan uji yang hasilnya
diekstrapolasi pada manusia. Pengamatan
dilakukan selama 24 jam kecuali pada kasus
tertentu selama 7-14 hari.
Tujuan : untuk mendapatkan gambaran potensi toksisitas suatu zat beracun
(sediaan uji) dalam suatu hubungan korelasi antara dosis dan respon

Tolok ukur

Kuantatif Kualitatif

gambaran klinis,
jumlah kematian
wujud, dan
hewan uji yang akan
mekanisme efek
digunakan untuk
toksik. berat badan,
menghitung
nafsu makan,
besarnya dosis letal
keadaan mata dan
(LD50) dan dosis
bulu, tingkah laku,
toksik tengah (TD50)
dan sebagainya
Metode Uji

Tradisional Modern

metode grafik Lithfield dan


Wilcoxon, metode kertas grafik metode OECD Guideline
probit logaritma Tainter-Miller, dan for Testing of Chemicals 423
metode rata-rata bergerak
Thompson-Weil yang berdasarkan
pada hubungan peringkat dosis dan
persen respon.
Metode OECD
Pengujian toksisitas akut oral metode OECD Guideline 423
dilakukan dengan memejankan sediaan uji dengan tingkatan
dosis tertentu (starting dose) pada sekelompok hewan uji yang
terdiri atas tiga ekor hewan uji dari galur dan jenis kelamin yang
sama. Apabila selama masa pengujian terdapat dua atau tiga
kematian hewan uji dalam satu kelompok, maka pengujian
dilanjutkan dengan penurunan tingkatan dosis pemejanan pada
sekelompok hewan uji yang baru. Namun apabila terjadi satu
atau tidak ada kematian hewan uji, maka pengujian dilanjutkan
dengan melakukan pemejanan pada tingkatan dosis yang sama
kepada kelompok hewan uji yang baru (pengulangan tingkatan
dosis). Apabila pada pengulangan terjadi satu atau tidak terjadi
kematian hewan uji, maka pengujian dilanjutkan dengan
menaikkan tingkatan dosis pada sekelompok hewan uji baru dan
seterusnya.
2. Uji Toksisitas Subkronik
Uji toksisitas senyawa yang diberikan dengan dosis
berulang pada hewan uji tertentu. Pengamatan
dilakukan dengan 3 dosis selama 4 minggu-3 bulan
dan dengan 2 spesies yang berbeda.
Uji toksisitas subkronis oral adalah suatu pengujian
untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah
pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang
diberikan secara oral pada hewan uji selama
sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10%
seluruh umur hewan.
Tujuan uji toksisitas subkronis adalah untuk
memperoleh informasi adanya efek toksik zat
yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut;
informasi kemungkinan adanya efek toksik
setelah pemaparan sediaan uji secara berulang
dalam jangka waktu tertentu; informasi dosis
yang tidak menimbulkan efek toksik (No
Observed Adverse Effect Level / NOAEL); dan
mempelajari adanya efek kumulatif dan efek
reversibilitas zat tersebut.
Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan uji
dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada
beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok
selama 28 atau 90 hari, bila diperlukan ditambahkan kelompok
satelit untuk melihat adanya efek tertunda atau efek yang
bersifat reversibel. Selama waktu pemberian sediaan uji, hewan
harus diamati setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas.
Hewan yang mati selama periode pemberian sediaan uji, bila
belum melewati periode rigor mortis (kaku) segera diotopsi,dan
organ serta jaringan diamati secara makropatologi dan
histopatologi. Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua
hewan yang masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan
pengamatan secara makropatologi pada setiap organ dan
jaringan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan hematologi,
biokimia klinis dan histopatologi.
3. Uji Toksisitas Kronik
Uji toksisitas kronis menggunakan hewan rodent
dan non rodent selama 6 bulan atau lebih.
Perbedaan dengan uji toksisitas subkronis
terletak pada lamanya pemberian atau
pemejanan takaran dosis sediaan uji, masa
pengamatan dan pemeriksaannya, serta
tujuannya. Uji toksisitas kronis diperlukan jika
obat nantinya akan digunakan dalam waktu
yang cukup panjang
Uji toksisitas kronis oral adalah suatu pengujian untuk
mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian
sediaan uji secara berulang sampai seluruh umur hewan.
Uji toksisitas kronis pada prinsipnya sama dengan uji
toksisitas subkronis, tetapi sediaan uji diberikan selama
tidak kurang dari 12 bulan. Tujuan dari uji toksisitas kronis
oral adalah untuk mengetahui profil efek toksik setelah
pemberian sediaan uji secara berulang selama waktu
yang panjang, untuk menetapkan tingkat dosis yang tidak
menimbulkan efek toksik (NOAEL). Uji toksisitas kronis
harus dirancang sedemikianrupa sehingga dapat
diperoleh informasi toksisitas secara umum meliputi efek
neurologi, fisiologi, hematologi, biokimia klinis dan
histopatologi.

Anda mungkin juga menyukai