Anda di halaman 1dari 32

K EKELAINAN

LAINAN R EFRAKSI
REFRAKSI

Preceptor:
dr. Niska Alfisyahrin, Sp.M
Pendahuluan
Mata adalah salah satu dari indera tubuh manusia yang berfungsi sebagai
indera penglihatan.

Karena sering kali kurang diperhatikan, banyak penyakit pada mata yang tidak
dengan cepat dan tepat ditanggulangi sampai menyebabkan gangguan
penglihatan sampai kebutaan.

Gangguan penglihatan yang paling sering terjadi adalah rabun penglihatan.

Rabun penglihatan merupakan gangguan memfokuskan bayangan benda yang


dilihat atau biasa disebut kelainan refraksi (Ametropia). Jenisnya:
Miopia
Hipermetropia
Astigmatisma
Presbiopia
K E L A I N MIOPIA
AN REFRAKSI
Miopia|Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi,
difokuskan didepan retina, sehingga didapatkan bayangan kabur.
Miopia|Epidemiologi
Penelitian sebelumnya:
Australia 1 dari 10 usia 4-12 tahun menderita miopia
Amerika 1 dari 10 usia 5-17 tahun menderita miopia
Brazil 1 dari 8 pelajar menderita miopia

Faktor genetik lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor kebiasaan.

Ras:
Cina, Jepang, Amerika, Yahudi >>>> Ras kulit hitam

Jenis kelamin:
Wanita>>>>>Pria
Miopia|Etiologi
Miopia Aksial
Disebabkan jarak sumbu bola mata yang terlalu panjang sehingga
mengakibatkan jarak lensa ke retina terlalu pendek.

Miopi Refraktif
disebabkan terganggunya daya bias. Penyebabnya antara lain:
Kornea yang terlalu cembung
Lensa yang terlalu cembung
Indeks bias cairan meninggi pula
Miopia|Patogenesis
Faktor Genetik
Suatu defek pada gen PAX6 diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya
miopi, yang akan menyebabkan perubahan ukuran antero-posterior bola
mata selama fase perkembangan yang menyebabkan bayangan jatuh di
depan retina

Faktor Lingkungan
Miopi disebabkan oleh kelemahan pada otot-otot silier bola mata yang
mengontrol bentuk lensa mata.
Kelemahan otot silier bola mata mengakibatkan lensa tidak mampu
memfokuskan objek yang jauh, sehingga objek terlihat kabur.
Terjadinya kelemahan otot ini, akibat dari banyaknya kerja mata pada
jarak dekat, misalnya membaca buku atau bekerja di depan komputer.
Miopia|Klasifikasi
Miopi diklasifikasikan berdasarkan pada tingginya tingkat dioptri dan
gambaran klinis.
Klasifikasi miopi berdasarkan tingkatan tinggi dioptri:
Miopi ringan = sampai 3 dioptri
Miopi sedang = 3-6 dioptri
Miopi berat = 6-9 dioptri
Miopi sangat berat = > 10 dioptri

Klasifikasi miopi berdasarkan klinis:


Miopi Simplex (bertambah hingga usia 20 tahun)
Miopi Progresif (bertambah hingga usia 25 tahun atau lebih)
Miopi Maligna (miopi progresif disertai proses degeneratif)
Miopia|Gejala Klinis
Subjektif:
Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat
Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang
Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk
Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pin-hole.

Objektif:
Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.
Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.
Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut fundus
tigroid.
Miopia|Komplikasi
Komplikasi pada miopi dapat ditemukan :
Ablasio retina
Strabismus
Perubahan pigmentasi dan perdarahan pada makula
Corpus vitreus menjadi lebih cair
Miopia|Terapi
Koreksi pada penderita miopi dapat dilakukan dengan cara non bedah dan
bedah. Koreksi juga tergantung dari berat-ringannya miopi penderita
tersebut.
Koreksi non bedah :
Koreksi dengan metode non bedah dapat dilakukan dengan :
Kaca Mata
Lensa kontak

Koreksi dengan bedah :


Keratotomi Radial
Keratotomi Fotorefraktif
Laser Assisted In Situ Interlamellar Keratomilieusis (LASIK)
K E LHIPERMETROPIA
AINAN REFRAKSI
Hipermetropi|Definisi
Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa
akomodasi difokuskan dibelakang retina.
Hipermetropi|Etiologi
Hipermetropia Aksial
disebabkan sumbu mata yang terlalu pendek sehingga mengakibatkan jarak
lensa ke retina terlalu pendek.

Hipermetropia Refraktif
disebabkan daya bias yang kurang. Penyebabnya antara lain pada:
Kornea: lengkung kornea kurang dari normal
Lensa: sklerosis, sehingga tidak secembung semula
Cairan mata: daya bias berkurang
Hipermetropi|Klasifikasi
Klasifikasi hipermetropi berdasarkan klinis :
1. Hipermetropi Manifes
Ditentukan dengan lensa sferis positif terbesar yang menghasilkan visus
sebaik-baiknya. Dibedakan menjadi hipetmetropi manifest absolut dan
fakultatif, dimana hipetmetropi manifest absolut merupakan hipetropi
yang tak dapat diatasi dengan akomodasi, sedangkan hipermetropi
manifest fakultatif masih dapat diatasi dengan akomodasi
2. Hipetmetropi Total
Merupakan seluruh derajat hipermetropi yang didapatkan setelah
akomodasi dilenyapkan misalnya setelah pemberian siklopegi
3 Hipermetropi Laten
Merupakan selisih antara hipetropi total dan manifes, menunjukkan
kekuatan tonus dari mm.siliaris
Hipermetropi|Gejala Klinis
Gejala subjektif terdiri dari :
Penglihatan dekat kabur
Sakit sekitar mata, sakit kepala, konjungtiva merah, lakrimasi, fotofobi
ringan, mata terasa panas dan berat, mengantuk. Gejala biasanya timbul
setelah melakukan pekerjaan dekat seperti menulis, membaca, dan
sebagainya

Gejala objektif terdiri dari :


Bilik mata depan dangkal karena akomodasi terus menerus sehingga
menimbulkan hipertrofi otot siliaris yang disertai terdorongnya iris ke
depan
Pupil miosis karena berakomodasi.
Pseudopapilitis (pseudoneuritis) karena hiperemis papil N.II akibat
akomodasi terus menerus sehingga seolah-olah meradang
Hipermetropi|Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditemukan antara lain:
Glaukoma sudut tertutup karena sudut bilik mata depan dangkal
Strabismus konvergen akibat akomodasi terus menerus
Hipermetropi|Terapi
Terapi dilakukan dengan koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar
yang memberikan visus terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan.
Secara umum tidak diperlukan lensa spheris positif pada hipermetropi ringan,
tidak ada astenopia akomodatif, dan tidak ada strabismus.
KELA INAN REFRAKSI
ASTIGMATISMA
Astigmatisma|Definisi
Astigmatisma merupakan suatu kelainan refraksi dimana didapatkan
bermacam-macam derajat refraksi pada bermacam-macam meridian
sehingga sinar sejajar yang datang difokuskan pada macam-macam fokus
pula.
Astigmatisma|Etiologi
Kelainan kornea
Perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau
pemanjangan diameter anteroposterior bola mata. Bisa kongenital atau
akuisita.
Kelainan lensa
Kekeruhan lensa biasanya katarak insipien atau imatur.

Selain hal-hal diatas, terdapat penyebab astigmatisma yang lain diantaranya:


pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua bidang atau meridian
astigmatisma disebabkan karena pembiasan mata yang tidak sama pada
berbagai sumbu penglihatan mata
keadaan dimana mata lebih rabun jauh pada salah satu sumbu (misal 90
derajat) dibanding sumbu lainnya (180 derajat)
Astigmatisma|Klasifikasi
Berdasarkan keteraturan meridiannya, astigmatisma terbagi atas:
Astigmatisma reguler
Suatu astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu
meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi pada
astigmatisme reguler dengan bentuk yang teratur, dapat berbentuk garis,
lonjong atau lingkaran.

Astigmatisma irreguler
Suatu astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian yang saling tegak lurus.
Pada astigmatisma ireguler, kekuatan pembiasan meridian-meridian
utamanya selalu berubah sepanjang bukaan pupil. Astigmatisma ini dapat
terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda
sehingga bayangan menjadi lebih irreguler. Astigmatisma irreguler terjadi
akibat infeksi kornea, trauma, distrofi atau akibat kelainan pembiasan
pada meridian lensa yang berbeda.
Astigmatisma|Klasifikasi
Berdasarkan letak meridian utamanya, astigmatisma reguler dibagi atas:
Astigmatism with the rule
Pada Astigmatism with the rule, daya bias terbesar terletak dalam rentang
20 derajat meridian vertikal. Keadaan ini lazim didapatkan pada anak atau
orang muda dan bayi baru lahir akibat dari perkembangan normal serabut-
serabut kornea.
Astigmatism against the rule
Pada Astigmatism against the rule, daya bias terbesar terletak dalam
rentang 20 derajat meridian horizontal. Keadaan ini terjadi akibat
kelengkungan kornea pada bagian meridian horizontal lebih kuat
dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Keadaaan ini sering
ditemukan pada usia lanjut karena kornea menjadi lebih sferis kembali.
Astigmatisma oblik
Merupakan astigmatisma regular dengan meridian-meridian utamanya
tidak terletak dalam 20 derajat horizontal atau vertikal.
Astigmatisma|Patofisiologi
Pada mata normal permukaan kornea yang melengkung teratur akan
memfokuskan sinar pada satu titik.
Pada astigmatisme pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik.
Sinar pada astigmatisme dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga
pada retina tidak didapatkan satu titik fokus pembiasan.
Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan retina sedangkan sebagian
sinar difokuskan dibelakang retina, akibatnya penglihatan akan terganggu.
Mata dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas
dengan air yang bening, bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar,
kurus atau terlalu lebar dan kabur.
Astigmatisma|Terapi
Penatalaksanaan pada penderita astigmatisma adalah dengan menggunakan
kacamata silindris yang sering dikombinasikan dengan lensa spheris. Karena
otak mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang disebabkan oleh
kesalahan astigmatisma yang tidak dikoreksi, maka kacamata baru yang
memperbaiki kesalahan dapat menyebabkan disorientasi temporer terutama
adanya bayangan yang tampak miring.
K E L A IPRESBIOPIA
NAN REFRAKSI
Presbiopia|Definisi
Presbiopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang menyebabkan
punctum proksimum mata menjadi jauh. Hal ini disebabkan karena telah
terjadi gangguan akomodasi yang terjadi pada usia lanjut. Presbiopia
merupakan suatu keadaan yang fisiologis, bukan suatu penyakit dan terjadi
pada setiap mata.
Presbiopia|Etiologi
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu
menurunnya daya kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat
mengendur secara sempurna. Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa
mata elastisitasnya berkurang pada usia lanjut akibat proses sklerosis yang
terjadi pada lensa mata.
Presbiopia|Gejala Klinis
Gejala yang timbul akibat gangguan akomodasi pada pasien berusia di atas 40
tahun ini adalah keluhan saat membaca atau melihat dekat menjadi kabur
dan membaca harus dibantu dengan penerangan yang lebih kuat serta mata
menjadi cepat lelah.
Keadaan ini bila tidak dikoreksi akan menimbulkan gejala astenopia
yaitu mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk
Presbiopia|Terapi
Penatalaksanaan pada penderita presbiopia adalah dengan menggunakan
kacamata sferis positif (S+), yang kekuatannya sesuai dengan umur pasien.
Pada kacamata baca diperlukan koreksi atau penambahan sesuai dengan
bertambahnya usia pasien biasanya adalah :
+1.0 D untuk usia 40 tahun
+1.5 D untuk usia 45 tahun
+2.0 D untuk usia 50 tahun
+2.5 D untuk usia 55 tahun
+3.0 D untuk usia 60 tahun

Penambahan kekuatan lensa untuk membaca juga disesuaikan dengan


kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca sehingga angka angka di
atas tidak merupakan angka yang tetap
Presbiopia|Terapi
Lensa sferis plus dapat digunakan dalam beberapa cara :
Kacamata baca
Kacamata ini mempunyai memiliki koreksi dekat di seluruh bukaan
kacamata, sehingga baik untuk membaca namun membuat benda - benda
jauh kabur.
Kacamata bifokal
Kacamata ini memiliki 2 lensa di mana bagian atasnya tidak dikoreksi
untuk penglihatan jauh dan dibiarkan terbuka.
Kacamata trifokal
Kacamata ini memperbaiki penglihatan jauh di segmen atas, penglihatan
sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa Progresif
Lensa progresif juga mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh
tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif bukan bertingkat.
K E L ATERIMA
I N A N RKASIH
EFRAKSI

Anda mungkin juga menyukai