Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

Skleritis

Disusun oleh:

Silvie Anastasya G
40621222026

Pembimbing:

dr. Nanda Lessi, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI - BOGOR

PERIODE 05 FEBRUARI – 09 MARET 2024

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Nama / NIM : Silvie Anastasya / 406222026


Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Tarumanagara
Bidang Pendidikan : Program Studi Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : 05 Februari – 09 Maret 2024
Judul Laporan Kasus : Endoftalmitis OS
Diajukan :
Pembimbing : dr. Nanda Lessi, Sp.M
Telah diperiksa dan disahkan tanggal :

Mengetahui,

Ketua SMF Mata Pembimbing

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M dr. Nanda Lessi, Sp.M


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
Jl. Taman S. Parman No. 1 - Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR UNIVERSITAS TARUMANAGARA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR
Nama : Silvie Anastasya Tanda tangan
NIM : 406222026

……………….
Pembimbing: dr. Nanda Lessi, Sp.M

…………………………………………

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Ciawi, 10 Desember 1969
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pasanggrahan
Tanggal pemeriksaan : 16 Februari 2024

II. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16 Februari 2024 pukul 10.00 WIB
di poli Mata RSUD Ciawi

Keluhan Utama :
Mata kanan merah
Keluhan Tambahan : nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah sejak 4 bulan yang lalu,
mata merah dirasakan hilang timbul, sudah pernah berobat ke dokter mata
lalu kambuh lagi, keluhan disertai nyeri pada mata kanannya, pasien
mengeluhkan nyerinya tidak tertahankan dan memberat pada malam hari,
saat pasien bangun tidur serta saat menggerakan mata.
Riwayat Penyakit dahulu :
Riwayat HT (-), asma (-), DM (-). Riwayat alergi disangkal. Riwayat nyeri
sendi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak memakai obat apapun sebelum berobat ke RSUD Ciawi.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

GCS : E4 V5 M6 15

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 74 x / menit, regular, isi cukup

Pernapasan : 14 x / menit, regular

Suhu : 36,6oC

Kepala dan Leher


Normocephali, pembesaran KGB (-)

Telinga-Hidung-Mulut
Normotia, sekret (-/-)

Thorax : Jantung
BJ I& II regular, murmur (-), gallop (-)

Thorax : Paru
SNV (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

Abdomen
Supel (+), nyeri tekan (-)

Ekstremitas
Edema -/-, CRT <2 detik, akral hangat

Status Ophtalmologi

KETERANGAN OD OS

VISUS

Visus 20/20 20/20

Koreksi - -

Addisi - -

Pupilary distance - -

Kacamata lama - -

KEDUDUKAN BOLA MATA

Eksoftalmus - -

Endoftalmus - -

Deviasi - -

Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

SUPERSILIA

Warna Hitam Hitam


Simetris Simetris Simetris

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

Edema - -

Nyeri tekan - -

Ektropion - -

Entropion - -

Blefarospasme - -

Trikiasis - -

Sikatriks - -

Punctum lacrimal Normal Normal

Fissure palpebral - -

Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR

Hiperemis - -

Folikel - -

Papil - -

Sikatriks - -

Hordeolum - -

Kalazion - -

KONJUNGTIVA BULBI
Sekret - -

Injeksi konjungtiva + -

Injeksi siliar + -

Injeksi episklera - -

Chemosis - -

Pterygium - -

Pinguekula - -

Nevus pigmentosus - -

Kista dermoid - -

SKLERA

Warna Putih Putih

Ikterik - -

Nyeri tekan - -

KORNEA

Kejernihan Jernih Keruh

Permukaan Licin Tidak licin

Ukuran Normal Normal

Sensibilitas + +

Infiltrat - -

Keratik presipitat - -
Sikatriks - -

Ulkus - +

Perforasi - -

Arcus senilis + +

Edema - -

Tes placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

BILIK MATA DEPAN

Kedalaman Dalam Dalam

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema - -

Hipopion - -

Efek tyndall - -

IRIS

Warna Coklat Coklat

Kripta - -

Sinekia - -

Koloboma - -

PUPIL
Letak Di tengah Di tengah

Bentuk Bulat Bulat

Ukuran 4 mm 5 mm

Refleks cahaya langsung + +

Refleks cahaya tidak + +


langsung

LENSA

Kejernihan Jernih Jernih

Letak Di tengah Di tengah

Test shadow - -

BADAN KACA

Kejernihan Jernih Jernih

FUNDUS OCCULI

Batas Tegas Tegas

Warna Kemerahan Kemerahan

Ekskavasio - -

Rasio arteri : vena 2:3 2:3

C/D rasio 0,3 0,3

Eksudat - -
Perdarahan - -

Sikatriks - -

Ablasio - -

PALPASI

Nyeri tekan + -

Massa tumor - -

Tensi occuli - -

Tonometry 27,1 mmHg 19,2 mmHg

KAMPUS VISI

Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

OD
IV. Resume
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 52 tahun dengan keluhang
dengan keluhan mata kanan merah sejak 4 bulan yang lalu, mata merah
dirasakan hilang timbul, sudah pernah berobat ke dokter mata lalu kambuh
lagi, keluhan disertai nyeri pada mata kanannya, pasien mengeluhkan
nyerinya tidak tertahankan dan memberat pada malam hari, saat pasien
bangun tidur serta saat menggerakan mata.
Riwayat HT (-), asma (-), DM (-) dan alergi pada pasien dan keluarga
disangkal. Riwayat nyeri sendi (-)
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan dan penyakit yang serupa.
Pasien sudah tidak memakai obat apapun sebelum berobat ke RSUD Ciawi.

Oculi Dextra Oculi Sinistra

Visus 20/20 20/20

TIO 27,1 mmHg 19,2 mmHg

Pergerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Palpebra Edema (-), NT (-) Edema (-), NT (-)

CTS Hiperemis (-) Hiperemis (-)

CTI Hiperemis (-) Hiperemis (-)

CB Injeksi (+) Injeksi (-)

C Jernih Jernih

COA Cukup, jernih Cukup, jernih


Bulat di tengah, 4 mm Bulat di tengah, 5 mm
P RCL (+) RCTL (+) RCL (+) RCTL (+)

I Coklat Coklat

L Jernih Jernih
Badan kaca Jernih Jernih
Fundus Baik Baik
Palpasi NT (+) Baik
Tes konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
V. Saran Pemeriksaan Penunjang
● CBC
● Rheumatoid Factor
VI. Diagnosis Kerja
Skleritis OD

VII. Diagnosis Banding


Pterygium OD
Pinguekulitis OD
VIII. Tatalaksana
● Timolol 0,5% ED Fl No.I
S 2 dd gtt I OD
● C. Lyteers ED Fl No.I
S 6 dd gtt I OD
● P.Pred ED Fl No.I
S 6 dd gtt I OD
● Na Diclofenac 50 mg tab No.X
S 2 dd 1 tab prn nyeri

IX. Prognosis

OD OS

Ad Vitam Bonam Bonam

Dubia ad
Ad Functionam Bonam
Bonam

Dubia ad
Ad Sanationam Bonam
Bonam
Bab II
Tinjauan Pustaka

Definisi
Skleritis merupakan proses peradangan pada sklera, yang melibatkan lapisan yang
lebih dalam dan mempunyai manifestasi klinis lebih berat dibanding epskleritis.
Skleritis dapat terlokalisir, nodular, atau difus, dan dapat melibatkan segmen
anterior dan atau posterior. Keterlibatan segmen anterior bermanifestasi sebagai
mata merah dan nyeri hebat, sedangkan skleritis posterior tanpa keterlibatan
anterior tidak terlihat merah dan dapat nyeri ataupun tidak.

Epidemiologi
Insidensi skleritis diperkirakan 3,4 – 4,1 kasur per 100.000 orang dan prevalensi 5,2
kasus per 100.000 orang di Amerika Serikat. Skleritis lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada laki-laki dengan rata-rata usia 45-53 tahun.

Etiologi
Skleritis biasanya disebabkan oleh adanya kelainan atau penyakit sistemik.
Beberapa penyakit sistemik yang berkaitan dengan episkleritis adalah rheumatoid
arthritits, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, gout, atopi, pasca herpes, sifilis.
Kadang-kadang dapat disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas),
sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Patofisiologi skleritis
berhubungan dengan kemampuan mengekspresikan HLA, meskipun belum di
pahami dengan baik. Degradasi fibril kolagen sklera akibat proses enzimatik serta
invasi sel radang ke sklera memiliki peran penting dalam patofisiokogi skleritis,
kondisi ini sering kali merupakan bagian dari suatu kondisi sistemik berkaitan
dengan vaskulitis, yang didasari oleh reaksi imun tiper kompleks. Kasus skleritis
mempunyai kemungkinan 25-50% untuk mempunyai penyakit sistemik yang
mendasari inflamasi pada sklera, dan skleritis paling banyak ditemukan menyertai
penyakit reumatik. Pada 1/3 pasien dengan skleritis difus/nodular, dan 2/3 pasien
dengan skleritis nekrotikans, dideteksi juga adanya penyakit autoimun jaringan ikat.

Klasifikasi
Skleritis diklasifikasikan berdasarkan lokasi (anterior atau posterior) dan
karakteristik inflamasinya (difus, nodular atau nekrotikans).
a. Skleritis Anterior
a. Skleritis anterior difus: Hal ini ditandai dengan peradangan luas
pada bagian anterior sklera. Ini adalah bentuk skleritis anterior yang paling
umum dan juga paling jinak.

b. Skleritis anterior nodular: Tipe ini ditandai dengan satu atau lebih
nodul meradang yang bersifat eritematosa, tidak dapat digerakkan, dan
nyeri tekan pada sklera anterior. Sekitar 20% kasus berkembang menjadi
skleritis nekrotikans.
c. Skleritis anterior nekrotikans dengan peradangan: Bentuk ini
sering menyertai kelainan pembuluh darah kolagen sistemik yang serius
termasuk artritis reumatoid. [4] Nyeri pada kondisi ini biasanya sangat
parah, dan kerusakan pada sklera sering kali terlihat jelas. Skleritis anterior
nekrotikans dengan peradangan kornea juga dikenal sebagai
sklerokeratitis. Skleritis anterior nekrotikans adalah bentuk skleritis paling
parah dan paling umum dengan komplikasi yang mengancam penglihatan
dan mengakibatkan kehilangan penglihatan permanen.

d. Skleritis anterior nekrotikans tanpa peradangan: Jenis ini paling


sering terjadi pada pasien dengan artritis reumatoid jangka panjang; Hal ini
disebabkan oleh pembentukan nodul reumatoid di sklera dan terkenal
karena tidak adanya gejala. Skleritis anterior nekrotikans tanpa peradangan
juga dikenal sebagai skleromalacia perforans.
Tanda dan Gejala:
• Mata merah
• Nyeri berat, konstan, dan dalam
• Boring (rasa seperti di bor) atau berpulsasi
• Nyeri memberat pada malam hari, saat menggerakan mata
• Nyeri menjalar ke alis, pelipis, atau rahang ipsilateral (sesuai
perjalanan N V)
• Penurunan tajam penglihatan
• Fotofobia
• Mata berair tanpa sekret
• Nyeri tekan mata
• Injeksi pada segmen anterior berwarna merah keunguan
• Edema sklera
• Serangan bertahan bulanan hingga tahunan
b. Skleritis Posterior
Skleritis osterior adalah kondisi langka namun berpotensi mengancam
penglihatan yang sering kurang terdiagnosis karena gambaran klinisnya
yang bervariasi dan membingungkan. Skleritis posterior merupakan
inflamasi kan pada sklera posterior sampai ora serrata yang dapat terjadi
sendiri atau kelanjutan dari skleritis anterior. Skleritis posterior dapat terjadi
pada semua kelompok umur dan semua etnis, meskipun lebih sering terjadi
pada wanita paruh baya. Skleritis posterior biasanya terjadi saat dewasa,
lebih banyak pada wanita, dan bilateral.
Tanda dan Gejala:
• Nyeri yang menjalar ke bagian kepala
• Proptosis
• Fotopsia
• Metamorfopsia
• Gangguan penglihatan
• Keterbatasan gerak bola mata
• Dapat terjadi lipatan koroid
• Ablasio retina serosa
• Papiledema
• Glaukoma sekunder sudut tertutup akibat penebalan koroid
• Retraksi kelopak mata bawah saat bola mata melihat ke atas
Pemeriksaan Penunjang
• USG B-scan
Tampak adanya cairan di kapsul tenon, distensi di posterios spatium
subtenon, pembengkakan selubung saraf optik dan diskus optik.
Skleritis posterior mewakili sekitar 10 persen dari seluruh kasus skleritis,
setengah dari total kasus skleritis.

Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
Skleritis muncul dengan warna ungu kebiruan yang khas dengan edema dan
dilatasi sklera.
Pemeriksaan dalam cahaya alami: berguna dalam membedakan perbedaan warna
halus antara skleritis dan episkleritis.
Pada biomikroskopi slit-lamp: pembuluh darah sklera yang meradang sering kali
memiliki pola bersilangan dan melekat pada sklera. Pembuluh darah ini tidak
dapat digerakkan dengan aplikator berujung kapas, yang membedakan pembuluh
darah sklera yang meradang dengan pembuluh darah episkleral yang lebih
superfisial. Cahaya bebas merah dengan slit lamp juga menonjolkan visibilitas
pembuluh darah dan area nonperfusi kapiler. Akhirnya, pembuluh darah
konjungtiva dan superfisial dapat memucat dengan 2,5-10% fenilefrin namun
pembuluh darah dalam tidak terpengaruh. Bola mata juga sering kali lembut untuk
disentuh.
b. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan untuk mencari penyakit sistemik yang mendasari (penyakit autoimun
jaringan)
• Pemeriksaan darah perifer lengkat
• Laju endap darah
• CRP
• Fungsi hati dan ginjal
• Kadar asam urat
• Foto thorax
• ANA test
• Anti dsDNA
• Rheumatoid factor
• Serologi sifis; VDRL/TPHA

Tatalaksana
Prinsip pengobatan skleritis adalah sistemik, dan hendaknya melibatkan bidang ilmu
kesehatan mata dan reumatologi.
• obat anti inflamasi nonsteroid sistemik (NSAID. Obat ini sangat efektif pada
skleritis nodular dan difus dan biasanya diresepkan setidaknya selama 1 minggu.
• Deteksi penipisan sklera memerlukan penggunaan pelindung mata pada mata
yang terkena untuk mengurangi risiko perforasi. Pastikan pelindung mata tidak
menyentuh kelopak mata atau bola mata. Tempelkan selotip dari dahi ke
zygoma. Jika pelindung mata tidak tersedia, gunakan cangkir kertas atau
polistiren, asalkan cukup besar untuk menutupi mata tanpa memberikan tekanan
berlebihan pada bola mata.
• Pengobatan skleritis memerlukan terapi imunomodulator setelah diagnosis pasti
ditegakkan. Prednison oral dosis tinggi digunakan terutama pada skleritis
nekrotikans dan skleritis nonnekrotikans parah.
• Imunosupresif digunakan sebagai tambahan ketika steroid saja gagal
mengendalikan perkembangan penyakit dan termasuk siklosporin, azathioprine,
siklofosfamid, dan metotreksat. Semakin banyak bukti yang mendukung peran
rituximab dalam penyakit yang sulit disembuhkan.
• Meskipun terapi steroid topikal biasanya gagal, terapi ini dapat dianggap sebagai
pengobatan lini pertama untuk skleritis anterior nonnekrotikans, terutama pada
kasus di mana kemungkinan komplikasi dari terapi steroid sistemik atau NSAID
tinggi.
• Sangatlah penting untuk menentukan tujuan terapi karena, kegagalan terapi
dapat menyebabkan perburukan penyaki, seperti bentuk nodular menjadi
nekrotikans, berikan alternatif terapi jika tidak ada respons setelah pemberian
terapi awal selama 2-3 minggu.

Diagnosis Banding
Diagnosis banding skleritis adalah episkleritis, konjungtivitis, keratokonjungtivitis
sicca, plak hialin pada sklera, stafiloma sklera anterior, uveitis anterior, hemangioma
konjungtiva, ulkus mooren, PUK.

Komplikasi
Komplikasi skleritis cukup sering terjadi, termasuk diantaranya adalah:
• Keratitis perifer
• Uveitis
• Katarak
• Glaukoma
• Penipisan sklera
• Skleritis posterior: Kehilangan penglihatan permanen disebabkan oleh atrofi
saraf optik dan kerusakan makula yang ireversible

Prognosis
Prognosis visual relatif baik untuk pasien dengan skleritis ringan atau sedang yang
merespon dengan baik terhadap perawatan medis yang tepat dan pengelolaan kondisi
sistemik yang mendasarinya. Kasus nekrotikans dan skleritis posterior menimbulkan
risiko kehilangan penglihatan yang lebih tinggi karena peradangan dan keterlibatan
struktur mata lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP, editors. Buku Ajar
Oftalmologi. 1st ed. Universitas Indonesia; 2020.
2. Simakurthy S, Tripathy K. Endophthalmitis. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 [cited 2023 Oct 5].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559079/
3. Salmon JF, Kanski JJ. Kanski’s clinical ophthalmology: a systematic
approach. 9th edition. Erscheinungsort nicht ermittelbar: Elsevier; 2020.
941 p.
4. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New
Age International; 2007.

Anda mungkin juga menyukai