PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2
menjadi dan tidak dapat melihat jelas. Selama sakit tersebut pasien tetap
beraktivitas seperti biasa yaitu bertani.
Pasien mengaku berobat ke puskesmas lagi dan diberikan obat tetes mata,
tetapi keluhan tetap dirasakan. Lama kelamaan pasien mengaku pandangannya
semakin lama semakin kabur. Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
pasien mengeluh keluhan semakin berat, yaitu nyeri pada mata kiri, nyeri dirasakan
menjalar sampai kepala pasien. Nyeri dirasakan terus menerus sampai pasien susah
beraktivitas dan hanya beristirahat saja di rumah. Pasien juga mengaku sulit tidur
akibat nyeri tersebut. Lalu pasien dibawa ke IGD RSU Rd. Mattaher dan dirawat di
bangsal mata dengan diagnosis ulkus marginal OS dan dirawat selama 4 hari.
3
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephal
Mata : Status Oftalmologi
THT : Tidak ada keluhan
Mulut : Tidak ada keluhan
Leher : Tidak ada keluhan
Thoraks : Tidak ada keluhan
Abdomen : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
4
- Duksi Baik Baik
- Versi Baik Baik
Palpebra
Superior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (+), edema (-),
laserasi (-), benjolan (-) laserasi (-), benjolan (-)
Inferior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-), benjolan (-) laserasi (-), benjolan (-)
Silia Trikiasis (-), madarosis (-) Trikiasis (-), madarosis (-
)
Konjungtiva
Konjungtiva tarsus Licin (+), Hiperemis (-), Licin (+), Hiperemis (-),
superior Anemis (-), Papil (-), Anemis (-), Papil (-),
folikel (-), lytiasis (-) folikel (-), lytiasis (-)
Konjungtiva tarsus Licin (+), Hiperemis (-), Licin (+), Hiperemis (-),
inferior Anemis (-), Papil (-), Anemis (-), Papil (-),
folikel (-), lytiasis (-) folikel (-), lytiasis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (+),
Injeksi Silier (-), jar. Injeksi Silier (+), jar.
Fibrovascular (-), Fibrovaskular (-),
penebalan di dekat limbus penebalan di dekat
(+) limbus (+)
Kornea
Jernih + -
Edema - -
Ulkus - +
Perforasi - -
5
Makula - -
Leukoria - -
Pigmen iris - -
Laserasi - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Limbus Kornea
Penebalan berwarna + +
putih kemerahan
Arcus sinilis - -
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -
Sklera
Sklera biru - -
Ikterik - -
Hiperemis - -
COA
Volume Sulit dinilai Sulit dinilai
Iris
Warna Cokelat Sulit dinilai
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Isokoria Isokor Isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
RCL + +
RCTL + +
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
PEMERIKSAAN
SLIT LAMP
6
Tekanan Intra Okuler
Palpasi Normal Normal
Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN
2.7 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- C. tropin ED 2x1 OS
- C. polidex ED 6x1 OS
- C. floxa ED 4x1 OS
- C. mycos ED 2x1 OS
- Metilprednisolon 2x8 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad malam
7
BAB III
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
8
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam3:
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel
gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi
sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan
sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
9
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 m.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-
40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom
dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk
ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan3.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya2.
10
3. 2 DEFINISI
3. 3 ETIOLOGI
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh1:
1. Infeksi:
a. Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru
menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah satu
penyebab ulkus kornea. Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh
bakteri.
b. Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea
40,65% disebabkan oleh jamur.
c. Infeksi virus: Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering
dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil
dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
d. Acanthamoeba
11
a. Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna
lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan
pemakai lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.
2. Non Infeksi:
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH;
b. Radiasi atau suhu;
c. Sindrom Sjorgen;
d. Defisiensi vitamin A;
e. Obat-obatan (kortikosteroid, anestesi topikal, immunosupresif);
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g. Pajanan (exposure)
h. Neurotropik
3. 4 KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu1:
1. Ulkus kornea sentral.
A. Ulkus kornea bakterialis
a. Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
b. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
c. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat
menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran berupa
ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti
cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
12
banyak. Secara histopatologi, khas pada ulkus ini ditemukan sel
neutrofil yang dominan.
d. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen.
Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering
terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak
kuman.
e. Ulkus Neisseria gonorrhoeae
Ulkus kornea yang terjadi karena Neisseria gonorrhoeae dan
merupakan salah satu dari penyakit menular seksual. Gonore
bisa menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat
berarti pada struktur mata yang lebih dalam.
B. Ulkus kornea fungi
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-
abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery
edge dan terlihat penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang baik.
Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral
sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Pada infeksi kandida
bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat terjadi
neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
13
b. Ulkus kornea Herpes Simplex
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. Bentuk dendrit
herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan fluoresein.
D. Ulkus kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan
kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah
ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat
atau segiempat, dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea
yang sehat dengan limbus.
b. Ulkus mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer
kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adanya
kecenderungan untuk perforasi ditandai tepi tukak bergaung dengan
bagian sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama.
3. 5 PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan. Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses
infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian1.
Badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit
14
polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea1.
Ulkus marginal timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri; antibody
dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusi melalui epitel kornea.
Infiltrat dan ulkus marginal awalnya berupa infiltrat linier atau lonjong, terpisah
dari limbus oleh interval lucid, dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus serta
mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri, umumnya setelah 7 sampai 10
hari5.
3. 6 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa3 :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada
perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.4
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion4
15
3. 7 DIAGNOSIS3,5,6
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat
dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
16
jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
Gambar 5a. Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 5 b.Pewarnaan gram ulkus
kornea
herpes simplex herpes zoster
Gambar 6. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 6. b Pewarnaan gram ulkus kornea
bakteri akantamoeba
17
3. 8 PENGOBATAN
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
1. Penatalaksanaan non-medikamentosa1:
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya;
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang;
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat
memperpanjang proses penyembuhan luka.
2. Medikamentosa
a. Terhadap keadaan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan.
Erosi kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati
dengan sebaik-baiknya. Pada mata, harus diberikan sulfas atropine
sebagai salep atau larutan, atau skopolamin sebagai midriatika.
Kebanyakan digunakan sulfas atropine karena bekerjanya lama 1-2
minggu. Bekerjanya sulfas atropine untuk menghilangkan rasa sakit
dan menurunkan tanda radang6.
b. Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan kautrisasi atau
bisa dilakukan pengerokan epitel yang sakit. Parasentesa dilakukan
kalau pengobatan dengan obat-obatan tidak menunjukkan perbaikan
dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru,
yang banyak banyak mengandung antibody dengan harapan luka
cepat sembuh6.
18
BAB IV
ANALISA KASUS
19
BAB V
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21