Anda di halaman 1dari 18

Nama Peserta : dr.

Dyah Kasita Fatmahari


Nama Wahana : RSUD RA. Basoeni Mojokerto
Topik: Keratitis punctata superficial
Tanggal (kasus) : 15 April 2017
Nama Pasien : Tn. B 42 tahun Nama Pendamping: dr. Rizka
Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: dr. Eko Yunita

Tempat Presentasi :
Objek Presentasi
ᴑ Keilmuan ᴑ Keterampilan ᴑ Penyegaran ᴑ Tinjauan
Pustaka
ᴑ Diagnostik ᴑ Manajemen ᴑ Masalah ᴑ Istimewa
ᴑ Neonatus ᴑ Bayi ᴑ Anak ᴑ Remaja ᴑ Dewasa ᴑ Lansia ᴑ Bumil
ᴑ Deskripsi : Pasien laki-laki, 42 tahun dengan keratitis punctata superficial OS
ᴑ Tujuan : Mengetahui diagnosis dan tatalaksana pasien dengan keratitis punctata superficial
Bahan Bahasan ᴑTinjauan ᴑ Riset ᴑ Kasus ᴑ Audit
Pustaka
Cara Membahas ᴑ Diskusi ᴑ Presentasi dan ᴑ Email ᴑ Pos
Diskusi
Data Pasien Nama: Tn. B 42 Tahun
Nama Klinik : RSUD RA. Basoeni Mojokerto Telp: Terdaftar sejak: 15 April 2017
Data Utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
- Pasien datang ke poli Mata RSUD RA. Basoeni dengan keluhan mata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu.
- Awalnya mata terasa gatal kemudian di kucek, keesokan harinya mata menjadi merah.
- Mata kiri terasa cekot-cekot, panas, silau saat terkena cahaya, terus-terusan ngerocoh, mengganjal seperti berpasir dan
penglihatannya menjadi lebih kabur.

1
- Mata kanan tidak ada keluhan
- Pasien adalah seorang petani.
2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat.
3. Riwayat kesehatan/penyakit : disangkal
4. Riwayat keluarga : Tidak terdapat riwayat keluarga yang mempunyai penyakit serupa.
5. Riwayat pekerjaan : pasien seorang petani
PemeriksaanFisik
Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg Nadi : 91x/menit T : 36,7˚C RR : 20x/menit
KU :Cukup, tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4-V5-M6
Status Generalis:
Kepala :Normocephali.
Telinga: Tidak ada secret.
Hidung : Tidak ada secret, Tidak ada darah.
Tenggorokan:Tonsil T1/T1, Faring tidak hiperemis.
Leher : Tidak ada pembesarankelenjargetahbening leher.
Thorax :
Cor: S1S2 tunggal, regular, tidak ada murmur.
Pulmo :
Inspeksi: Pergerakan dada D / S simetris, tidak ada retraksi.

2
Palpasi: Vocal fremitus Normal / Normal
Normal / Normal
Normal / Normal
Perkusi: Sonor / Sonor
Sonor / Sonor
Sonor / Sonor
Auskultasi:Vesikuler / Vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing.
Vesikuler / Vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing.

Vesikuler / Vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing.


Abdomen: Flat, soefl, BU positif normal, meteorismus negatif, turgor kulit abdomen < 2 “.
Hepar / Lien / Ginjal : Tidak teraba.
Extremitas : Anemis negatif, tidak edema pada keempat ekstremitas,
Akral hangat, CRT < 2 detik.
STATUS OPHTALMOLOGY
VOD : 6/40 PH 6/6

VOS : 6/60 PH 6/6


TOD : 14,6
TOS : 14,6
Tes Lapang Pandang : Normal
Segmen Anterior

3
Bagian mata Mata kanan Mata kiri
Alis mata Ada/ tidak ada Ada
Simetris/ tidak Simetris Simetris
Bulu mata Rontok - -
Entropion - -
Ektropion - -
Bulu mata menyebar rata + +
Palpebra Edema - +
Benjolan - -
Ekimosis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Lagoftalmus - -
Ptosis - -
Sikatriks - -
Xantalesma - -
Blefarospasme - +
Konjungtiva palpebra Folikel - -
Papil - -
Sikatriks - -
Litiasis - -
Penebalan konjungtiva - -
Konjungtiva bulbi PCVI - +
CVI - -
Penebalan - -
Sekret - -
Sclera Icterus - -
Corpus alienum - -
Benjolan - -
Melanosis sclera - -
Perdarahan - -

4
Kornea Jernih atau keruh Jernih + (keruh)
Defect - -
Infiltrate - + (jumlah 1,
epitel, bentuk
punctata)
Corpus alienum - -
Edema - -
Bilik mata depan Dalam atau dangkal - -
Hifema - -
Hipopion - -
Fler - -
Iris Regular/ ireguler - -
Warna iris Hitam Hitam
Atrofi - -
Perlekatan - -
Iris shadow - -
Pupil Miosis / midriasis - -
Ishokor / anishokor - -
Reflek pupil - -
Bentuk pupil Bulat Bulat
Lensa Jernih / keruh - -
Posisi lensa - -
Benda asing - -

Uji Fluoresin : OS (+)


Uji Sensibilitas Kornea : Baik
KERATITIS
Definisi

5
Definisi Keratitis

Keratitis sendiri diartikan sebagai peradangan pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang dan edema kornea pada
lapisan kornea manapun yang dapat bersifat akut atau kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena
alergi.[3,4,5]

Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya: [3,4,5]
1. Virus seperti: Virus herpes simpleks dan Virus herpes zoster.
2. Bakteri seperti: Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas, dan Pseudococcus.
3. Jamur seperti: Candida dan Aspergillus.
4 . P a p a r a n   s i n a r   u l t r a v i o l e t   s e p e r t i   s i n a r   m a t a h a r i   a t a u   s u n l a m p s . Hubungan ke sumber cahaya yang kuat lainnya
seperti pengelasan busur
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata
7. Adanya benda asing di mata
8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikeludara seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi
9. Efek samping obat tertentu
Klasifikasi Keratitis

Pembagian keratitis berdasarkan penyebabnya :[3,4,5]

a. Bakteri

6
Banyak ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain. Streptococcus pneumonia merupakan penyebab ulkus kornea bakteri di banyak
bagian dunia. Penyebab lainnya yaitu Pseudomonas aeruginosa, Moraxella liquefaciens, Streptococcus beta-hemolyticus, Staphylococcus
aureus, Mycobacterium fortuitum, S. epidermidis. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Neiseria sp, Corynebacterium
dhiptheriae, K. aegyptus dan Listeria merupakan agen berbahaya oleh karena dapat berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang intak.
Karakteritik klinik ulkus kornea oleh karena bakteri sulit untuk menentukan jenis bakteri sebagai penyebabnya, walaupun demikian sekret
yang berwarna kehijauan dan bersifat mukopurulen khas untuk infeksi oleh karena P.Aerogenosa. Kebanyakan ulkus kornea terletak di
sentral, namun beberapa terjadi di perifer.[1,3,4,6]
Meskipun awalnya superfisial, ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea terutama jenis P.Aeroginosa. Batas yang maju
menunjukkan ulserasi aktif dan infiltrasi, sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. Biasanya kokus gram positif, Staphylococcus
aureus, S. Epidermidis, Streptococcus pneumonia akan memberikan gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna
putih abu – abu pada anak tukak yang supuratif, daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel
radang. Bila tukak disebabkan oleh P. Aeroginosa makan tukak akan terlihat melebar secara cepat, bahan purulent berwarna kuning hijau
terlihat melekat pada permukaan tukak.
Infeksi bakteri umumnya kondisi yang mengancam penglihatan. Secara klinis onset nyerinya sangat cepat disertai dengan injeksio
konjungtiva, fotofobia dan penurunan visus pada pasien dengan ulkus kornea bakterial, inflamasi endotel, tanda reaksi bilik mata depan,
dan hipopion sering ada. Penyebab infeksi tumbuh lambat, organisme seperti mycobakteria atau bakteri anaerob infiltratnya tidak bersifat
supuratif dan lapisan epitel utuh. Penggunaan kortikosteroid, kontak lensa, graf kornea yang telah terinfeksi kesemuanya merupakan
predisposisi terjadinya infeksi bakterial.[1,8]
b. Virus
Kelainan mata akibat infeksi herpes simpleks dapat bersifat primer dan kambuhan. Infeksi primer ditandai oleh adanya demam,
malaise, limfadenopati preaurikuler, konjungtivitis folikutans, bleparitis, dan 2/3 kasus terjadi keratitis epitelial. Kira-kira 94-99% kasus
bersifat unilateral, walaupun pada 40% atau lebih dapat terjadi bilateral khususnya pada pasien-pasien atopik. Infeksi primer dapat terjadi

7
pada setiap umur, tetapi biasanya antara umur 6 bulan – 5 tahun atau 16 – 25 tahun. Keratitis herpes simpleks didominasi oleh kelompok
laki-laki pada umur 40 tahun ke atas.
Gejala-gejala subyektif keratitis epitelial meliputi fotofobia, injeksi perikornea, dan penglihatan kabur. Berat ringannya gejala-
gejala iritasi tidak sebanding dengan luasnya lesi epitel, berhubung adanya hipestesi atau insensibilitas kornea.
c. Jamur
Keratitis fungi banyak dijumpai pada para pekerja pertanian. Sekarang makin banyak dijumpai diantara penduduk perkotaan, dengan
dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea
kemasukan sangat banyak organisme, suatu peristiwa yang masih mungkin timbul di daerah pertanian. Mata yang belum terpengaruhi
kortikosteroid masih dapat mengatasi organism sedikit-sedikit, seperti yang terjadi pada lazimnya penduduk perkotaan.
Pada ulkus fungi terdapat infiltrat kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial dan lesi-lesi
satelit (umumnya infiltrat di tempat-tempat yang jauh dari daerah utama ulserasi). Lesi utama dan sering juga lesi satelit merupakan lesi
endotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi kornea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abcess kornea.
d.      Alergi
e.       Defisiensi vitamin
Biasanya lesi berupa ulkus terletak dipusat dan bilateral berwarna kelabu dan indolen, disertai kehilangan kilau kornea di daerah
sekitarnya. Kornea melunak dan sering terjadi perforasi.
f.       Kerusakan N.V (nervus trigeminus)
Jika nervus yang mempersarafi kornea terputus karena trauma, tindakan bedah peradangan atau karena sebab apapun, kornea akan
kehilangan kepekaannya yang merupakan salah satu pertahanan terhadap infeksi yaitu reflex berkedip. Pada tahap awal ulkus neurotropik
pada pemeriksaan fluorescein akan menghasilkan daerah-daerah dengan berupa berupa bercak terbuka.
g.      Idiopatik

8
Pembagian keratitis berdasarkan lokasinya :
Klasifikasi keratitis berdasarkan lokasi yang  terkena dari lapisan kornea :[3,4,5]
1. Keratitis superfisialis
a. Keratitis epitelial
1)    Keratitis pungtata[3,4,5,6]
Keratitis punctata biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda
akut, yang biasanya terjadi pada dewasa muda.
1. Keratitis Punctata Superfisial
Memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea. Menampakkan bintik-bintik pada
pemulasan dengan fluoresen terutama daerah pupil. Biasanya disebabkan oleh sindrom dry eye, blefaritis, keracunan obat
topikal (neomisin, tobramisin, dll), sinar ultraviolet, trauma kimia ringan, dan pemakaian lensa kontak.
2. Keratitis Punctata Subepitel
Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman. Pada keratitis ini biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis
tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut, yang biasanya terjadi pada dewasa muda.
2)    Herpes simplek
Hogan dkk. (1964) membuat Klasifikasi diagnosis keratitis herpes simplex sebagai berikut :
 Superfisial
 Profunda
 Uveitis
3)    Herpes zoster
b. Keratitis subepitelial

9
1) Keratitis disiformis dari Westhoff
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam jaringan kornea. Sering diduga karena reaksi atau
imunologik terhadap infeksi virus herpes simpleks pada permukaan kornea.
2) Keratitis numularis atau Dimmer
Keratitis numularis merupakan keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar bekelompok dan tepinya berbatas tegas
sehingga memberikan gambaran halo. Keratitis ini berjalan lambat dan sering ditemukan pada petani di sawah
c. Keratitis stromal
1)Keratitis neuroparalitik
Keratitis akibat kelainan saraf trigeminus sehingga didapat kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea.
Pasien akan mengeluh tajam penglihatan menurun, silau, tidak nyeri. Mata jarang berkedip karena hilangnya refleks mengedip, injeksi
siliar, permukaan kornea keruh, infiltrat dan vesikel pada kornea.
2. Keratitis profunda
a.     Keratitis sklerotikan
Merupakan kekeruhan yang berbentuk segitiga pada kornea, terlokalisasi, berbatas tegas unilateral yang menyertai radang sklera
atau skleritis. Kadang-kadang mengenai seluruh limbus. Korneaterlihat putih menyerupai sklera. Diduga terjadi karena perubahan
susunan serat kolagen yang menetap.
b.     Keratitis intersisial
Merupakan keratitis yang ditemukan di jaringan yang lebih dalam, yaitu keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan
neovaskularisasi. Terjadi akibat alergi, infeksi lues atau Tuberkulosis.
c.     Keratitis disiformis
Disebut juga keratitis sawah karena banyak mengenai petani. Keratitis memberikan kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di
jaringan kornea

10
Manifestasi Klinis
 Mata sakit, gatal, silau
 Gangguan penglihatan (visus menurun)
 Mata merah dan bengkak
 Hiperemi konjungtiva
 Merasa kelilipan
 Gangguan kornea(sensibilitas kornea yang hipestesia)
 Fotofobi, lakrimasi, blefarospasme
 Pada kelopak terlihat vesikel dan infiltrat filamen pada kornea
 Inflamasi bola mata yang jelas
 Terasa benda asing di mata
 Cairan mokopurulen dengan kelopak mata saling melekat saat bangun
 Ulserasi epitel
 Hipopion (terkumpulnya nanah dalam kamera anterior)
 Dapat terjadi perforasi kornea
 Ekstrusi iris dan endoftalmitis
 Mata berair
 Kehilangan penglihatan bila tidak terkontrol[3,4,5,6,9]
  Diagnosis
Pemeriksaan diagnosis yang biasa dilakukan adalah :

11
1. Ketajaman penglihatan
2. Tes refraksi
3. Pemeriksaan slit-lamp (biomikroskop), penting untuk pemeriksaan kornea dengan benar. Jika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar
dan pencahayaan yang terang.
4. Respons reflex kornea
5. Goresan ulkus untuk analisis dan kultur
6. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, dapat memperjelas lesi epitel superficial yang tidak mungkin terlihat bila tidak dipulas
Diagnosa Banding:
1. Keratitis Numularis
2. Keratitis Virus
3. Konjungtivitis

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada keratitis pada prinsipnya adalah diberikan sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine,
trifluridin atau acyclovir. Untuk bakteri Gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G, atau vancomisin dan bakteri Gram negatif
dapat diberikan tobramisin, gentamisin, atau polimixin B. Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat sekret mukopurulen dan
menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu natamisin, amfoterisin, atau fluconazol. Selain itu
obat yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan.[ 3]
Namun selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis ini sebaiknya juga diberikan terapi simptomatisnya agar dapat memberikan
rasa nyaman dan mengatasi keluhan-keluhan pasien. Pasien dapat diberi air mata buatan, sikloplegik, dan kortikosteroid. Pemberian air mata
buatan yang mengandung metilselulosa dan gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas, dan memperpanjang
waktu kontak kornea dengan lingkungan luar. Pemberian tetes kortikosteroid pada KPS ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan

12
mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, serta menghilangkan keluhan subjektif, seperti fotobia. Namun, pada umumnya pada
pemberian steroid dapat menyebabkan kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang infeksi dari virus jika memang etiologi dari
keratitis tersebut adalah virus.

Terapi Non medikamentosa pada keratitis, termasuk:


- Dianjurkan agar tidak terlalu sering terpapar sinar matahari ataupun debu karena keratitis ini dapat juga terjadi pada konjungtivitis vernal
yang biasanya tercetus karena paparan sinar matahari, udara panas, dan debu, terutama jika pasien tersebut memang telah memiliki riwayat
atopi sebelumnya.
- Dilarang mengucek matanya karena dapat memperberat lesi yang telah ada.
- Pada keratitis dengan etiologi bakteri, virus, maupun jamur sebaiknya kita menyarankan pasien untuk mencegah transmisi penyakitnya
dengan menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan, membersihkan lap atau handuk, sapu tangan, dan tisu.[1]

DaftarPustaka
1. American Academy of Ophthalmology. Externa disease and cornea, San Fransisco 2006-2007 : 8-12, 26-35
2. Biswell R, MD. Kornea. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan P, ed. Oftalmologi Umum 14th ed. Jakarta : Widya Medika; 2000, 129-52
3. Wijana Nana SD. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal; 1993, 86-102
4. Ilyas, Sidarta Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI Jakarta, 2005 : 147-158.
5. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal: 56
6. Thygeson, Phillips. 1950. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical Association; 144:1544-1549. Available at :
http://webeye. ophth.uiowa.edu/ dept/service/cornea/cornea.htm
7. Suhardjo. 1999. Penggunaan Asiklovir Oral pada Herpes Zoster Oftalmikus. Cermin Dunia Kedokteran No.122; 36-38. Available at :
http//cermin Dunia Kedokteran2.mht
8. Susetio B. Penatalaksanaan infeksi jamur pada mata dalam Cermin dunia kedokteran. 1993; Available from : http//www.kalbe.co.id-

13
files-cdk-files-cdk_087_mata.html
9. Singh D. Keratitis fungal. Available from:URL:http:///www.eMedicine.com /oph/topic99.htm.
Hasil pembelajaran :

1. Diagnosis keratitis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik


2. Penentuan terapi keratitis
3. Edukasi mengenai tatalaksana penyakit keratitis

SUBYEKTIF :
 Pasien laki-laki umur 42 tahun.
 Awalnya mata terasa gatal kemudian di kucek, keesokan harinya mata menjadi merah.
 Mata kiri terasa cekot-cekot, panas, silau saat terkena cahaya, terus-terusan ngerocoh, mengganjal seperti berpasir dan penglihatannya
menjadi lebih kabur.
 Pasien adalah seorang petani.

OBYEKTIF
 Status generalis : dbn
 Status lokalis :
STATUS OPHTALMOLOGY
VOD : 6/40 PH 6/6
VOS : 6/60 PH 6/6
TOD : 14,6
TOS : 14,6

14
Tes Lapang Pandang : Normal
Segmen Anterior
Bagian mata Mata kanan Mata kiri
Alis mata Ada/ tidak ada Ada
Simetris/ tidak Simetris Simetris
Bulu mata Rontok - -
Entropion - -
Ektropion - -
Bulu mata menyebar rata + +
Palpebra Edema - +
Benjolan - -
Ekimosis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Lagoftalmus - -
Ptosis - -
Sikatriks - -
Xantalesma - -
Blefarospasme - +
Konjungtiva palpebra Folikel - -

15
Papil - -
Sikatriks - -
Litiasis - -
Penebalan konjungtiva - -
Konjungtiva bulbi PCVI - +
CVI - -
Penebalan - -
Sekret - -
Sclera Icterus - -
Corpus alienum - -
Benjolan - -
Melanosis sclera - -
Perdarahan - -
Kornea Jernih atau keruh Jernih + (keruh)
Defect - -
Infiltrate - + (jumlah 1,
epitel, bentuk
punctata)
Corpus alienum - -
Edema - -
Bilik mata depan Dalam atau dangkal - -

16
Hifema - -
Hipopion - -
Fler - -
Iris Regular/ ireguler - -
Warna iris Hitam Hitam
Atrofi - -
Perlekatan - -
Iris shadow - -
Pupil Miosis / midriasis - -
Ishokor / anishokor - -
Reflek pupil - -
Bentuk pupil Bulat Bulat
Lensa Jernih / keruh - -
Posisi lensa - -
Benda asing - -
Uji Fluoresin : OS (+)
Uji Sensibilitas Kornea : Baik
ASSESSMENT
OS keratitis punctata superficial et causa infeksi bakteri

17
PLANNING
Terapi:
Medikamentosa:
Cendo xytrol eye drops 3 dd gtt II OS
Cendo lyteers 3 dd gtt II OS
Prognosis :
Dubia ad bonam

Pendidikan:
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
2. Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
3. Menjaga kebersihan.
4. Tidak mengucek mata dengan tangan.

18

Anda mungkin juga menyukai