Anda di halaman 1dari 31

NADILA AYUNI PUTRI

1618011178
Slide Title
Make Effective Presentations
Using Awesome Backgrounds
Engage your Audience
Capture Audience Attention
Learning objektif
Klasifikasi malnutrisi (marasmus kwashiokor dan
obesitas)
Patofisio dan patogen (obesitas, marasmus dan
kwashiokor)
Defisiensi mikronutrien, macam2 penyakitnya dan
tatalaksana
Tatalaksana malnutrisi
1.

Malnutrisi

Underweight upperweight

kwashiokor marasmus obesitas


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kekurangan gizi
Kurang gizi berat pada Anak- sebagai "ketidakseimbangan seluler
anak antara asupan nutrisi dan energi
dan kebutuhan tubuh untuk
menjamin pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi-fungsi
khusus

Marasmus kwashiokor Marasmus - kwashiokor


Marasmus-Kwashiorkor adalah salah satu kondisi dari kurang gizi berat yang gejala klinisnya
merupakan gabungan dari marasmus, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan
energi, dan kwashiorkor, yaitu kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan protein
sehingga gejalanya disertai edema

marasmus berasal dari kata Yunani marasmos, yang berarti layu atau
kurang tenaga. Marasmus berhubungan dengan asupan yang tidak
memadai protein dan kalori dan ditandai oleh kekurusan

Kwashiorkor merupakan sindroma klinis akibat dari malnutri protein berat (MEP berat) dan
masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan
atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronis, akibat defisiensi
vitamindan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala.
GEJALA KLINIS
OBESITAS
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi
makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi
yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary
life style. Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada
semua kelompok umur dan pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak
sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang
serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan obesitas
pada anak berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dll.
IMT Klasifi IMT Klasifi
(WHO) kasi (Asia kasi
kg/m2 Pasifik)
kg/m2

<16 KEP berat


/gr III
16-16,9 KEP sedang
/gr II
17-18,49 KEP ringan <18,5
/gr III
18,5-24,9 normal 18,5-22,9 normal
25-30 Obese I 23-24,9 BB lebih
25-29,9 Obese I

30 Obese II 30 Obese II
Etiologi
Kegemukan dan obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor genetik
meskipun diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan
prevalensi kegemukan dan obesitas. Pengaruh faktor lingkungan terutama terjadi melalui
ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik. Hal ini terutama
berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah pada sedentary life style.

EPIDEMIOLOGI
Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak
sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti D.I. Aceh (11,6%), Sumatera
Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau (10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau
(9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa Tengah (10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara
(14,7%), Papua Barat (14,4%) berada di atas prevalensi nasional. Hasil penelitian di
beberapa kota menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan prevalensi kegemukan
dan obesitas. Hasil penelitian di Yogyakarta (M. Julia,et al, 2008) menunjukkan adanya
peningkatan prevalensi hampir dua kali lipat dalam waktu lima tahun. Prevalensi
kegemukan dan obesitas pada anak sekolah di Yogyakarta pada t
Peranan
diet

Peranan Peranan
kemiskin faktor
an sosial
ETIOLOGI

Peranan
kepadata
Peranan
n
infeksi
pendudu
k
Peranan diet
Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan Narasnya (1971) terlihat bahwa dengan diet yang
kurang-lebih sama, pada beberapa anak timbul gejala-gejala kwashiorkor, sedangkan pada beberapa anak
yang lain timbul gejala-gejala marasmus.

Peranan faktor sosial


Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat mempengaruhi
terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang
merupakan tradisi yang turun-temurun. Jika pantangan itu didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit
diubah. Tetapi jika pantangan tersebut berlangsung karena kebiasaan, maka dengan pendidikan gizi yang baik
dan dilakukan terus-menerus hal tersebut masih dapat diatasi.

Peranan kepadatan penduduk


Dalam World Food Conference di Roma (1974) telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk
yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai
merupakan sebab utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat lanjutannya.
Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya
Peranan infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi antara malnutrisi dan infeksi. Indeksi derajat apapun
dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan, mempunyai pengaruh
negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hubungan ini sinergistis, sebab malnutrisi
disertai infeksi pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada sendiri-
sendiri.

Peranan kemiskinan
Penyakit KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama merupakan problema
bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara tersebut. Pentingnya kemiskinan
ditekankan dalam laporan Oda Advisory Committee on Protein pada tahun 1974. Mereka
menganggap kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP. Dengan penghasilan yang tetap
rendah, ketidakmampuan menanam bahan makanan sendiri, ditambah pula dengan
timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal seperti telah diutarakan
tadi, timbulnya gejala KEP lebih dipercepat.
Gejala klinis/laboratoris
Angka
Edema
Dermatosis
Edema disertai dermatosis
Perubahan pada rambut
Hepatomegali 3
2
Cara pemberian angka menurut
McLaren 6
Penentuan tie berdasarkan atas jumlah 1
angka yang dapat dikumpulkan tiap Albumin seru atau protein total serum/g% 1
penderita:
< 1.00 < 3.25
0-3 angka = marasmus 7
4-8 angka p= marasmic-kwashiorkor 1.00 1.49 3.25 3.99 6
9-15 angka = kwashiorkor
5
1.50 1.99 4.00 4.74
4
2.00 2.49 4.75 5.49 3
2
2.50 2.99 5.50 6.24
1
3.00 3.49 6.25 6.99 0

3.50 3.99 7.00 7.74

> 4.00 > 7.75


2.

PATOFISIOLOGI KWASHIOKOR

Pada penderitadefisiensi protein,


Namun, kekuranganprotein dalam
tidak terjadi katabolisme jaringan
dietnya akan menimbulkan
yang berlebihan, karena
kekurangan berbagai asam amino
persediaanenergi dapat dipenuhi
esensial yangdibutuhkan untuk
oleh jumlah kalori yang cukup
sintesis.
dalam dietnya

Oleh karena dalam diet terdapat


Berkurangnya asam amino dalam
cukup karbohidrat, maka
serum merupakanpenyebabnya
produksiinsulin akan meningkat
kurang pembentukan albumin
dan sebagian asam amino dalam
oleh hepar, sehingga kemudian
serum yang jumlahnya sudah
timbul edema.
kurang di salur ke otot
PATOFISIOLOGI MARASMUS

Dalam keadaan kekurangan


makanan, tubuh selalu berusaha
Sebenarnya malnutrisi merupakan karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
untuk empertahankan hidup
suatu sindrom yang terjadi akibat oleh seluruh jaringantubuh sebagai
dengan memenuhi kebutuhan
banyak faktor. Faktor-faktor ini bahan bakar, sayangnya
pokok atau energi. Kemampuan
dapat digolongkan atas tiga faktor kemampuan tubuh untuk
tubuhuntuk mempergunakan
penting yaitu : tubuh sendiri menyimpan karbohidratsangat
karbohidrat, protein dan lemak
(host), agent(kuman penyebab), sedikit, sehingga setelah 25 jam
merupakan hal yang sangat
environment (lingkungan). sudah dapat terjadi kekurangan
pentinguntuk mempertahankan
kehidupan

Otot dapat mempergunakan


Akibatnyakatabolisme protein
asam lemak danketon bodies
terjadi setelah beberapa jam
sebagai sumber energi kalau
dengan menghasilkan asam
kekurangan makanan ini
amino yangsegera diubah jadi
berjalan menahun.
karbohidrat di hepar dan di
Tubuhakan mempertahankan
ginjal. Selama puasa jaringan
diri jangan sampai memecah
lemak dipecah jadi asam
protein lagi setelah kira-kira
lemak, gliserol dan keton
kehilanganseparuh dari
bodies
PATOFISIOLOGI OBESITAS

Sindrom hipoventilasi (pickwickian syndrome) Mekanisme kurang diketahui Terjadi hipersomnolensi (siang
dan malam), apnea (susah napas) saat tidur, polisitemia, gagal jantung kanan

DM tipe 2 Resistensi insulin karena produksi leptin yang terus berkurang menyebabkan reseptor
insulin menjadi tidak peka rangsang akibat menumpuknya lemak tubuh

Osteoartritis (penyakit sendi generatif) Terjadi karena efek wear and tear pada beban lemak tubuh
yang meningkat sebagai komponen pembentuk sendi

Kolelitiasis (batu empedu) +kolesterol tubuh total karena +lemak tubuh terjadi percepatan ekskresi
kolesterol melalui empedu - lama kelamaan mengendap dan membentuk batu empedu

Endometriosis Obesitas meningkatkan +estrogen darah Akumulasi estrogen yang mempengaruhi


endometrium terlalu tinggi, terjadi keganasan sel
3. DIFERENSIASI VITAMIN

Akibat Terjadi hambatan pada proses kalsifikasi (pengerasan) tulang disebabkan rendahnya
saturasi kalsium dan fosfor di darah untuk diendapkan pada proses pengerasan.
kekurangan Vit Resorpsi tulang akan melebihi pembentukkannya demineralisasi umum dari rangka
tulang menjadi lunak dan timbul deformitas toraks, tulang punggung, pelvis dan tulang-

D
tulang panjang.

Akibat Berperan dlm berbagai fungsi faali tubuh : penglihatan, perkembangan


tulang, gigi dan kulit,fungsi kekebalan tubuh serta,Berperan dalam sistem
kekurangan Vit reproduksi.
Buta senja/ hemeralopia,Ketidak mampuan untuk melihat dalam gelap atau

A pencahayaan kurang

Akibat Pertumbuhan terganggu


Timbul pendarahan kapiler dimana-mana, terutama di bawah periosteum dekat
kekurangan Vit ujung tulang panjang.
Tanda pertama : anak menangis bila diangkat, yaitu krn tulang-tulangnya terasa

C nyeri pada waktu digerakkan.


Akibat kekurangan vit E
- Peningkatan kerapuhan SDM dan Menekan kadar prokoagulan ,Neuropati
perifer ,Degenerasi medula spinalis,endorong
oksidasi LDL tahankan membran sel

Akibat kekurangan vit K


Diatesis perdarahan,(penyakit perdarahan neonatus) Pada bayi:anemia hemolitik

Akibat kekurangan vit B1


Sindrom defisiensi klasik adalah : Beri-beri "basah" berupa gagal jantung dan edema,
Beri-beri "kering" berupa neuropati perifer
Perdarahan fokal ke dalam badan :mamilaris, talamus periventrikel
Akibat kekurangan vit B1
Ariboflavinosis ditandai dengan : Fisura keilosis--di sudut mulut , Fisura keilosis--di sudut mulut
Kelainan mata-keratosis
Kadang-kadanganemia

Akibat kekurangan vit B3


Diare
Demensia akibat berkura nya neuron diotak
Dermatitis simetris di kulit yang terpajan

Akibat kekurangan vit B6


Biasanya disertai oleh defisiensi vitamin B lainnya
Perubahan tidak dapat dibedakan dari yang terjadi pada defisiensi vitamin B lainnya (misal, keilitis
angularis, stomatitis, glositis)

Akibat Kekurangan Folat


Klinis : penderita tampak pucat, lekas lelah, berdebar-debar, lemah, pusing, dan sukar tidur, kurus.
DIFERENSIASI MINERAL

Def. besi
Akibat kekurangan besipaling umum baik di negara maju maupun sedang berkembang
Gejala umum : pucat, rasa lemah, letih, pusing dan kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh;
kemampuan belajar;kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka.

Def. seng
Akibat kekurangan seng
Pertama dilaporkan 1960-an, yaitu pada & remaja laki-laki di Mesir, Iran dan Turki dg tubuh pendek dan keterbelakangan
seksual.Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan
kerusakkan permukaan saluran cerna. Kekurangan seng kronis mengganggu sistem saraf dan fungsi otak.

Def.fluor
Kerusakkan gigi & bila berlanjut hingga dewasa keropos tulang pada usia tua
Anak-anak kurang dari 3 tahun tidak memerlukan suplementasi fluor jika :
Mereka menyikat gigi mereka setidaknya 2 kali sehari
Adanya fluor dalam air minum
Def. Fosfor
Menyebabkan kerusakan pada tulang, dengan gejala rasa lelah dan kurang nafsu makan

Def. Magnesium
Terjadi pada komplikasi penyakit yang menyebabkan absorpsi

Def. Natrium
Menyebabkan kejang , apatis dn kehilangan nafsu makan . Dapat terjadi pada kondisi
diare,muntah,keringat yang berlebih
Def. Iodium
Dapat menakibatkan penyakit gondok, pada anak terjadi kemunduran fisik dan mental

Kobalt
Dapat berpengaruh [ada jantung dan berpengaruh menurunkan fertilitas pada pria
TATA LAKSANA
4.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai