Anda di halaman 1dari 36

ETIKA KEDOKTERAN

OLEH
INDRA SYAKTI NASUTION
ETIKA DAN MORAL
Etika berasal dari bahasa yunani kuno dalam
bentuk tunggal yaitu ethos mempunyai
banyak arti seperti kebiasaan, akhlak,
watak, cara berpikir, sikap.
Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Kata yang cukup dengan etika adalah moral.
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores
yang berarti juga kebiasaan , adat.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia lama
(Poerwadarminta 1933) etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Baru (Dept.
PendidikanKebudayaan, 1988) etika adalah ;
1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk,
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak )
2. Kumpulan asas (nilai) berkenaan dengan
akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
dalam masyarakat
ETIKA DAN ETIKET
Etika berarti moral dan etiket berarti
sopan santun. Adapun persamaan antara
etika dan etiket :
1. Etika dan etiket menyangkut perilaku
manusia
2. Etika dan etiket mengatur perilaku
manusia secara normatif.
Adapun perbedaan antara etika dan etiket :
3. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan
harus dilakukan sedangkan etika
memberi norma tentang perbuatan itu
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan
sedangkan etika selalu berlaku, juga kalau
tidak ada saksi mata.
3. Etiket bersifat relatif sedangkan etika bersifat
absolut.
4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah
saja sedangkan etika menyangkut manusia
dari segi dalam.
Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan)
merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidikan
dan latihan tertentu, memiliki kedudukan tertinggi
dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter
adalah untuk menjadikan calon dokter lebih manusia
dengan memiliki kematangan intelektual dan
emosional.
Tiap-tiap jenis tenaga kesehatan memiliki Kode Etik,
namun Kode Etik tenaga kesehatan tersebut mengacu
pada Kode Etika Kedokteran Indonesia (KODEKI).
2. PENGEMBANGAN
ETIK KEDOKTERAN

Wacana pengembangan etik


Perkembangan Etik
Kedokteran
2.1. WACANA PENGEMBANGAN
ETIK KEDOKTERAN

Ada 4 wacana pengembangan etik


kedokteran
1. Wacana Empiris,
2. Kajian Sosiologik,
3. Kajian Filsafat,
4. Wacana Agama,
2.1.1. WACANA EMPIRIS
Berdasarkan perilaku profesional
masyarakat kedokteran dalam
mengemban pelayananan medik,
Berdasarkan moralitas yang dianut
Kumpulam moralitas yang diamalkan
oleh masing masing anggota,
2.1.2. KAJIAN SOSIOLOGIS
Perkembangan Sosial masyarakat,
Khususnya budaya
Terhadap perkembangan iptekdok
Perubahan buah pengabdian ke
sajian jasa,
Kompetensi dokter dan hasil tindakan
medik
2.1.3. KAJIAN FILSAFAT
Etik teoritis,
Etik normatif,
Kajian etik teoritis = kajian filsafat
(ontologi, epistemologi, aksiologi
Teori moral >> prinsip etik,kaidah etik,
hak dan kewajiban moral,
Utillitarian, Deontologi, individulism,
komunitas,
Etik feminisme
ALIRAN ETIKA: ARISTOTELES
Salah satu filsuf yang paling berpengaruh: Aristoteles (384 322
BC): Etica Nicomachea, Etica Eudemia, Politica dan Magna Moralia.
Prinsip Etikanya, Hendaknya kita hidup dan bertindak sedemikian
rupa sehingga kita mencapai hidup yang baik, yang bermutu dan
berhasil. Sebab semakin bermutu hidup manusia maka semakin
bahagialah dia.
Aristoteles, kebaikan yang tertinggi adalah kebahagiaan itu sebab
dia dibuat hanya untuk dirinya sendiri. Segala pekerjaan manusia
akhirnya akan bermuara ke kebahagiaan itu.
Perbuatan yang baik adalah perbuatan yang menambah
kebahagiaan (eudaimonia) dan perbuatan yang tidak baik
adalah perbuatan yang tidak mendatangkan kebahagiaan.
Etika Aristoteles disebut eudemonisme.
Manusia menjadi bahagia apabila bisa merealisasikan diri
secara sempurna dengan mengaktifkan kekuatan-kekuatan
hakikatnya, terutama yang khas manusia: akal budi dan
kehendak. Tuan hamba.
ALIRAN ETIKA: DEONTOLOGI
Deontologi berasal dari bhs Yunani deont = yang mengikat
(kewajiban). Deontology = kewajiban moral yang mewajibkan
kita untuk bertindak, lepas dari effek kebahagiaan untuk diri
sendiri atau orang lain.
Apakah sesudah saya bertindak saya rugi atau untung, itu
tidak penting. Kalau saya merasa wajib, maka apapun juga
harus dilakukan.
Tokoh: salah satunya Immanuel Kant (1724 1804).
Kewajiban itu harus keluar dari diri sendiri dengan melihat
bahwa ini memang baik untuk dilakukan dan bukan karena
dipaksakan oleh pihak luar (moral otonom). Kant
membedakan antara moral heteronome dan moral otonom.
Benar dan salahnya suatu tindakan akan sangat tergantung
pada apakah merasa wajib atau tidak.
Moral yang otonom ini sangat tinggi nilainya karena
perbuatannya bisa menjadi expresi jiwanya.
ALIRAN ETIKA: CONSEQUENTIALISM
Aliran filsafat ini menekankan pada akibat (konsekwensi) dari
perbuatan kita. Perbuatan kita adalah baik kalau
memberikan konsekwensi yang baik sedangkan perbuatan
kita akan menjadi buruk kalau konsekwensinya buruk.
Salah satu aliran yang terbesar dan banyak penganutnya
ialah Utilitarianism (Jeremy Bentham dan John Stuart Mill).
Prinsipnya: The greatest happiness of the greatest number.
ALIRAN ETIKA: PATERNALISTIK
Paternalistik berasal dari kata Pater yang berarti bapak/ayah. Dalam etika ini
hubungan dua orang diperlakukan dan memperlukan diri yang satu sebagai bapak
yang baik dan yang lainnya sebagai anaknya. Sebagai bapak yang baik, dia akan
memikirkan dan memperjuangkan apa yang terbaik bagi anaknya, juga
seandainya hal itu bertentangan dengan kehendak si anak tetapi jikalau
dipandang baik oleh si bapak, maka si bapak akan memaksakan kehendaknya.
Sebaliknya si anak, oleh karena dia tidak tahu banyak maka si anak hanya akan
mengikuti saja apa yang diperintahkan oleh si ayah.
Seorang dokter diharapkan mempunyai sifat dasar etis yang
melekat pada profesinya sebagai dokter yang baik dan
bijaksana. Dalam menjalankan tugasnya, mereka diharapkan
mempunyai kemurnian niat dan kesungguhan kerja serta
kerendahan hati oleh karena integritas ilmiah dan sosialnya,
lebih-lebih karena profesi ini menuntut pandangan dan
penghargaan kemanusiaan yang tinggi sehingga karya ini adalah
karya kemanusiaan. Para pelayan kesehatan juga mempunyai
kemauan teguh untuk membantu pasien sebaik mungkin.
ALIRAN ETIKA: OTONOMI
Tom L. Beauchamp dan James F. Childress menawarkan serangkaian
nilai etika baru yakni Respect for autonomy, nonmaleficence (do no
harm), Beneficence dan Justice.
Autonomi Personal Autonomy personal ruleof the self that is free
from both controlling interferences by others and from personal
limitations that prevent meaningful choice, such as inadequate
understanding. The autonomous individual freely acts in accordance
with a self-chosen plan, analogous to the way an independent
government manages its territories and sets its policies
Nonmaleficence The principle of nonmaleficence asserts an obligation
not to inflict harm intentionally. It has been closely associated in medical
ethics with the maxim Primum non nocere: above all (or first) do no harm.
Beneficence Morality requires bot only that we treat persons
autonomously and refrain from harming them, but also that we contribute
to their welfare. Such beneficial actions fall under the heading of
beneficence agents must take positive steps to help others, not merely
refrain from harmful act.
Justice Justice as fair, equitable, and appropriate treatment in light of
what is due or owed to persons.
Pasien yang berhak menetukan dan bukan dokter, juga
seandainya bukan pilihan terbaik menurut medis.
Pasien perlu informasi yang baik, benar dan lengkap agar
bisa mengambil keputusan yang adekuat. Untuk itu maka
perlu informed consent
2.1.4. WACANA AGAMA
Norma agama yang dianut
Kode Etik khusus
Pada agama Islam perlu Fatwa Ulama
Bagaimana kaitan dengan imbalan jasa
dokter,
Bagaimana dengan teknologi
kedokteran yang berkembang
2.2. PERKEMBANGAN KODE ETIK KEDOKTERAN

SEJARAH KODE ETIK KEDOKTERAN


PERKEMBANGAN KODE ETIK
KEDOKTERAN :
KODE ETIK INTERNASIONAL
KODE ETIK INDONESIA
2.2.1. SEJARAH KODE ETIK KEDOKTERAN
Kode Etik Hammurabi, 2500 BC, Code
of Conduct yang terinci mengatur sikap
yang dituntut dari seorang dokter,
Hyppocrates Oath , rule of conduct,
Thomas Percival, 1803, Code of
Medical Ethics
2.2.2. KODE ETIK KEDOKTERAN INTERNATIONAL

1949 World Medical Association merumuskan Kode


Etik Kedokteran International pada Muktamar ke 3
Disempurnakan dengan :
Deklarasi Helsinki 1964
Deklarasi Syndney 1968
Deklarasi Oslo 1970
Deklarasi Munich 1973,
Deklarasi Tokyo 1975,
Deklarasi Venice 1983,
Deklarasi Brussel 1985,
Deklarasi Madrid 1987,
2.2.3. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

Kode Etik Kedokteran Indonesia 1969


Disempurnakan 1983 ditetapkan
dengan SK Menkes RI Nomor
434/MENKES/SK/X 1983 tanggal 28
Oktober 1983,
Disempurnakan 1991 di Yogyakarta
Versi 2001 di Muktamar IDI 2001
Ditetapkan oleh PB IDI 2002.
MKEK IDI
Hasil kerja MKEK (Majelis Kode Etik
Indonesia)
17 pasal & 4 pokok permasalahan ;
Kewajiban umum
Kewajiban dokter terhadap pasien
Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
Ada pedoman pelaksanaan Kodeki
SUMPAH HIPOCRATES

Saya akan mengikuti sistem atau aturan


yang menurut kemampuan dan penilaian saya, saya
anggap bermanfaat bagi pasien saya, dan
menghindari dari apapun yang merusak dan
mengganggu.

Saya tidak akan memberikan obat yang


dapat mematikan kepada siapa saja meskipun diminta
atau menyarankan nasihat semacam itu, dan dengan
cara yang sama saya tidak akan memberi seorang
wanita saran untuk melakukan pengguguran
kandungan.
Setiap kali saya diminta mendatangi sebuah rumah,
saya akan datang demi kebaikan si sakit dan akan
menjauhkan diri dari tindakan jahat dan keji, dan
lebih jauh dari rayuan kaum wanita atau pria, baik
mereka orang merdeka maupun budak.

Apa pun, dalam kaitan dengan praktisi


profesional saya, yang saya lihat atau dengar
mengenai sesuatu yang tidak boleh diungkapkan
sembarangan, saya akan tetep merahasiakannya.
Selama
saya tetap mematuhi sumpah ini,
semoga saya diperkenankan untuk
menikmati hidup dan mempraktikan
ilmu ini, dihormati oleh semua
manusia di sepanjang zaman, namun
seandainya saya melanggar sumpah
ini, semoga nasib sebaliknyalah yang
menimpa saya.
LAFAL SUMPAH DOKTER

Demi ALLAH , saya bersumpah bahwa:


Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan
bermoral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya
sendiri ingin diperlakukan;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai
mana saya sendiri ingin diperlakukan
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya
akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial;
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan;
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan hukum perikemanusiaan;

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh


dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.
3. RELEVANSI ETIK KEDOKTERAN
Relevansi Etik Kedokteran dan profesi
dokter ada 2 hal :
Etik Jabatan (Medical Ethics)
Etik Asuhan Kedokteran (Ethics of
Medical Care)
Etik Jabatan termasuk mores,
Etik Asuhan Kedokteran termasuk
Ethos,
Kedua istilah terkait satu sama lain.
ETIK JABATAN
Etik Jabatan :
Sikap terhadap teman sejawat
Sikap terhadap masyarakat
Sikap terjadap Pemerintah
Sumpah Dokter
UU Kesehatan
UU Praktek Kedokteran
PP
Fatwa MKEK
ETIK ASUHAN KEDOKTERAN
Etik Asuhan kedokteran :
Peraturan tentang sikap dan tindakan
seorang dokter terhadap penderita yang
menjadi tanggung jawabnya,
Sumpah Dokter
UU Kesehatan
UU Praktek Kedokteran
PP
Fatwa MKEK
by a good
profesionalism

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai