Trauma Pada Wanita Hamil Dan Persalinan
Trauma Pada Wanita Hamil Dan Persalinan
dan persalinan
mengalami trauma
- peningkatan volume plasma lebih besar daripada peningkatan sel darah merah,
Sebanyak 10-20% wanita hamil mengalami trauma fisik (American College of Ob-
stetricians and Gynecologist, 1998, Rickert et al)
Dalam hasil audit Rumah Sakit Parkland, Hawkins (2007) melaporkan terdapat 1682
wanita hamil yang pergi kelayanan trauma. Kecelakaan kendaraan bermotor dan
terjatuh menyumbang 85% dari cedera, dan 10% karena serangan
Trauma Tumpul
Penilaian langsung yang menjadi tema utama yakni efek trauma pada ibu,
pengobatan emergensi, dan evaluasi efek kolateral pada janin.
Kekerasan FisikKekerasan oleh
Pasangan
Menurut Departemen kehakiman AS, wanita yang berumur 16-24 tahun memiliki
angka tertinggi mengalami kekerasan oleh pasangan yakni 19,4 per 1000 (Rennison
and Welchans, 2000).
Diperkirakan 5 juta perempuan setiap tahun mengalami kekerasan fisik yang
dilakukan oleh pasangan prianya (American College of Obstetri0cians and
Gynecologist, 2006a).
Penyalahgunaan tersebut berkaitan dengan kemiskinan, pendidikan rendah, dan
penggunaan tembakau, alkohol dan obat-obatan terlarang (Centers for Disease
Control and Prevention,2008)
Kekerasan Seksual
Beberapa penyebab umum trauma tumpul lainnya adalah terjatuh dan kekerasan
Trauma tumpul dapat menyebabkan masalah serius pada organ intraabdomen
Cedera pada diaphrgma, limpa, hepar dan ginjal mungkin akan tetap dipertahankan.
Kemudian yang perlu dikhawatirkan adalah terjadinya emboli cairan amnion,
bahkan pada cedera trauma yang ringan. (Ellingsen and co-workers, 2007;
Pluymakers and colleagues, 2007).
Pada pengalaman dari unit trauma Rumah Sakit Parkland, 6 persent dari 1682 wanita
hamil mengalami cedera orthopedi. Hal ini juga meningkatkan resiko mengalami
abrupsi plasenta, persalinan preterm, dan kematian perinatal (Cannada and
associates,2008)
Cedera dan Kematian Janin
Angka kematian janin meningkat seiring dengan beratnya cedera pada ibu.
khususnya kematian janin yang berhubungan dengan cedera fetoplasenta langsung,
syok pada ibu, fraktur pelvis, cedera kepala pada ibu atau hipoksia (Ikossi and
colleagues, 2005: Pearlman colleagues, 2008)
Solusio Plasenta dan Ruptur Uteri
Dua peristiwa bencana dari trauma tumpul yakni solusio palsenta dan ruptur urteri.
Kedua hal ini sering mengancam jiwa baik pada ibu maupun janin. Fraktur palsenta
dapat mengakibatkan perdarahan pada janin baik kedalam kantung amnion atau
perdarahan fetomaternal.
Solusio Plasenta Traumatik
Hal ini merupakan hasil dari cedera deselerasi sebagaimana uterus membesar tertekan
oleh kemudi atau sabuk pengaman. gambar 42-8
Acute deceleration injury when the elastic uterus
meets the steering wheel, and as it stretches, the inelastic placenta
shears from the decidua basalis. Intrauterine pressures as
high as 550 mm Hg are generated
Solusio Plasenta
Kurang dari 1 persen kasus berat trauma tumpul menyebabkan ruptur uteri . (American
College of Obstetricians and Gynecologists, 1998)
Ruptur lebih mungkin terjadi pada bekas luka di uterus sebelumnya dan biasanya
disebabkan oleh efek langsung dari kekuatan substantif. Kekuatan deselerasi 25 m/j
dapat menghasilkan 500 mg tekanan intrauterin pada wanita. (Crosby and associations,
1968)
Ruptur Uteri
a. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus menerus
b. Pasien tampak gelisah, ketakutan disertai dengan perasaan nyeri diperut
c. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya
d. Pada auskultasi denyut jantung janin tidak teratur
e. Riwayat telah didorong oleh dukun atau bidan , partus sudah lama berlangsung
Perdarahan Feto-maternal
Benturan pada abdomen yang terkait dengan trauma dan khsususnya jika plasenta
mengalami laserasi atau fraktur, dapat mengakibatkan perdarahan Feto-maternal
yang mengancam jiwa. (Pritchard and associates, 1991)
Perdarahan fetomaternal masif dapat berkaitan dengan terjadinya solusio plasenta akibat
trauma. Hal ini terjadi akibat plasenta terlepas atau fraktur yang disebabkan oleh
peregangan plasenta. (Stettler and associates, 1992)
Trauma Tajam
Pisau dan luka tembak merupakan penyebab trauma tajam tersering dan dihubungkan
dengan penyerangan, upaya bunuh diri atau upaya untuk aborsi.
Jika luka berasal dari abdomen bagian atas atau belakang, maka dapat terjadi luka
viseral abdomen.
Jika luka berasal dari anterior dan bawah fundus uteri sebanyak 6 persen wanita tidak
mengalami cedera viseral.
Angka kematian perinatal sebesar 50% hal ini dikaitkan dengan syok pada ibu, cedera
plasenta atau cedera langsung pada janin. (Awwad and colleagues, 1994)
Partial placental abruption with adherent blood clot.
Managemen Trauma
Hasil akhir keadaan ibu dan janin secara langsung dihubungkan dengan beratnya cedera.
Aturan dasar diterapkan untuk dilakukannya resusitasi, termasuk ventilasi, penghentian
perdarahan dan pengobatan hipovolemia dengan kristaloid atau produk darah. Setelah
dilakukan resusitasi emergensi, evaluasi dilanjutkan pada fraktur, cedera dalam, sumber
perdarahan, plasenta, uterus dan cedera janin.
Aspek penting pada managemen adalah mereposisi uterus dari pembuluh darah untuk
mengurangi efek yang disebabkan akibat penurunan cardiac output. (American College
of Obstetricians and Gnyecologist, 1998).
Persalinan Seksio Sesaria
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yakni usia kehamilan, kondisi janin, luasnya
cedera, evaluasi cedera intra abdomen lainnya. (Tsuei, 2006)
Pemantauan
Terjadi peningkatan angka kematian pada janin akibat syok yang disebabkan oleh
listrik. (Fatovich, 1993).
Dalam penelitian kohort, Einarson dkk (1997) menunjukan hasil yang sama pada 31
wanita cedera yang tidak hamil dengan wanita cedera yang hamil.
Cedera akibat Petir
Garcia Gutierrez and associates (2005) menemukan 12 laporan kasus cedera selama
kehamilan. Mereka menggambarkan kasus lain dan mengkaji efek dari cedera petir pada
ibu dan janin.
Isoimmunization