Disusun Oleh :
Hesty Ayu Permatasari,S.ked
1
PENDAHULUAN
Grande multipara didefinisikan Letak lintang sumbu panjang
sebagai wanita dengan empat janin tegak lurus dengan sumbu
atau lebih riwayat partus, panjang tubuh ibu (janin
sedangkan yang lain mengatakan melintang di dalam uterus),
wanita dengan jumlah 6 atau kepala terletak di salah satu fossa
lebih riwayat paritas. iliaka dan bokong pada fossa
iliaka yang lain.
3
PENDAHULUAN
MASALAH
1.Mengapa terjadi 3. Apakah
2. Apakah
letak lintang? Faktor- penatalaksanaan
penatalaksanaan
faktor resiko apa saja kasus ini di RSU Dok
kasus ini di PKM
yang menyebabkan II Jayapura sudah
lereh sudah tepat?
letak lintang? tepat?
4
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Diagnosis
G9P8A0, Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia..
12
Puskesmas Lereh RSU Dok II
Sulfas Ferosus 1x1 Rencanakan partus perabdominam + MOW
Calac 1x1 Inform consent
Vit B.complex 1x1 IVFD RL 20 tpm
Vit C 1x1 Inj Cetriaxone 2x1gr (Skin test)
Observasi keadaan umum dan tanda vital
Observasi DJJ
PENATALAKSANAAN Artesunat injeksi 2x2 Vial
Transfusi PRC 2 kolf
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
Lapor dr.Spesialis Anestesi
Lapor.dr. Spesialis Anak
13
Tanggal FOLLOW UP
28 s Pusing (+) Mules-mules (+)
Juni KU : baik, kesadaran : composmentis
2017 TD : 110/70mmHg, N : 80x/menit, R: 18x/menit, SB:37,2C
O
St Obs : His : -
LJ : Letak Melintang
DJJ : 148 dpm
Inspeksi : vulva/vagina: tidak ada kelainan
VT : portio : Lunak, effacement 10 %
Pembukaan : Tidak ada
Ketuban : Sulit dinilai
14
P Rencanakan partus perabdominam + MOW
Inform consent
IVFD RL 20 tpm
Inj Cetriaxone 2x1gr
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Observasi DJJ
Transfusi PRC 2 kolf
Artesunat injeksi 2x2 Vial
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
Pemasangan Kateter
Lapor dr. Spesialis Anestesi
Lapor dr. Spesialis Anak
Puasa
15
Ruang : VK Nomor : 40 94 56
LAPORAN OPERASI
Nama : Ny.YM Umur : tahun
Nama Ahli Bedah: dr. Sp. OG Pembedahan : Besar
Nama Ahli Anestesi : dr. Sp. An Jenis Anestesi : SAB
Diagnosis Pre Operatif : GG9P8A0, Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia.
16
10.Kedua ujung uterus dijahit dengan vicryl 1-0
11. Peritoneum dijahit dengan vicryl 2-0
12. Otot dijahit dengan vicryl 2-0
13.Fascia dijahit dengan vicryl 1-0
14.Subcutis dijahit dengan vicryl 2-0
15. Kulit dijahit dengan prolen 2-0
16.Perdarahan selama operasi 200 cc, Urin 150 cc
17.Operasi selesai
Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Fungtionam : Malam
Quo Ad Sanationam : Bonam
17
FOLLOW UP 30 Juni 2017
RUANGAN (RG)
S: Nyeri luka operasi (+),BAK spontan, perdarahan aktif (-)
O: KU : baik, kesadaran : composmentis
TD : 120/70mmHg, N : 74x/menit, R: 20x/menit, SB:36,8C
St Gen : Dalam batas normal
P: IVFD RL 20 tpm
Observasi KU,tanda-tanda vital, dan tanda-tanda perdarahan
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Injeksi ketorolac 1 amp/8 jam
Injeksi Vit C 1 amp/24 jam
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
18
FOLLOW UP 1 JuLi 2017
RUANGAN (RG)
S: Tidak ada keluhan
O: KU : baik, kesadaran : composmentis
TD : 120/70mmHg, N : 74x/menit, R: 20x/menit, SB:36,8C
St Gen : Dalam batas normal
20
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pasien dalam kasus ini?
KASUS TEORI
Anamnesa : Anamnesa :
- pasien rujukan PKM lereh dengan G9P8A0 mengaku hamil 9 - Usia kehamilan Aterm (37-41 minggu)
bulan. HPHT :19/09/2016, TP : 26/06/2017 - didiagnosis malaria, berdasarkan teori bahwa gejala trias
- mules-mules, malaria yaitu menggigil, demam, dan berkeringat.
- demam selama kehamilan (+), Kepala sakit (+), Keringat - Selain itu terdapat gejala lain/gejala khas setempat, seperti
malam (+) lemas, sakit kepala, mialgia, sakit perut, mual/muntah, dan
- gerakan janin dirasakan aktif. diare.
Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan conjungtiva anemis, Diagnosis letak lintang
Leopold I teraba bagian kecil janin, biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi.
Leopold II teraba bagian bulat keras (Kepala) di sebelah kiri, dan Abdomen biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga
bagian bulat besar lunak (bokong) di sebelah kanan, sedikit di atas umbilikus.
Leopold III teraba dataran yang keras membentang (punggung), Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala
Leopold IV bagian terbawah janin (Punggung) diatas , teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka
Pada pemeriksaan dalam portio didapatkan lunak, effacement 10 yang lain.
%, pembukaan tidak ada, ketuban tidak dapat dinilai.
21
Pada pemeriksaan penunjang, hasil darah Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui. Bila punggungnya
didapatkan HB: 7,7 g/dL, DDR:PF ++ dan hasil terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan
USG tampak janin tunggal intra uteri letak lintang perut ibu; bila punggungnya di posterior, teraba nodulasi ireguler yang
kepala dikiri punggung dibawah, tampak Placenta menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat
insersi di fundus grade II,tampak AFI 12 cm (kesan yang sama. Pada pemeriksaan abdominal sumbu panjang janin teraba
cukup), TBJ 3100 gram. Kesimpulan, Janin tunggal melintang, tidak teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong
intrauteri hidup letak lintang.
Deskripsi letak lintang jika punggung terletak di sebelah depan ibu disebut
dorso anterior sedangkan jika punggung terletak di sebelah belakang ibu
disebut dorso posterior. Pada pemeriksaan vaginal sebelum in partu tidak
ada bagian terendah yang teraba di pelvis.
Pada pemeriksaan mikroskopik masih merupakan yang terpenting pada
penyakit malaria karena selain dapat mengidentifikasi adanya parasit, juga
dapat mengidentifikasi jenis Plasmodium secara tepat sekaligus juga dapat
menghitung jumlah parasit sehingga derajat parasitemi dapat diketahui.
22
Menurut definisiWHO, anemia dalam kehamilan adalah
bila kadar hemoglobin (Hb) < 11 g/dL. Malaria dapat
menyebabkan atau memperburuk anemia. Hal ini
disebabkan:1,2
Hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit
Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
Penekanan hematopoeisis
Peningkatan klirens sel darah merah oleh limpa
Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam
folat yang mampu memperberat anemia.
23
Anemia yang disebabkan oleh ekspansi volume plasma tersebut
merupakan fisiologis pada kehamilan. Volume plasma yang meningkat
akan menurunkan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit.
27
Gambar 1. Versi Luar
28
Cairan RL digunakan untuk memenuhi Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai Berikan antibiotika proflaksis sebelum
tindakan pengobatan. operasi . Dapat digunakan anestesi lokal,
Pemberian obat anti malaria tergantung pada ketamin, spinal, atau umum.
diagnosis dini dan pengobatan klinis segera. Lini Pada kasus ini, di berikan Ceftriaxone
Pertama, Artesunat injeksi untuk penggunanan yang merupakan golongan antibiotik
di rumah sakit atau puskesmas perawatan. cephalosporin yang dapat befungsi
Sediaan 1 ampul berisi 60 mg serbuk kering untuk mengobati kondisi akibat infeksi
asam artesunik dalam 0,6 ml natrium bakteri.
bikarbonat 5% diencerkan dalam 3-5 ml
dextrose 5%. Pemberian secara bolus intravena
selama 2 menit. Loading dose 2,4 mg/kgBB I.V
Pada kasus ini Hb pasien 7,7 gr%, menurut
teori (Hb <7-8gr%) Transfusi darah
29
Pemberian obat ketorolac berfungsi untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat untuk
sementara dan obat ini digunakan sebelum atau sesudah prosedur medis, atau setelah
operasi.
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptot H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Kelebihan
asam lambung dapat menyebabkan dinding sistem pencernaan mengalami iritasi dan
peradangan.
Pemberian vitamin C untuk mempercepat penyembuhan dan luka, dan juga menjaga
daya tahan tubuh.
30
Pasien dilakukan Tubektomi, yaitu suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah
keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat atau memotong pada kedua saluran
tuba. Dengan demikian maka ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma
karena adanya hambatan pada tuba. Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya
cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi.
31
Pada pasien ini, telah memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan tubektomi yaitu usia
27 tahun dengan jumlah anak 9 selain itu pasien dan suaminya juga telah memberikan
persetujuan tertulis secara sukarela untuk dilakukan tubektomi.
Kesimpulan, bahwa terapi yang di berikan pada PKM Lereh tidak sesuai
teori sedangkan pada terapi yang diberikan RSU Dok II Jayapura sesuai
dengan teori.
32
Kesimpulan
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis G9P8A0,
Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia.
2. Penyebab letak lintang pada kasus ini, wanita dengan paritas empat atau lebih
memiliki insiden letak lintang sepuluh kali lipat lebih banyak dibanding wanita
nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus
jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi
sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak
lintang atau letak oblik kadang-kadang terjadi dalam persalinan dari posisi awal
longitudinal.
3. Penatalaksanaan pada kasus ini di RSU Dok II Jayapura sudah tepat.
4. Prognosis pada pasien ini, ad vitam : bonam, ad fungtionam : malam, dan ad
sanationam : bonam.
33
Saran
1. Pada saat kehamilan dilakukan pemeriksaan antenatal yang baik.
Penanggulangan sedini mungkin setelah terdiagnosis dengan melakukan
posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan
menggantung ke bawah,
2. Apabila umur kehamilan sudah 38 minggu ibu harus dirawat di RS yang
memiliki fasilitas seksio dan tenaga ahlinya.
34
35