Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

TRICHIASIS ODS + BLEPHARITIS ODS

Disusun Oleh:
El Nissi Leonard
112016175

Pembimbing:
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, SpM-KVR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 23 OKTOBER 2017 – 25 NOVEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
JAKARTA

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jl. Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR

Nama : El Nissi Leonard Tanda Tangan


NIM : 112016175 ..............................................
Dr Pembimbing / Penguji : dr. Nanda Lessi Hafni Eka P, Sp.M -KVR
..............................................

I. IDENTITAS
Nama : Tn S
Umur : 73 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kp. Cinangka, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor
Tanggal pemeriksaan : 6 November 2017
Pemeriksa : El Nissi Leonard

II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 6 November 2017

Keluhan utama:
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa sakit sejak 2
minggu yang lalu

2
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata kanan RSUD Ciawi Bogor diantar anaknya dengan
keluhan mata kanan dan kiri sakit sejak ± 2 minggu SMRS. Pasien mengatakan keluhan
mata sakit diawali dengan keluhan rasa mengganjal pada mata ± 1 minggu sebelum rasa
sakit timbul. Pasien juga merasakan gejala mata berair dan gatal. Satu minggu SMRS
pasien merasakan pada pagi hari kedua mata terasa lengket dan agak sulit dibuka. Pasien
mengatakan silau saat melihat ke arah sinar. Pasien mengatakan terdapat keluhan
pandangan kabur pada mata kiri sudah sekitar 4 bulan. Pasien menyangkal keluhan
pandangan berbayang, belek/kotoran mata berwarna kehijauan, dan mata merah.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sudah pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya sudah sekitar
satu setengah tahun hilang timbul dan sudah berobat ke puskesmas dan diberikan obat tetes
mata yang pasien tidak ketahui nama obatnya. Riwayat darah tinggi, riwayat penggunaan
kacamata, trauma pada mata, alergi, kencing manis disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa, tidak ada riwayat alergi,
kencing manis, dan darah tinggi pada keluarga pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik, tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD 110/60 mmHg, HR 78x/menit, Suhu 36,5 C, RR 17x/menit
Kepala/Leher : Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Dalam batas normal

3
Status Ophtalmologi
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 20/25, ph - 20/80. Ph 20/50
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis + +
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Sekret +, lengket, warna +, lengket, warna
keputihan keputihan
- Silia Saling menempel Saling menempel
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI

4
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva +, minimal +
- Injeksi Siliar - -
- Injeksi Episklera - -
- Limbus Normal Normal
- Perdarahan - -
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna - Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih Keruh
- Permukaan Rata Tidak Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - +
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis + +
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Cukup
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -

5
- Koloboma - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak + +
Langsung
12. LENSA
- Kejernihan Keruh Keruh
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow + -
13. BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
14. FUNDUS OCCULI
- Batas Tegas Tegas
- Warna Jingga Jingga
- Ekskavasio - -
- Rasio arteri : vena 2:3 2:3
- C/D rasio 0,3 0,3
- Eksudat - -
- Perdarahan - -
- Sikatriks - -
- Ablasio - -
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli N/ palpasi N/palpasi
- Tonometry Schiotz - -
16. LAPANG PANDANG
- Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes Fluorosens

6
FOTO MATA

Gambar 1. Optika Dextra

Gambar 2. Optika Sinistra

V. RESUME
Pasien laki-laki usia 73 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi Bogor dengan
keluhan mata kanan dan kiri sakit sejak ± 2 minggu SMRS. Keluhan diawali dengan
keluhan rasa mengganjal pada mata ± 1 minggu. Terdapat gejala mata berair dan gatal,
silau saat melihat ke arah sinar. Satu minggu SMRS pasien merasakan pada pagi hari
kedua mata terasa lengket dan agak sulit dibuka. Terdapat keluhan pandangan kabur pada
mata kiri sudah sekitar 4 bulan sudah dirasakan satu setengah tahun hilang timbul.

7
Pada pemeriksaan ditemukan pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, TD
110/60 mmHg, HR 78x/menit, Suhu 36,5 C, RR 17x/menit.

Pada Pemeriksaan ophthalmologi ditemukan:


KETERANGAN OD OS
VISUS
- Visus 20/25, ph - 20/80. Ph 20/50
PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Sekret +, lengket, warna +, lengket, warna
keputihan keputihan
- Silia Saling menempel Saling menempel
- Trikiasis + +
KONJUNGTIVA BULBI
- Injeksi Konjungtiva +, minimal +
KORNEA
- Kejernihan Jernih Keruh
- Sikatriks - +

VI. DIAGNOSIS KERJA


Trichiasis ODS
Blepharitis ODS
Sikatriks kornea OS

VII. DIAGNOSIS BANDING


Distrikiasis ODS
Keratokonjungtovitis ODS

VIII. PENATALAKSANAAN
- Epilasi ODS
- Higienitas dan debridement sekret palpebra ODS
- Gentamisin 0,3% EO S2 dd aplic ODS
- Fluorometholone 0,1% ED S4 gtt 1 ODS
- Cendo lyteers ed S4 gtt1 ODS
IX. PROGNOSIS

8
OD OS
Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Fungsionam Bonam Bonam
Ad Sanationam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

9
TINJAUAN PUSTAKA

1. TRIKIASIS
1. DEFINISI

Trikiasis adalah suatu keadaan dimana bulu mata tumbuh mengarah pada bola mata
yang akan menggosok kornea atau konjungtiva.Bulu mata dapat tumbuh dalam posisi yang
abnormal sementara palpebra tetap pada posisi normal. Pertumbuhan bulu mata ke arah
bola mata yang disertai dengan keadaan melipatnya margo palpebra ke arah dalam
(entropion) disebut pseudotrikiasis.1,2

2. ANATOMI

Gambar 1. Potongan Sagital Palpebra Superior3


Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta menyebarkan tear film yang telah

10
diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna
untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena
kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.3
Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan, sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan
kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadinya keratitis et
lagoftalmos. Pada kelopak terdapat bagian-bagian:3

a. Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
b. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. Orbicularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi Nervus Fasial M. Levator palpebra,
yang berorigin pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas
dengan sebagian menembus M. Orbicularis okuli menuju kulit kelopak bagian
tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus
(lipatan) palpebra. Otot ini depersarafi oleh n.III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata.
c. Didalam mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar
didalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan batas isi orbita dengan kelopak depan.
e. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga
f. Persarafan sensorik kelopak mata atas di dapatkan dari rumus frontal n.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan
musin.

11
3. PREVALENSI

Trikiasis termasuk kelainan pada palpebra yang jarang berdiri sendiri. Biasanya
terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial pemfigoid, entropion, dan trauma
lainnya yang mengenai palpebra. Trakoma merupakan penyebab terpenting terjadinya
trikiasis. Terdapat ± 50 negara yang termasuk negara endemik trakoma. Negara-negara
tersebut tersebar di benua afrika, timur tengah, asia tenggara, india, dan amerika selatan.
Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat ± 40 juta orang
menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya menderita trikiasis dan 1.3 juta orang
menderita kebutaan sebagai komplikasinya.1

4. ETIOLOGI & PATOGENESIS

Trikiasis sering kali berasal dari inflamasi atau jaringan sikatrik palpebra yang
terbentuk setelah menjalani operasi palpebra, trauma, kalazion, atau blepharitis ulseratif.
Kelainan ini juga dihubungkan dengan penyakit sikatrik kronik seperti sikatrisial
pemphigoid, penyakit infeksi seperti trakoma serta sindrom steven johnson.Proses inflamasi
tersebut akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik yang
terbentuk pada bagian lamella posterior palpebra, menyebabkan posisi silia mata tumbuh
mengarah ke bola mata Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab
trikiasis:1,2

 Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
tetapi lebih banyak ditemukan pada orang muda dan anak-anak.1Infeksi
Chlamydia trachomatis ini menyebabkan reaksi inflamasi yang predominan
limfositik dan infiltrat monosit dengan plasma sel dan makrofag dalam
folikel. Infeksi konjungtiva yang rekuren menyebabkan inflamasi yang kronik
dan menyebabkan terbentuknya suatu jaringan parut pada konjungtiva tarsus
superiorsehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada tarsus yang
selanjutnya dapat mengubah bentuk palpebra superior berupa membaliknya

12
bulu mata ke arah bola mata (trikiasis) atau seluruh tepian palpebra
(entropion) sehingga bulu mata terus-menerus menggesek kornea
 Blefaritits ulseratif
Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis olseratif terdapat krusta berwarna
kekuningan, serta skuama yang kering dan keras, yang bila keduanya
diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar
bulu mata. Penyakit ini sangat infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih
dalam sehingga merusak follikel rambut mengakibatkan rontok (madarosis), dan
apabila ulkus telah menyembuh akan membentuk jaringan parut atau
sikatrik. Sikatrik ini akan menimbulkan tarikan sehingga menyebabkan bulu mata
tumbuh mengarah ke bola mata (trikiasis).
 Entropion
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan 'trichiasis' dimana bulu mata yang
biasanya mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata. Entropion bisa
ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya entropion
involusional lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan lempeng
tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion
involusional biasanya ditemukan lebih sering pada palpebra inferior sedangkan
entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului
oleh trachoma

5. DIAGNOSIS
Pada trikiasis, posisi tepi palpebra dapat normal, atau jika tidak, dapat dihubungkan
dengan entropion. Bulu mata yang melengkung ke dalam menyebabkan pasien mengeluhkan
sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva,
fotofobia, dan lakrimasi merupakan gambaran yang sering ditemukan. Pada kasu yang lebih
berat dapat ditemukan ulkus kornea. Pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda
asing dan iritasi permukaan bola mata kronik. Apabila lebih berat hingga menimbulkan ulkus

13
kornea , maka akan timbul keluhan mata merah, sakit pada mata, fotofobia, dan penglihatan
menurun.1
Pada anamnesis ditanyakan mengenai riwayat penyakit sebelumnya yang pernah diderita
oleh pasien. Perlu ditanyakan pertanyaan sebagai berikut.1
 Apakah pasien pernah menderita infeksi mata berat atau pernah berada di negara
endemik trakoma seperti di Afrika dan negaranegara timur tengah?
 Apakah ada riwayat mengalami sindrom steven Johnson sebelumnya?
 Apakah ada riwayat trauma pada mata?
 Apakah pasien pernah menjalani operasi mata sebelumnya?

Gambar 3. Trikiasis3
Pada pemeriksaan fisik, saat inspeksi menggunakan slit lamp didapatkan satu atau lebih
silia tumbuh ke arah kornea atau konjungtiva bulbi. Refleks blefarospasme, kongestif
konjungtiva, dan fotofobia dapat terjadi apabila kornea telah mengalami abrasi. Tanda dan gejala
penyakit penyerta seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain, dapat ditemukan. Dilakukan juga
pemeriksaan dengan eversi kelopak mata dan tes fluoresen. Eversi kelopak dilakukan dengan
mata pasien melihat jauh ke bawah. Pasien diminta jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus
ditarik ke arah orbita. Pada konjungtiva dapat dicari adanya folikel, perdarahan, sikatriks dan
kemungkinan benda asing.1
Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang biru
akan memberikan gelombang hijau. Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih dahulu dengan
garam fisiologik diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup

14
matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudia kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi
konjungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan kornea bila terlihat warna hijau dengan
sinar biru berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek kornea terlihat berwarna hijau karena pada
bagian defek tersebut bersifat basa. Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif. Pemeriksaan
ini dipakai untuk melihat terdapatnya defek epitel kornea akibat gesekan dari silia bulu mata
yang mengalami trikiasis.1

6. PENATALAKSANAAN

Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, epilasi mekanik dapat menangani sementara.
Pertumbuhan baru biasanya dalam tiga hingga empat minggu. Penanganan permanen merusak
folikel bulu mata yang terlibat. Hal ini dilakukan dengan elektrolisis atau cryotherapy. Epilasi
menggunakan forceps mekanikal merupakan tatalaksana sementara, dimana kekambuhan datang
kembali sekitar 3-4 minggu setelahnya.2
Dapat juga menggunakan metode elektrolisis dengan cara menghancurkan folikel silia
menggunakan daya litrik. Dengan teknik ini anastesi diberikan ke kelopak dan dialirkan listrik
tegangan 2mA selama 10 detik lewat sebuuah jarum yang diletakkan di akar bulu mata. Silia
yang sudah longgar dengan folikel yang hancur selanjutnya disingkirkan dengan forceps epilasi.
Cryoepilation juga merupakan metode efektif untuk menangani trikiasis. Setelah
diberikan anastesi, cryoprobe dengan suhu -20’C ditaruh selama 20-25 detik ke margin kelopak
mata eksterna. Kekurangan utama dari metode ini adalah depigmentasi oleh tanda trikiasis.4

2. BLEPHARITIS
1. DEFINISI

Blepharitis adalah iritasi pada kelopak mata. Ini memiliki berbagai penyebab, mulai dari
alergi dan infeksi iritasi serta kanker kulit. Ini adalah penyakit mata yang paling umum.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi. Kadang dikaitkan
dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi
kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena
secara tersendiri (blefaritis posterior).5

15
2. PREVALENSI

Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit dengan
angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis
sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual,
kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses
penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut,
hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang
parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan
perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih,
meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.1,5,6

Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia
rata-rata adalah 50 tahun.Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis
staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita
(80%).5

3. ETIOLOGI

Blefaritis dapat disebabkan oleh peradangan, bakteri, alergi, kondisi lingkungan, atau
mungkin terkait dengan penyakit sistemik. Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat
peningkatan sel radang kulit disekitar kelopak. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di
atmosfer (misalnya, bahan kimia di tempat kerja) atau dengan banyak obat, baik mata atau
sistemik.Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh paparan hewan seperti anjing atau
kucing. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya secret kuning atau
kehijauan. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari
berbagai jenis6

Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe
pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh

16
produksi minyak tidak teratur oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang
menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat
berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit
kepala.6

Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di kelopak. Ada
sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika kelenjar minyak
memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis minyak, tepi kelopak mata dapat
menjadi meradang, iritasi, dan gatal.6

4. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat
dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom1

Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin
disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon mediasi
sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung jawab
untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis
seboroik sering dikaitkan denga dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit
kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak
dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi dan mekanik
sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi
kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat
mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum
yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan
mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film

17
yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan
osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.6

Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi


dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal
dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah
kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah
ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit kelenjar
meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan
deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi
kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu
fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan
komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah
terbukti. 6

5. GEJALA KLINIS

Gambar 3. Blefaritis

18
 Blefaritis stafilokokus
o Sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu mata.
o Hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler kronis.
o Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan (tylosis) dari
tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.
o Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi kelopak mata
dan sesekali terjadi phlyctenulosis.
o Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering yang
umumnya terjadi.
 Blefaritis seboroik
o Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan menempel
bersama-sama pada bulu mata
o Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan bulu
mata.
 Blefaritis posterior
o Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai menyumbat
lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak
o Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar Meibomian
o Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
o Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau seperti
pasta gigi.
o Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan dilatasi kistik
duktus meibomian.
o Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak atau
dalam kantus.

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada blefaritis sebaiknya diberitahukan kepada pasien bahwa


penyembuhan secara permanen tidak memungkinkan namun pengontrolan terhadap gejala
memungkinkan. Penatalaksanaan pada blefaritis anterior dan posterior secara umum sama untuk

19
kedua tipe, namun ada beberapa pengobatan yang sifatnya spesifik untuk salah satu tipe. Berikut
dijabarkan tatalaksana penanganan kasus blefaritis.6

a) Menjaga higenitas kelopak mata


Dilakukan 1 kali atau2 kali pada permulaan penyakit
 Kompres hangat sebaiknya pertama diberikan pada menit awal untul
melembutkan krusta yang ada pada dasar bulu mata
 Pembersihan kelopak mata biasanya dilakukan untuk membersihkan
krusta dan kotoran lain secara mekanis, menggosok tepi kelopak dengan
cotton bud atau lap muka bersih yang telah dicelup ke larutan gangat yang
telah dicampur dengan shampoo bayi atau natrium bikarbonat
 Jika terdapat gangguan kelenjar meibom maka perlu mengeluarkan
akumulasi sekret kelenjar meibom dengan cara memutar dan mengarahkan
jari ke arah depan diatas tepi kelopak
b) Antibiotik
 Pemberian antibiotic topikal seperti eritromisin, basitrasin, azitromisin,
dan kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis aktif pada
gangguan blefariotis anterior dan terkadang digunakan untuk jangka waktu
yang Panjang. Setelah dilakukan pembersihan kelopak mata, ointment
sebaiknya digosokkan ke tepi anterior dari kelopak mata dengan
menggunakan cotton bud atau jari yang bersih
 Antibiotik per oral termasuk doksisiklin (50-100 mg 2x1 selama seminggu
dan dilanjutkan 1x/hari selama 6-24 minggu), atau azitromisin (500 mg
selama 3 hari untuk 3 siklus dengan interval 1 minggu). Antibiotic
digunakan untuk mengurangi kolonisasi bakteri dan memilki efek lain
yaitu pengurangan produksi lipase staphylococcus dengan tetrasiklin.
Tetrasiklin lebih efektif dalam penatalaksaan untuk bagian posterior
sedangkan azitromisin untuk anterior. Tetrasiklin tidak diberikan untuk
pengobatan pada anak kurang dari 12 tahun dan ibu hamil karena akan
terdeposit dalam tulang dan gigi. Alternative yang dapat diberikan adalah
eritromisin 2x250mg

20
c) Steroid topikal
Pemberian steroid topikal potensi rendah seperti fluorometholon 0,1% berguna
untuk pasien dengan inflamasii aktif terutama dengan konjungtivitis bakterialis
(terkadang diberikan potensi yang lebih tinggi)
d) Artificial tears

7. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-
benar sudah hilang. Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun
defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai
derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1

 Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak yang
tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam kelopak
mata.
 Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika
penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang menjadi
membesar dan menimbulkan jaringan parut.
 Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
 Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang atau
salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.

8. PROGNOSIS

Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol tanda-
tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang baik
biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena
blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang

21
mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi
blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh
sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi.5

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah


dilakukan diketahui bahwa pasien adalah seorang laki-laki berusia 73 tahun dengan keluhan mata
kanan dan kiri sakit sejak ± 2 minggu SMRS. Keluhan diawali dengan keluhan rasa mengganjal
pada mata ± 1 minggu. Terdapat gejala mata berair dan gatal, silau saat melihat ke arah sinar.
Satu minggu SMRS pasien merasakan pada pagi hari kedua mata terasa lengket dan agak sulit
dibuka. Terdapat keluhan pandangan kabur pada mata kiri sudah sekitar 4 bulan sudah dirasakan
satu setengah tahun hilang timbul. Pada pemeriksaan ditemukan pasien tampak sakit ringan,
kesadaran compos mentis, TD 110/60 mmHg, HR 78x/menit, Suhu 36,5 C, RR 17x/menit.

Pada pemeriksaan ophthalmologi ditemukan sesuai dengan gambaran blefaritis dan


trikiasis dimana terdapat sekret yang putih dan lengket dan menyebabkan silia menempel,
terdapat juga sikatriks pada mata kiri pasien yang menyebabkan penurunan ketajaman visus.
Sikatriks kornea pada pasien mungkin komplikasi dari trikiasis yang dialami pasien atau juga
trauma optikyang pernah dialami pasien.
Pada kasus ini gejala yang dialami pasien berupa rasa mengganjal dan gatal pada kedua
mata serta gatal dimana hal ini disebabkan terhambatnya sekresi ludah pada pasien. Gejala lain
seperti silau dan pandangan kabur perlu diperhatikan apakah ada kemungkinan keterlibatan
kornea saat ini atau pada perjalanan penyakit pasien selanjutnya dimana kornea merupakan
bagian dari media refraksi yang penting berperan dalam visus pasien.

Diagnosis banding pada pasien ini adalah distrikiasis dan keratokonjungtivitis. Sesuai
dengan literatur, distrikiasis adalah tumbuhnya baris bulu mata ganda pada satu kelopak mata,
yang satu atau keduanya melengkung ke arah bola mata. Dimana pada pasien hanya tidak
ditemukan pertumbuhan yang patologis hanya ditemukan arah tumbuh yang tidak anatomis. Pada
pasien juga tidak ditemukan tanda-tanda keratokonjungtivitis diaman injeksi konjungtiva pada
pasien masih minimal dan disebabkan oleh trikiasis dan blefaritis yang dialami pasien.

22
Terapi yang dapat diberikan kepada pasien dibagi menjadi medika mentosa dan non
medika mentosa. Pada terapi non medika mentosa digalakan higienisasi kelopak mata dan juga
epilasi. Dimana higienisasi kelopak mata dilakukan pembersihan kelopak mata menggunakan
cutton bud dari sekret yang menyebabkan silia pada kelopak mata pasien menjadi melekat satu
sama lain. Dilakukan juga epilasi secara mekanis menggunakan pinset pada silia yang arah
tumbuhnya tidak anatomis dan berkemungkinan mengiritasi konjungtiva dan kornea. Pada terapi
medikamentosa diberikan salep antibiotic untuk mata kanan dan kiri untuk mnegobati kelopak
mata yang sedang meradang dan mencegah terjadinya infeksi bakteri lanjut pada mata. Untuk
membantu meredakan proses peradangan kelopak mata diberikan tetes mata kortikosteroid
berupa fluorometholon 0,1%. Sebagai tambahan diberikan juga lubrikan mata yang membantu
mengurangi gejala kering dan gatal pada mata pasien.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology 4th edition. New Delhi: New Age
International Publisher; 2007.h. 348
2. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata edisi ketiga, Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2009.h.1-
2, 89-97
3. Lang GK. Ophthalmology: a short textbook. New York: Thieme; 2000.p.18
4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing,
Australia : 2013; page 52-4
5. Vaughan D. Oftalmologi umum (General Ophthalmology) 17th. Widya Medika.
Jakarta: 2003; page 78-80
6. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.
Philadelphia; 2011: page 34-38.

24

Anda mungkin juga menyukai