Anda di halaman 1dari 35

Pembimbing :

dr. Josef Wattimury, Sp.OG

Disusun Oleh :
Hesty Ayu Permatasari,S.ked

1
PENDAHULUAN
Grande multipara didefinisikan Letak lintang sumbu panjang
sebagai wanita dengan empat janin tegak lurus dengan sumbu
atau lebih riwayat partus, panjang tubuh ibu (janin
sedangkan yang lain mengatakan melintang di dalam uterus),
wanita dengan jumlah 6 atau kepala terletak di salah satu fossa
lebih riwayat paritas. iliaka dan bokong pada fossa
iliaka yang lain.

Wanita hamil lebih mudah terinfeksi


parasit malaria dibandingkan wanita komplikasi malaria dalam
tidak hamil. Kemudahan infeksi itu kehamilan adalah anemia.
terjadi karena kekebalan yang menurun WHO anemia dalam
selama kehamilan, akibatnya dapat kehamilan adalah bila kadar
terjadi peningkatan prevalensi densitas hemoglobin (Hb) < 11 g/dL.
parasit malaria berat.
2
Letak lintang 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3 %).
Angka kejadian letak lintang di RSU dr. Pirngadi Medan 0,6%.
Insidens wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10 kali lebih
besar dari nullipara untuk terjadinya letak lintang pada janin.
Laporan dari berbagai negara menunjukan insidens malaria pada wanita hamil
umumnya cukup tinggi, dari El vador 55,75% yaitu 63 kasus dari 113 wanita
hamil.

3
PENDAHULUAN

MASALAH
1.Mengapa terjadi 3. Apakah
2. Apakah
letak lintang? Faktor- penatalaksanaan
penatalaksanaan
faktor resiko apa saja kasus ini di RSU Dok
kasus ini di PKM
yang menyebabkan II Jayapura sudah
lereh sudah tepat?
letak lintang? tepat?

4
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

No. Rekam Medik : 40 94 56


Nama : Ny.YM
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/TB : 62 kg/160 cm
Agama : Kristen Protestan
Suku : Lereh
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Lereh
Tanggal masuk : 27 Juni 2017
Tanggal keluar : 1 Juli 2017
5
ANAMNESIS

Keluhan Utama:Pasien meminta untuk melahirkan di RSU Dok II jayapura dan


meminta untuk tutup kandungan.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien merupakan rujukan dari PKM Lereh atas permintaan sendiri karena pasien
meminta untuk melahirkan di RSU Dok II Jayapura dan meminta untuk tutup
kandungan. Pasien dengan G9P8A0 mengaku hamil 9 bulan, HPHT :19/09/2016,
TP : 26/06/2017. Pasien mengaku mules-mules, keluar lendir (-) keluar air-air (-),
keputihan (-), gatal (-), berbau (-), Demam selama kehamilan (+), Kepala sakit (+),
Keringat malam (+) gerakan janin dirasakan aktif. Pasien ANC di PKM Lereh 1x, TT
(-). Pasien merasa Nafsu makan menurun. BAB/BAK (+/+).
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Penyakit Jantung (-), Asma(-), Malaria (-), HIV (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Penyakit Jantung (-), Asma (-), HIV (-)
Riwayat menstruasi: Menarche 12 tahun, siklus haid teratur tiap bulan 28 hari, lama haid 4-5 hari,
ganti pembalut 3-4 kali/hari, nyeri haid (-)
Riwayat pernikahan: pasien menikah 1x, dengan suami sekarang sudah tinggal bersama selama 12
tahun, belum menikah sah.
Riwayat Obstetri : G9P8A0
I. Aterm/spontan/Bidan/Dirumah/perempuan/BB (-) gr/ hidup/11 tahun
II. Aterm/ Spontan/Dokter/Dirumah/ Laki-laki/ BB (-) gr/ Mati / 2 tahun
III. Aterm/Spontan/Dukun/Di PKM Lereh/Laki-laki/BB(-)gr/hidup/8 tahun
IV. Aterm/spontan/Bidan/Dirumah/perempuan/ BB (-) gr/ hidup/7 tahun
V. Aterm/spontan/ Dukun/Dirumah/perempuan/ BB (-) gr/ hidup/5tahun
VI. Aterm/ spontan/ Dukun/Dirumah/Laki-laki/ BB (-) gr/ hidup/4 tahun
VII. Aterm/ spontan/ Dokter/Dirumah/ perempuan/ BB (-) gr/ hidup/ 3 tahun
VIII. Aterm/ spontan/Dokter/Dirumah/Laki-laki/ BB (-) gr/ hidup/2 tahun
IX. Hamil ini

Riwayat KB: Tidak pernah


Riwayat Sosial Ekomomi :
Suami : SD/Petani
Istri : SD/IRT
8
PEMERIKSAAN FISIS
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tinggi badan : 160 cm
4. Berat badan : 62 kg
5. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 C
6. Kepala dan Leher
- Mata : Konjungtiva anemis (+/+), skelera ikterik (-/-)
- Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
- Telinga : Deformitas (-), sekret (-)
- Mulut : Caries (-), oral candidiasis (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP normal.
7. Jantung : Bunyi I-II reguler, murmur (-) gallop (-)
8. Abdomen : Cembung , bising usus 3x/menit, nyeri tekan (-)
9. Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-/-), ulkus (-/-),
STATUS OBSTETRI

Tinggi Fundus Uteri :-


Leopold I : Teraba bagian kecil janin
Leopold II : Teraba bagian bulat keras (Kepala) di
sebelah kiri, dan bagian bulat besar
lunak (bokong) di sebelah kanan.
Leopold III :Teraba dataran yang keras
membentang (punggung)
Leopold IV : Bagian terbawah janin (Punggung)
diatas PAP
DJJ : 137 dpm
His :-
Inspeksi : vulva/vagina: tidak ada kelainan
Vt : portio : Lunak, effacement 10 %
pembukaan : Tidak ada
ketuban : tidak dapat dinilai
CTG : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium (27/07/2017)


USG :
PARAMETER HASIL Tampak janin tunggal intra
uteri letak lintang kepala
HB 7,7 g/dL
dikiri punggung dibawah.
Hematokrit 25,9 % Tampak Placenta insersi di
Leukosit 6.800 uL fundus grade II
Trombosit 122.000 uL
Tampak AFI 12 cm (kesan cukup)
TBJ 3100 gram
DDR PF ++
MCV 67,8 fl Kesimpulan : Janin tunggal
MCH 20,2 pg intrauteri hidup letak lintang
MCHC 29,7 g/dl
CT/BT 1100 / 300
HIV Non Reaktif
Resume
Pasien merupakan rujukan dari PKM Lereh atas permintaan sendiri karena pasien meminta untuk melahirkan
di RSU Dok II Jayapura dan meminta tutup kandungan. Pasien dengan G9P8A0 mengaku hamil 9 bulan,
HPHT :19/09/2016, TP : 26/06/2017. Pasien mengeluh mules-mules, demam selama kehamilan (+),
Kepala sakit (+), Keringat malam (+) gerakan janin dirasakan aktif. Pasien ANC di PKM Lereh 1x, TT (-).
Pasien merasa Nafsu makan pasien menurun. BAB/BAK (+/+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, TB: 160 cm, BB 62 kg, IMT: 15,61
kg/m2. TD:100/70 mmHg, N: 131x/m, R: 20x/m, SB=36,5C. Pada pemeriksaan obstetrik didapatkan,
Leopold I teraba bagian kecil janin, Leopold II teraba bagian bulat keras (Kepala) di sebelah kiri, dan bagian
bulat besar lunak (bokong) di sebelah kanan, Leopold III teraba dataran yang keras membentang (punggung),
Leopold IV bagian terbawah janin (Punggung) diatas ,pada pemeriksaan dalam portio didapatkan lunak,
effacement 10 %, pembukaan tidak ada, ketuban tidak dapat dinilai.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil darah didapatkan HB: 7,7 g/dL, DDR:PF ++ dan hasil USG tampak janin
tunggal intra uteri letak lintang kepala dikiri punggung dibawah, tampak Placenta insersi di fundus grade
II,tampak AFI 12 cm (kesan cukup), TBJ 3100 gram. Kesimpulan, Janin tunggal intrauteri hidup letak
lintang.

Diagnosis
G9P8A0, Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia..
12
Puskesmas Lereh RSU Dok II
Sulfas Ferosus 1x1 Rencanakan partus perabdominam + MOW
Calac 1x1 Inform consent
Vit B.complex 1x1 IVFD RL 20 tpm
Vit C 1x1 Inj Cetriaxone 2x1gr (Skin test)
Observasi keadaan umum dan tanda vital
Observasi DJJ
PENATALAKSANAAN Artesunat injeksi 2x2 Vial
Transfusi PRC 2 kolf
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
Lapor dr.Spesialis Anestesi
Lapor.dr. Spesialis Anak

13
Tanggal FOLLOW UP
28 s Pusing (+) Mules-mules (+)
Juni KU : baik, kesadaran : composmentis
2017 TD : 110/70mmHg, N : 80x/menit, R: 18x/menit, SB:37,2C
O

St Gen : Dalam batas normal

St Obs : His : -
LJ : Letak Melintang
DJJ : 148 dpm
Inspeksi : vulva/vagina: tidak ada kelainan
VT : portio : Lunak, effacement 10 %
Pembukaan : Tidak ada
Ketuban : Sulit dinilai

A G9P8A0, Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia.


.

14
P Rencanakan partus perabdominam + MOW
Inform consent
IVFD RL 20 tpm
Inj Cetriaxone 2x1gr
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Observasi DJJ
Transfusi PRC 2 kolf
Artesunat injeksi 2x2 Vial
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
Pemasangan Kateter
Lapor dr. Spesialis Anestesi
Lapor dr. Spesialis Anak
Puasa

15
Ruang : VK Nomor : 40 94 56
LAPORAN OPERASI
Nama : Ny.YM Umur : tahun
Nama Ahli Bedah: dr. Sp. OG Pembedahan : Besar
Nama Ahli Anestesi : dr. Sp. An Jenis Anestesi : SAB
Diagnosis Pre Operatif : GG9P8A0, Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia.

Diagnosis Post Operatif : P9 A0, Post SC a/i Letak Lintang + MOW


Nama / Macam Operasi : Seksio sesarea + MOW
Jam Mulai : 10.20 wit Lama Operasi : 1 jam 10 menit
Tanggal : 29/07/2017
Jam Selesai : 11.30 wit
Laporan Operasi :
1. Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi SAB
2. Dilakukan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
3. Dilakukan sayatan pfannenstiel, segmen bawah rahim di sayat Konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari
penolong dan diperlebar ke arah kekiri dan ke kanan.
4. Tampak dinding anterior uterus gravidarum
5. Dilakukan sayatan semilunar pada SBR, dilebarkan secara tumpul
6. Dengan menarik kaki, pada pukul 10.24 WIT lahir bayi laki-laki BB: 3200 gram, PB: 48 cm, Apgar Score 7/8
7. Pukul 10.26 WIT dalam satu tarikan ringan, plasenta lahir lengkap
8. Uterus disepsis dengan betadin
9. Dilakukan tubektomi

16
10.Kedua ujung uterus dijahit dengan vicryl 1-0
11. Peritoneum dijahit dengan vicryl 2-0
12. Otot dijahit dengan vicryl 2-0
13.Fascia dijahit dengan vicryl 1-0
14.Subcutis dijahit dengan vicryl 2-0
15. Kulit dijahit dengan prolen 2-0
16.Perdarahan selama operasi 200 cc, Urin 150 cc
17.Operasi selesai

Instruksi Post Operasi :


IVFD RL 20 tpm
Observasi KU,tanda-tanda vital, dan tanda-tanda perdarahan
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Injeksi ketorolac 1 amp/8 jam
Injeksi Vit C 1 amp/24 jam
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam

Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Fungtionam : Malam
Quo Ad Sanationam : Bonam
17
FOLLOW UP 30 Juni 2017
RUANGAN (RG)
S: Nyeri luka operasi (+),BAK spontan, perdarahan aktif (-)
O: KU : baik, kesadaran : composmentis
TD : 120/70mmHg, N : 74x/menit, R: 20x/menit, SB:36,8C
St Gen : Dalam batas normal

St Obs : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik


Inspeksi : vulva/vagina: tidak ada kelainan, perdarahan aktif (-)

A: P9A0 post SC a/i Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia

P: IVFD RL 20 tpm
Observasi KU,tanda-tanda vital, dan tanda-tanda perdarahan
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Injeksi ketorolac 1 amp/8 jam
Injeksi Vit C 1 amp/24 jam
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam

18
FOLLOW UP 1 JuLi 2017
RUANGAN (RG)
S: Tidak ada keluhan
O: KU : baik, kesadaran : composmentis
TD : 120/70mmHg, N : 74x/menit, R: 20x/menit, SB:36,8C
St Gen : Dalam batas normal

St Obs :TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik


Inspeksi : vulva/vagina: tidak ada kelainan perdarahan aktif (-)

A: P9A0 post SC a/i Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia

P: Pasien boleh pulang (Aff infus Edukasi ASI Eksklusif


dan Aff DC) Vulva Hygiene
Vitamin C tab 1x1 /po Diet TKTP
Cefadroxil 500 mg 3x1/po Kontrol poli kebidanan 7 hari lagi
Asam mefenamat 2x1/po
SF tab 1x1/ po
Darplex 1x4 tab/po
19
PEMBAHASAN

20
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pasien dalam kasus ini?

KASUS TEORI
Anamnesa : Anamnesa :
- pasien rujukan PKM lereh dengan G9P8A0 mengaku hamil 9 - Usia kehamilan Aterm (37-41 minggu)
bulan. HPHT :19/09/2016, TP : 26/06/2017 - didiagnosis malaria, berdasarkan teori bahwa gejala trias
- mules-mules, malaria yaitu menggigil, demam, dan berkeringat.
- demam selama kehamilan (+), Kepala sakit (+), Keringat - Selain itu terdapat gejala lain/gejala khas setempat, seperti
malam (+) lemas, sakit kepala, mialgia, sakit perut, mual/muntah, dan
- gerakan janin dirasakan aktif. diare.

Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan conjungtiva anemis, Diagnosis letak lintang
Leopold I teraba bagian kecil janin, biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi.
Leopold II teraba bagian bulat keras (Kepala) di sebelah kiri, dan Abdomen biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga
bagian bulat besar lunak (bokong) di sebelah kanan, sedikit di atas umbilikus.
Leopold III teraba dataran yang keras membentang (punggung), Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan balotemen kepala
Leopold IV bagian terbawah janin (Punggung) diatas , teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka
Pada pemeriksaan dalam portio didapatkan lunak, effacement 10 yang lain.
%, pembukaan tidak ada, ketuban tidak dapat dinilai.

21
Pada pemeriksaan penunjang, hasil darah Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui. Bila punggungnya
didapatkan HB: 7,7 g/dL, DDR:PF ++ dan hasil terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan
USG tampak janin tunggal intra uteri letak lintang perut ibu; bila punggungnya di posterior, teraba nodulasi ireguler yang
kepala dikiri punggung dibawah, tampak Placenta menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat
insersi di fundus grade II,tampak AFI 12 cm (kesan yang sama. Pada pemeriksaan abdominal sumbu panjang janin teraba
cukup), TBJ 3100 gram. Kesimpulan, Janin tunggal melintang, tidak teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong
intrauteri hidup letak lintang.

Deskripsi letak lintang jika punggung terletak di sebelah depan ibu disebut
dorso anterior sedangkan jika punggung terletak di sebelah belakang ibu
disebut dorso posterior. Pada pemeriksaan vaginal sebelum in partu tidak
ada bagian terendah yang teraba di pelvis.
Pada pemeriksaan mikroskopik masih merupakan yang terpenting pada
penyakit malaria karena selain dapat mengidentifikasi adanya parasit, juga
dapat mengidentifikasi jenis Plasmodium secara tepat sekaligus juga dapat
menghitung jumlah parasit sehingga derajat parasitemi dapat diketahui.

22
Menurut definisiWHO, anemia dalam kehamilan adalah
bila kadar hemoglobin (Hb) < 11 g/dL. Malaria dapat
menyebabkan atau memperburuk anemia. Hal ini
disebabkan:1,2
Hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit
Peningkatan kebutuhan Fe selama hamil
Penekanan hematopoeisis
Peningkatan klirens sel darah merah oleh limpa
Hemolisis berat dapat menyebabkan defisiensi asam
folat yang mampu memperberat anemia.

23
Anemia yang disebabkan oleh ekspansi volume plasma tersebut
merupakan fisiologis pada kehamilan. Volume plasma yang meningkat
akan menurunkan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit.

Selain itu, terdapat teori yang menyatakan bahwa anemia fisiologis


dalam kehamilan bertujuan untuk menurunkan viskositas darah
maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu
penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin. Peningkatan volume plasma
dimulai pada minggu keenam kehamilan hingga mencapai puncak pada
minggu ke-24 kehamilan.
24
2. Mengapa terjadi letak lintang? Faktor-faktor resiko apa saja yang menyebabkan letak
lintang?

Faktor-faktor Penyebab kehamilan letak lintang adalah :4


Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi
Janin prematur
Plasenta previa Pada pasien ini ditemukan
Uterus abnormal
Cairan amnion berlebih faktor resiko yaitu berupa
Panggul sempit Grandemultipara sehingga
Wanita dengan paritas empat atau lebih memiliki insiden terjadinya relaksasi berlebihan
letak lintang sepuluh kali lipat lebih banyak dibanding dinding abdomen yang
wanita nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut menyebabkan posisi janin
gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga
menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu melintang.
jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau
melintang. Letak lintang atau letak oblik kadang-kadang
terjadi dalam persalinan dari posisi awal longitudinal.5
25
3. Apakah penatalaksanaan kasus ini di PKM lereh dan di RSUD Dok II Jayapura
sudah tepat?
Puskesmas Lereh RSU Dok II
Sulfas Ferosus 1x1 Rencanakan partus perabdominam + MOW
Calac 1x1 Inform consent
Vit B.complex 1x1 IVFD RL 20 tpm
Vit C 1x1 Inj Cetriaxone 2x1gr (Skin test)
Observasi keadaan umum dan tanda vital
Observasi DJJ
Artesunat injeksi 2x2 Vial
Injeksi ketorolac 1 amp/8 jam
InjeksiVit C 1 amp/24 jam
Injeksi ranitidine 1 amp/12 jam
Transfusi PRC 2
Lapor dr.Spesialis Anetstesi
26 Lapor dr.Spesialis Anak
Syarat dari Versi Luar adalah:
Janin dapat lahir pervaginam atau diperkenankan Pada pasien ini tidak dilakukan versi luar karena usia
untuk lahir pervaginam (tak ada kontraindikasi). kehamilan pasien 40-41 minggu dan ada beberapa
Bagian terendah janin masih dapat dikeluarkan dari komplikasi dari tindakan versi luar meliputi, Solusio
pintu atas panggul (belum engage) plasenta; Ruptura uteri; Emboli air ketuban;
Dinding perut ibu cukup tipis dan lentur sehingga Hemorrhagia fetomaternal; Isoimunisasi; Persalinan
bagian-bagian tubuh janin dapat dikenali (terutama Preterm; Fraktur femur janin; Prolong takikardi;
kepala) dan dapat dirasakan dari luar dengan baik Pola Sinusoidal FHR; Fetalmaternal harmorrhage;
Selaput ketuban utuh Gawat janin dan IUFD; Lilitan tali pusat; Ketuban
Pada inpartu : dilatasi servik kurang dari 4 cm pecah. Jika versi luar gagal tidak dianjurkan dan
dengan selaput ketuban yang masih utuh. lakukan seksio sesarea. Dalam obstetri modern, pada
Usia kehamilan 36 minggu pada nulipara dan 37 letak lintang menetap dan dalam keadaan in partu
minggu pada multipara. dilakukan seksio sesarea walau janin hidup atau
Bunyi jantung janin baik. mati.11
Pada persalinan pembukaan serviks < 3 cm.
Pemeriksaan USG.

27
Gambar 1. Versi Luar
28
Cairan RL digunakan untuk memenuhi Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai Berikan antibiotika proflaksis sebelum
tindakan pengobatan. operasi . Dapat digunakan anestesi lokal,
Pemberian obat anti malaria tergantung pada ketamin, spinal, atau umum.
diagnosis dini dan pengobatan klinis segera. Lini Pada kasus ini, di berikan Ceftriaxone
Pertama, Artesunat injeksi untuk penggunanan yang merupakan golongan antibiotik
di rumah sakit atau puskesmas perawatan. cephalosporin yang dapat befungsi
Sediaan 1 ampul berisi 60 mg serbuk kering untuk mengobati kondisi akibat infeksi
asam artesunik dalam 0,6 ml natrium bakteri.
bikarbonat 5% diencerkan dalam 3-5 ml
dextrose 5%. Pemberian secara bolus intravena
selama 2 menit. Loading dose 2,4 mg/kgBB I.V
Pada kasus ini Hb pasien 7,7 gr%, menurut
teori (Hb <7-8gr%) Transfusi darah
29
Pemberian obat ketorolac berfungsi untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat untuk
sementara dan obat ini digunakan sebelum atau sesudah prosedur medis, atau setelah
operasi.
Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptot H2 yang menghambat kerja histamin
secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Kelebihan
asam lambung dapat menyebabkan dinding sistem pencernaan mengalami iritasi dan
peradangan.
Pemberian vitamin C untuk mempercepat penyembuhan dan luka, dan juga menjaga
daya tahan tubuh.

30
Pasien dilakukan Tubektomi, yaitu suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah
keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat atau memotong pada kedua saluran
tuba. Dengan demikian maka ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma
karena adanya hambatan pada tuba. Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya
cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi.

Yang Dapat Menjalani Tubektomi


Usia > 26 tahun, paritas > 2, yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius,
pascapersalinan, pasca keguguran, paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

31
Pada pasien ini, telah memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan tubektomi yaitu usia
27 tahun dengan jumlah anak 9 selain itu pasien dan suaminya juga telah memberikan
persetujuan tertulis secara sukarela untuk dilakukan tubektomi.

Kesimpulan, bahwa terapi yang di berikan pada PKM Lereh tidak sesuai
teori sedangkan pada terapi yang diberikan RSU Dok II Jayapura sesuai
dengan teori.

32
Kesimpulan
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis G9P8A0,
Hamil 40-41 minggu + Letak Lintang + Malaria Falciparum +2 + Anemia.
2. Penyebab letak lintang pada kasus ini, wanita dengan paritas empat atau lebih
memiliki insiden letak lintang sepuluh kali lipat lebih banyak dibanding wanita
nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus
jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi
sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak
lintang atau letak oblik kadang-kadang terjadi dalam persalinan dari posisi awal
longitudinal.
3. Penatalaksanaan pada kasus ini di RSU Dok II Jayapura sudah tepat.
4. Prognosis pada pasien ini, ad vitam : bonam, ad fungtionam : malam, dan ad
sanationam : bonam.

33
Saran
1. Pada saat kehamilan dilakukan pemeriksaan antenatal yang baik.
Penanggulangan sedini mungkin setelah terdiagnosis dengan melakukan
posisi bersujud (knee chest position), dengan posisi perut seakan-akan
menggantung ke bawah,
2. Apabila umur kehamilan sudah 38 minggu ibu harus dirawat di RS yang
memiliki fasilitas seksio dan tenaga ahlinya.

34
35

Anda mungkin juga menyukai