Anda di halaman 1dari 34

Abdullah Sahab

PENDAHULUAN
Kepribadian pola khas seseorang dalam
berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif
stabil dan dapat diperkirakan.
Kepribadian corak perilaku dan sifat khas dan
dapat diperkirakan pada diri seseorang yang
digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri
terhadap rangsangan.
Perkembangan kepribadian suatu proses
transformasi berkelanjutan dari organisme biologis
menjadi manusia biososial.
Freud pentingnya masa bayi dan awal masa
kanak-kanak dalam membentuk karakter
seseorang.
Jean Piaget mengembangkan suatu teori yang
disebut teori perkembangan kognitif.
Erik Erickson teori perkembangan psikososial.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian:


1. Faktor Biologi

Merupakan faktor yang berhubungan dengan


keadaan jasmani disebut faktor fisiologis
keadaan genetik, pencernaan, pernafasan,
peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi
badan, berat badan, dan sebagainya.
Keadaan jasmani setiap orang sejak
dilahirkan telah menunjukkan adanya
perbedaan-perbedaan.
Sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap
orang ada yang diperoleh dari keturunan
dan ada pula yang merupakan pembawan
anak/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik memainkan peranan yang
penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial masyarakat, yakni manusia-manusia
lain di sekitar individu yang bersangkutan.
Termasuk tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-
peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku di
masyarakat itu.
Dalam perkembangan anak peranan keluarga
sangat penting dan menentukan bagi pembentukan
kepribadian.
Pengaruh keluarga pengalaman yang pertama,
pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah
dan luasnya intensitas sangat tinggi karena
berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh
itu diterima dalam suasana bernada emosional.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat
dimana seseorang itu dibesarkan.
a. Nilai-nilai :
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai
hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia
yang hidup dalam kebudayaan itu.
Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang
selaras dengan kebudayaan yang berlaku di
masyarakat itu.
b. Adat dan Tradisi :
Menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh
anggota-anggotanya.
Menentukan pula cara-cara bertindak dan
bertingkah laku yang akan berdampak pada
kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan Keterampilan :
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan
pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu.
Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat
makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
d. Bahasa
Merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan cirri khas dari suatu kebudayaan.
Alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat
menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap,
bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang
lain.

Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Freud :


Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3
tahapan yakni tahap infatil (0 - 5 tahun), tahap laten (5 - 12
than) dan tahap genital (> 12 tahun).
Tahap infatil yang faling menentukan dalam membentuk
kepribadin, terbagi menjadi 3 fase, yakni fase oral, fase anal,
dan fase falis.
1. Fase Oral (usia 0 1 tahun)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik
atau daerah kepuasan seksual.
Kenikmatan atau kepuasan diperoleh dari ransangan terhadap
bibir-rongga mulut-kerongkongan, tingkah laku menggigit dan
menguyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan
memuntahkan makanan (kalau makanan tidak memuaskan).
Kepuasan yang berlebihan pada masa oral akan membentuk oral
incorporation personality pada masa dewasa menjadi
senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan
harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan
orang lain.
Ketidakpuasan pada fase oral menjadi tidak pernah puas,
tamak (memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta.
Oral agression personality ditandai oleh kesenangan berdebat
dan sikap sarkatik.
Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan
ketergantungan, mendapat perindungan dari orang lain,
khususnya ibu.
2. Fase Anal (usia 1 3 tahun)
Pada fase ini anus merupakan daerah pokok aktivitas dinamik.
Mengeluarkan faces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak
menyenangkan dari akumulasi sisa makanan.
Sepanjang tahap anal, latihan defekasi (toilet training) memaksa
anak untuk belajar menunda kepuasan bebas dari tegangan anal.
Freud yakin toilet trainingbelajar memuaskan id dan superego
sekaligus.
Dampak toilet trainingtergantung kepada sikap dan metode
orang tua dalam melatihjika ibu terlalu keras, anak akan menahan
fecesnya dan mengalami sembelit. Ini adalah prototip tingkah laku
keras kepala dan kikir (anal retentiveness personality).
Anak tanpa toilet traininganak bebas melampiaskan tegangannya
dengan mengeluarkan kotoran di tempat dan waktu yang tidak
tepatsifat ketidakteraturan/jorok, destruktif, semaunya sendiri,
atau kekerasan/kekejaman (anal exspulsiveness personality).
Membimbing dengan kasih sayang (dan pujian kalau anak defakasi
secara teratur)prototif dari, sifat kreatif dan produktif.
3. Fase Phalis (usia 3 5/6 tahun)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen
terpenting.
Pada fase ini timbulnya Oedipus complex, yang diikuti
fenomena castration anxiey (pada laki-laki) dan penis envy
(pada perempuan).
Odipus kompleks adalah kateksis obyek kepada orang tua
yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua
sejenis.
Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan
ayahnya; sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya
dan menyingkirkan ibunya.
Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat anak
cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya untuk
memenangkan persaingan merebut ibunya.
Dia cemas penisnya akan dipotong oleh ayahnya cemas
dikebiri atau castrationanxiety.
Kecemasan inilah yang kemudian mendorong laki-laki
mengidentifikasi diri dengan ayahnya.
Identifikasi ini mempunyai beberpa manfaat :
1. Anak secara tidak langsung memperoleh
kepuasan impuls seksual kepada ibunya, seperti
kepuasan ayahnya.
2. Perasaan erotik kepada ibu (yang berbahaya)
diubah menjadi sikap menurut/sayang kepada
ibu.
3. Identifikasi kemudian menjadi sarana tepenting
untuk mengembangkan superego adalah
warisan dari oedipus complex.
4. Identifikasi menjadi ritual akhir dari odipus
kompleks, yang sesudah itu ditekan(repressed)
ke ketidaksadaran.
4. Fase Latent (usia 5/6 12/13 tahun)
Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remajaperbedaan
impuls seksualperiode laten.
Menurut Freud, penurunan minat seksual akibat
dari tidak adanya daerah erogen baru yang
dimunculkan oleh perkembangan biologis.
Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan
sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan
kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual,
atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya.
Percepatan pembentukan super ego; orang tua
bekerjasama dengan anak berusaha merepres impuls
seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk sublimasi dan pembentukan superego.
Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu
dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya
(masa pubertas).
5. Fase Genital (usia 12/13 dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam
diri remaja.
Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu
pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah
dada, dll) dan pertumbuhan tanda seksual primer.
Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas
dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan
kepribadian yang stabil.
Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narsistik;
individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan
manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diinginkan hanya
karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan
jasmaniah.
Pada fase genital, impuls seks disalurkan ke obyek di luar,
seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan
karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
Terjadi perubahan dari anak yang narsistik menjadi dewasa
yang berorientasi sosial, realistik dan altruistik.
Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Jean Piaget:
Perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
tehadap perkembangan konsep kecerdasan.
Bagi Piagetkemampuan untuk secara lebih cepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis
dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti tidak seperti, teori Nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai
pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan),
Teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang
termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
1. Periode Sensorimotor (usia 0 2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks
bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi
dunianya.
Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial, enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir
sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia
enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya
kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul
antara usia empat sampai sembilan bulan dan
berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder,
muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan,
saat berkembangnya kemampuan untuk melihat
objek sebagai sesuatu yang permanen walau
kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul
dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik,
berhubungan terutama dengan tahapan awal
kreativitas.
2. Tahapan praoperasional (usia 2 7 tahun)
Tahapan pra-operasional mengikuti tahapan
sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam
tahun.
Anak mengembangkan keterampilan berbahasanya
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata
dan gambar.
Masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis.
Cenderung egosentristidak dapat memahami
tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain.
Kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di
sekitarnyadewasa, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik.
Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif dan
menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
3. Tahapan Operasional Konkrit (usia 8 11 tahun)
Muncul antara usia enam sampai duabelas tahunpenggunaan logika yang memadai.

Pengurutankemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri


lainnya.
Klasifikasikemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain dan tidak lagi memiliki anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan.
Decentering mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibilityanak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasimemahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrismekemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu
baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa
Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4. Tahapan Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristikkemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan
nilai.
Tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan
putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis,. tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan
berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tahapan dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama, tidak ada ada tahapan yang
diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari
operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga
pada semua konsep dan isi pengetahuan.
4. Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang
terorganisasi secara logis.
5. Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan
mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya,
tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi).
6. Tahapan merepresentasikan perbedaan secara
kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif
Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Roussaeu
Jean Jaccques Rousseau (1712-1778) filosof Perancis abad ke
18 berpandangan bahwa anak berbeda secara kualitatif
dengan orang dewasa.
Menolak pandangan bahwa bayi adalah makhluk pasif yang
perkembangannya ditentukan oleh pengalaman, dan menolak
anggapan bahwa anak merupakan orang dewasa yang tidak
lengkap dan memperoleh pengetahuan melalui cara berpikir
orang dewasa.
Beranggapan bahwa sejak lahir anak adalah makhluk aktif
dan suka bereksplorasianak harus dibiarkan untuk
memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri melalui
interaksinya dengan lingkungan.
Menolak pandangan bahwa anak memiliki sifat bawaan
yang buruk (innate bad)All things are good as they come
out of the hand of their creator, but everything degenates in
the hand of man artinya segala-galanya adalah baik
sebagaimana ke luar dari tangan sang pencipta, segala-
galanya memburuk dalam tangan manusiaNoble Savage.
1. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir-2 tahun)
Didominasi oleh perasaanakibat dari adanya reaksi-reaksi bayi
terhadap stimulus lingkungan.
2. Tahap perkembangan masa kanak-kanak (2-12 tahun)
Dimulai dingan makin berkembangnya fungsi indera anak dalam
mengadakan pengamatan.
3. Tahap perkembangan pada masa preadolesen (12-15 tahun)
Perkembangan fungsi penalaran intelektual sangat dominan, mulai
kritis dalam menanggapi ide orang lain, mulai belajar menentukan tujuan
serta keinginan yang dapat membahagiakannya.
4. Tahap perkembangan masa adolesen (15-20 tahun)
Diwarnai oleh dorongan seksualitas yang kuat, mengembangkan
pengertian tentang kenyataan hidup, memikirkan tingkah laku yang
bernilai moral.
5. Tahap pematangan diri (setelah 20 tahun)
Perkembangan fungsi kehendak mulai dominan, dapat membedakan
tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan pribadi, pemuasan
keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan masyarakat.
Transisi peran social, seperti dalam menindaklanjuti hubungan lawan
jenis, pekerjaan, dan peranan dalam keluarga, masyarakat maupun
Negara.
Mampu melakukan self direction dan self control.
Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung:
Jung beranggapan bahwa semua peristiwa disebabkan oleh
sesuatu yang terjadi di masa lalu (mekanistik) dan kejadian
sekarang ditentukan oleh tujuan (purpose).
Prinsip mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara
karena terpenjara oleh masa lalu. Manusia tidak bebas
menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu
tidak dapat diubah.
Prinsip purposif membuat orang mempunyai perasan penuh
harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan
bekerja.
Dari keduanya dapat diambil sisi positifnya, kegagalan di
masa lalu bukan dijadikan beban tapi dijadikan pengalaman
yang kemudian digunakan sebagai stimuli untuk belajar lebih
baik dari kegagalan tersebut.
Terlepas dari kegagalan seseorang harus memiliki angan,
impian dan harapan, hal inilah yang kemudian mengarahkan
pada tujuan yang akan diraih di masa mendatang.
Tahap-tahap perkembangan menurut Jung :
1. Usia anak (Childhood). Usia anak dibagi menjadi 3
tahap, yakni anarkis pada anak kesadaran masih
kacau pada usia 0 6 tahun, tahap monarkis yakni
anak ditandai dengan perkembangan ego, mulai
berfikir verbal dan logika pada usia 6 8 tahun, tahap
dualistik yakni anak dapat berfikir secara obyektif
dan subyektif terjadi pada usia 8 12 tahun.
2. Usia Pemuda. Pemuda berjuang untuk mandiri secara
fisik dan psikis dari orangtuanya.
3. Usia Pertengahan. Ditandai dengan aktualisasi diri,
biasanya sudah dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, memiliki pekerjaan, kawin, punya
anak dan ikut dalam kegiatan sosial.
4. Usia Tua. Fungsi jiwa sebagian besar bekerja secara
tak sadar, fikiran dan kesadaran ego mulai
tenggelam.
Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Erik
Erikson:
Teori perkembangan kepribadian yang
dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu
teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.
Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi
menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai
dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak
dilakukan oleh Freud.
Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia teori Erikson yang
membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya
dianggap lebih realistis.
1. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust mistrust.
Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang di sekitarnya.
Sepenuhnya mempercayai orang tuanyabayi menangis bila dipangku
oleh orang yang tidak dikenalnya, tidak percaya kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1
tahun atau 1 tahun.
Menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus
menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
Kepercayaan terbina dengan baikdorongan oralis pada bayi
terpuaskantidur dengan tenang, menyantap makanan dengan
nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi)
dengan sepuasnya.
Ibu bisa memberikan rasa hangat dan dekat, konsistensi dan
kontinuitas kepada bayi merekamengembangkan perasaan dengan
menganggap dunia khususnya dunia sosial sebagai suatu tempat yang
aman untuk didiami.
2. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Ditandai adanya kecenderungan autonomy shame, doubt.
Anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan,
bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya,
tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan
dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan
dari orang tuanya.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini
biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan
sampai 3 atau 4 tahun.
Kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan
ragu-ragu.
Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya
terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan
suatu kemandirian.
Orang tua mengasuh bersikap salahmalu dan ragu-ragu.
Mengizinkan seorang anak yang menginjak usia balita untuk dapat
mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, anak tersebut akan
bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan.
Bayi mulai belajar untuk mengontrol tubuhnyasikap untuk
mengontrol diri sendiri dan juga untuk menerima control dari orang lain.
Misalnya, saat anak belajar berjalan, memegang tangan orang lain,
memeluk, maupun untuk menyentuh benda-benda lain.
3. Inisiatif vs Kesalahan
Masa pra sekolah (Preschool Age)kecenderungan initiativeguilty.
Anak memiliki kecakapankegiatankemampuan
terbataskegagalanperasaan bersalahtidak mau berinisatif atau
berbuat.
Tahap genital-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut
tahap bermain.
Usia 3 sampai 5 atau 6 tahunbelajar punya gagasan (inisiatif) tanpa
banyak terlalu melakukan kesalahan.
Mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, mempelajari kemampuan-
kemampuan baru, memiliki tujuan.
Sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang belum
nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh
anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan
ide-idenya.
Tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatanmerasa
berdosa, merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka
rasakan dan lakukan, orang lain menjadi terhambat. Peristiwa ini biasanya
dikenal dengan istilah formalisme.
5. Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa
puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.
Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity identity
confusion.
Membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari
dirinyaekstrim.
Rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian
dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini.
Merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini
orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi
berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah
masyarakat.
Lingkungan semakin luas tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah
namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya.
Sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang lain.
Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang merupakan
ego sintesis.
Apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang lancar atau tidak berlangsung
secara baik, disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang
sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang disebut
dengan identity confusion atau kekacauan identitas.
6. Keintiman vs Isolasi
Individu memasuki jenjang masa dewasa awal yang
berusia sekitar 20-30 tahun.
Masa dewasa awal (young adulthood) ditandai adanya
kecenderungan intimacy isolation.
Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa
ini ikatan kelompok sudah mulai longgar.
Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham.
Timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang
intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab
atau renggang dengan yang lainnya.
7. Generativitas vs Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
Masa dewasa (adulthood)kecenderungan generativity-stagnation.
Individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak,
sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak
mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan,
sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas)
dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depankepedulian
terhadap generasi yang akan datang.
Stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang
dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli
terhadap siapapun.
8. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir Erikson disebut tahap usia senja yang berusia sekitar 60-65 ke atas.

Hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity despair.

Pribadi yang telah mapan digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.

Memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena
faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapaiputus asa.
Tugas integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

Tahap yang sulit dilewatimerasa terasing dari lingkungan kehidupannya,


dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna.
Kesulitan tersebut dapat diatasimenerima hidup dan oleh karena itu juga berarti
menerima akhir dari hidup itu sendiri.
Tidak terdapat integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan
terlihat. Kecenderungan terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan
kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa disebut berandai-andai,
sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan kenyataan di masa tua.
Jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritassikap
menggerutu, sikap sumpah serapah dan menyesali kehidupan sendiri.
Keseimbangan antara integritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam
masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai