Anda di halaman 1dari 52

Laporan Kasus

Kista Endometriosis

Hedya Nadhrati Surura, S.Ked


120610034
Preseptor: Dr. Hj. Cut Elfina Zuhra, Sp.OG (K)
Bagian Ilmu Obgyn
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Aceh Utara
2016
Bab 1: Pendahuluan
Endometriosis terjadi pada
10-14% wanita usia Risiko untuk menjadi
reproduksi dan mengenai tumor ovarium adalah
40-60% wanita dengan 15-20%, angka
dismenorhea dan 20-30% kejadian infertilitas
wanita subfertil. berkisar 30-40%, dan
Saudara perempuan dan risiko berubah menjadi
anak perempuan dari ganas 0,7-1%.
wanita yang menderita Endometriosis yang
endometriosis berisiko 6-9 sudah mendapat
kali lebih besar untuk pengobatan yang
berkembang menjadi optimum memiliki
endometriosis. angka kekambuhan
sesudah pengobatan
Endometriosis berkisar 30%
menyebabkan nyeri
panggul kronis berkisar
70%.
Bab 2 :
Status pasien
I. Identitas Pasien
Identitas Pasien
Nama : Ny. SN
No. RM : 39.52.76
Umur : 37 tahun
Alamat : Blang Pria Samudra, Aceh Utara
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 4 Oktober 2016 (malam)
Tanggal pemeriksaan : 5 Oktober 2016
Suami
Nama : Hadi Mapriatin R.
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Guru
II. Anamnesis

Keluhan Utama : Tidak lancar ketika


menstruasi 6 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan : Ketika menstruasi darah


banyak dan bergumpal-gumpal disertai nyeri
pinggang
Os juga
mengeluhkan Os juga
keluhan tidak
ketika mengeluhkan
lancar ketika
menstruasi, nyeri pinggang
menstruasi
darah yang sejak tidak
lebih kurang 6
keluar banyak teraturnya siklus
bulan yang
dan bergumpal- menstruasi dan
lalu..
gumpal. saat mens

Os mengaku
sebelum masuk
rumah sakit
sudah datang ke
praktik dokter
spesialis obgyn
dan didiagnosis
kista ovarium
Pasien menyangkal keluhan serupa
Riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi
debu (+)

Tidak ada keluarga mengalami keluhan


serupa

Pasien menyangkal penggunaan obat-


obatan
Menarche : 12 tahun
Lama : 7 Hari
Siklus : 28 Hari
Banyak : 3-4x ganti pembalut dalam sehari,
menggumpal
Dismenore : (+)
Flour albus : disangkal

Suntik KB 3 bulan
Pasien mengaku melakukan hubungan
seksual dengan suaminya

P1A0H1
Pada tahun 2004 pasien melahirkan anak pertama berjenis
kelamin laki-laki, aterm, bidan kampung, berat badan 3200 gram,
di tempat bidan kampung
III. Pemeriksaan Fisik

A. Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 82x/menit, reguler
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,0C
Status Generalis
Warna : Kuning langsat
Turgor : Cepat Kembali
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Oedema : (-)
Anemia : (-)

Rambut: Hitam, Sukar dicabut, tipis


Wajah : Tidak ditemukan kelainan, simetris
Mata : Konjunctiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya
langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+), pupil
isokor 2mm
Telinga : Simetris, Sekret (-/-), otorhea(-/-)
Hidung : Normal, Sekret (-/-), Rhinorea (-/-)
Mulut : tidak ditemukan mulut mencong dan tidak ada deviasi
lidah : Bentuk normal, tidak pucat, tidak tremor, tidak kotor,
warna kemerahan
Inspeksi: Simetris, tidak terlihat benjolan

Palpasi :Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)

Paru
Inspeksi :Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi
suprasternal(-)
Palpasi :fremitus taktil normal
Perkusi :Sonor
Aukultasi : suara nafas vesikuler, Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tdk terlihat (N)
Palpasi :Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas atas jantung di ICS II LPSD,
kanan di ICS IV LPSD,
kiri di ICS V LMCS
Auskultasi : BJ I/II normal, bising jantung (-), Gallop (-)
Inspeksi :Simetris, perut datar
Palpasi :Defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)
Auskultasi :Peristaltik usus normal

Tidak dilakukan pemeriksaan

Tidak ada pembesaran


Akral dingin
Superior Inferior
kanan kiri kanan kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -

Inspeksi : sikatrik (-), tanda radang (-), dinding perut datar, linea
nigra (-) striae gravidarum (-) perdarahan (Flek) (+)
Palpasi :fundus uteri : tidak teraba; massa tumor : tidak teraba;
nyeri tekan (+).
Inspekulo : -
Pemeriksaan dalam :-
Pemeriksaan Penunjang
5-10-2016

Darah Rutin

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 14,4 12-16

LED - <20

Eritrosit 4,9 3,8-5,8

Leukosit 8,3 4-11

Hematokrit 43,3 37-47

MCV 87 76-96

MCH 28,9 27-32

MCHC 33,3 31-35

RDW 11,7 11,5-50


Analisa Urine

Makroskopis

Kekeruhan Jernih Jernih

Warna Kuning Muda Kuning Muda

Berat Jenis 1,030 1,010-1,035

pH 35 mg /dl (+) Negatif

Protein - Negatif

Glukosa (Reduksi) - Negatif

Bilirubim - Negatif

Uronilinogen - Negatif

Keton - Negatif

Nitrit - Negatif
Sediment (Mikroskopis)

Eritrosit 10-25 0-3 / LPB

Leukosit 2-5 0-5 / LPK

Epitel 2-5 0-5 / LPK

Bakteri - Negatif

Jamur/ Yeast - Negatif

Kristal - 0-2 / LPK


Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
(tanggal)

HB (15/7/2016) 7,2 12-16

KGDS (12/7/2016) 113 110-200

HB( 21/7/2016) 9,2 12-16


(sebelumnya dari praktik dr. X : Kista Ovarium Sinistra

Kista
Endometriosis Laboratorium
sinistra

Terapi
Operatif:
Infus : IVFD RL 20 gtt/i Laparotomi
Injeksi :Ranitidin 1 Amp/ 12 jam Kistektomi
Sinistra
Gambar:
Informed consent
Konsultasi spesialis anestesi dan spesialis penyakit dalam
Cek laboratorium kimia darah dan urin lengkap
Puasa minimal 6 jam sebelum tindakan
Pasang intravena line

Pasien terlentang dalam posisi telentang dan dilakukan spinal anestesi


Asepsis dan antisepsis daerah lapangan operasi dan sekitarnya dengan kassa
bethadine
Pasang doek steril di seluruh tubuh kecuali wajah dan lapangan operasi
Tindakan Operasi: Laparotomi Kistektomi Sinistra
Ditemukan massa kistik ukuran 8x8 cm di ovarium sinintra melekat pada uterus
dengan tuba fallopii melekat di bawahnya. Saat dipecahkan, kista pecah
mengeluarkan cairan berwarna cokelat
Perdarahan 100 cc
Quo Ad vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo Ad sanctionam : Dubia ad bonam
Follow Up
Tanggal SOAP Terapi
5-10-2016 S/ Perdarahan pervaginam (Flek) -IVFD RL 20 gtt/i
(H +1) (+)
Nyeri bekas OP (+) - Injeksi :
Nyeri kepala (-) Flatus (-) Cefotaxime Inj 1 Amp/12 jam
Mual (-) muntah (-)
BAK (+) BAB (-) Nyeri di Drip Tramadol 1 Amp/8 jam
pinggang Ranitidine Inj 1 Amp/12 Jam
Kiri (+)
Ketorolac Inj 1 Amp/8 jam
0/ TD= 100/60; HR= 64x/menit;
RR=20x/menit; T:36,6C

A/ Kista Ovarium Sinistra


P/ Darah rutin:
Hb: 14,4; Eritrosit: 4,9;
Hematokrit: 43,3; Trombosit:
385; KGDS:126
Follow Up
Tanggal SOAP Terapi
6-10-2016 S/ Perdarahan pervaginam (Flek) -IVFD RL 20 gtt/i
(H+2) (-)
Nyeri bekas OP (+) - Injeksi :
Nyeri kepala (-) Flatus (+) Cefotaxime Inj 1 Amp/12 jam
Mual (-) muntah (-)
BAK (+) BAB (-) Nyeri di Drip Tramadol 1 Amp/8 jam
pinggang Ranitidine Inj 1 Amp/12 Jam
Kiri (+)
Ketorolac Inj 1 Amp/8 jam
0/TD= 110/70; HR= 79x/menit;
RR=21x/menit; T:37,4C

A/ Kista Endometriosis Sinistra

P/ Hb = 12,3
Follow Up
Tanggal SOAP Terapi
7-10-2016 S/ Perdarahan pervaginam --IVFD RL 20 gtt/i
(H+3) (Flek) (-)
Nyeri bekas OP (+) - Injeksi :
Nyeri kepala (-) Flatus (+) Cefotaxime Inj 1 Amp/12 jam
Mual (-) muntah (-)
BAK (+) BAB (-) Nyeri di Drip Tramadol 1 Amp/8 jam
pinggang Ranitidine Inj 1 Amp/12 Jam
Kiri (+)
Ketorolac Inj 1 Amp/8 jam
0/TD= 110/70; HR=
79x/menit;
RR=20x/menit T:37,4C

A/ Kista Endometriosis
Sinistra
P/ kgds: 113 mg/dl
-
Follow Up
Tanggal SOAP Terapi
8-10-2016 S/ Perdarahan pervaginam (-) -IVFD RL 20 gtt/i
(H+4) Nyeri suprapubis (berkurang)
Nyeri kepala (-) - Injeksi :
Nyeri perut (+) Cefotaxime Inj 1 Amp/12 jam
Mual (-) muntah (-)
BAK (+) BAB (+) Drip Tramadol 1 Amp/8 jam
Ranitidine Inj 1 Amp/12 Jam
0/TD= 120/80; HR= 78x/menit;
RR=20x/menit ; T:37,4C Ketorolac Inj 1 Amp/8 jam

A/ Kista Endometriosis Sinistra


P/ -
-

PBJ
Pembahasan
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis ginekologik serta
pemeriksaan penunjang berupa darah rutin dan kimia darah,
maka pasien ini didiagnosis dengan Kista Ovarium. tidak
lancar ketika menstruasi lebih kurang 6 bulan yang lalu. Os
juga mengeluhkan ketika menstruasi, darah yang keluar
banyak dan bergumpal-gumpal. Os juga mengeluhkan nyeri
pinggang sejak tidak teraturnya siklus menstruasi. Os
mengaku sebelum masuk rumah sakit sudah datang ke
praktik dokter spesialis obgyn dan didiagnosis kista ovarium.

Keadaan umum dan status vital pasien tidak terganggu


sehingga tampaknya perdarahan yang terjadi tidak terlalu
hebat, walaupun dari pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar hemoglobin yang kurang dari normal
Pembahasan

Dari pemeriksaan fisis ginekologik diperoleh adanya massa


kistik di ovarium sinistra dengan ukuran 8x8x8 cm yang
berwarna cairan coklat dengan permukaan rata. Awalnya
pasien didiagnosis sebagai ksita ovarium sinistra, namun
setelah dilakukan tindakan operasimaka didiagnosis kista
endometriosis sinistra. Penanganan dari Kista endometriosis
adalah dilakukan laparoskopi kistektomi, namun karena di
RSU Cut Meutia belum mempunyai Laparoskopi, maka
dilakukan Laparotomi kistektomi sinistra. Selain itu diberikan
pula antibiotik dan analgetik.
Bab 3 :
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan


endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar
kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar
dan stroma.4
Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang
berasal dari jaringan endometrium. Ukuran kista bisa
bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista mengalami
ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium dan rongga
pelvis.5
ETIOLOGI

Teori Teori
Teori retragrade Teori imun dan
metaplasia transplantasi
mens GENETIK
soelomik langsung

Faktor endokrin
EPIDEMIOLOGI
Di negara Amerika Serikat, 25-30 % penyebab infertilitas primer
pada perempuan adalah endometriosis.
Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan
mengenai 40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita
subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita yang
menderita endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk
berkembang menjadi endometriosis. Endometriosis menyebabkan
nyeri panggul kronis berkisar 70%.
Risiko untuk menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian
infertilitas berkisar 30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-
1%.
Endometriosis yang sudah mendapat pengobatan yang optimum
memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30%.
Patofisiolofi
Patologi

Teori Teori
Teori retragrade Teori imun dan
metaplasia transplantasi
mens GENETIK
soelomik langsung

Faktor endokrin
Klasifikasi
(berdasarkan topografi)

Endometriosis didalam miometrium (uterus) Letaknya


Endometriosis
di dalam uterus dan disebut adenomiosis
Interna Letaknya didalam tuba seperti adenomiosis ismika
nodusa, hematosalping.

Endometriosis di luar uterus, lazim disebut dengan


true endometriosis, letaknya di dinding belakang
Endometriosis
uterus, dibagian luar tuba dan di ovarium (di pelvio-
Eksterna peritonium dan di cavum Douglasi, rekto-sigmoid,
kandung kencing, umbilikus sampai pada kulit dan paru
paru-paru).
Klasifikasi
Ovarian Endometrial
Cysts (Endometrioma)

Berdasarkan
lokasi lesi

Deep Nodular Peritoneal


Endometriosis endometriosis
Stadium
Berdasarkan lokasi, kedalaman
penyakit dan perluasan adhesi
(AFS)
Endometriosis <1 cm 1-3 cm >3 cm
Peritoneum

Permukaan 1 2 4

Dalam 2 4 6

Kanan Permukaan 1 2 4

Dalam 4 16 20

Kiri Permukaan 1 2 4
Ovarium

Dalam 4 16 20

Perlekatan kavum Douglasi Sebagian Komplit

4 40

Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3

Tipis 1 2 4

Tebal 4 8 16
Kanan

Tipis 1 2 4
Ovarium

Tebal 4 8 16
Kiri Kiri

Kanan Tipis 1 2 4

Tebal 4 8 16

Tipis 1 2 4
Tuba

Tebal 4 8 16
Kir Kiri
- Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)

- Skor 6-15: Stadium II (penyakit


sedang)

- Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)

- Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat


berat)
Gejala dan Tanda
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi
pada dan selama haid (dismenore)

Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan


oleh karena adanya endometriosis di kavum Douglasi

Nyeri waktu defekasi, hipermenorea

Infertilitas
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik


Penunjang
Penatalaksanaan

Non
Operatif
Operatif
Komplikasi

Cenderung berulang dan


infertilitas
Prognosis
Prognosis

Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali


telah dilakukan dengan histerektomi dan ooforektomi
bilateral.
Angka kejadian rekurensi endometriosis setelah
dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam
waktu 5 tahun.
Ablasi komplit dari endometriosis efektif dalam
menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus.
Pasien dengan endometriasis ringan-sedang memiliki
peluang untuk hamil sebanyak 60%, sedangkan pada
kasus-kasus endometriosis yang berat
keberhasilannya hanya 35%.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai