Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Rastia Alimmattabrina


NIM : 22010115210072
Bagian : Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Judul : OS Konjungtivitis bakterial
Penguji : dr. Wisnu Sadasih, Sp.M
Pembimbing : dr. Soraya Rachima

Semarang, Mei 2016

Penguji Pembimbing

dr. Wisnu Sadasih, Sp.M dr. Soraya Rachima

LAPORAN KASUS
OS KONJUNGTIVITIS BAKTERI

Penguji kasus : dr. Wisnu Sadasih, Sp.M


Pembimbing : dr. Soraya Rachima
Dibacakan oleh : Rastia Alimmattabrina
Dibacakan tanggal : 23 Mei 2016

I. PENDAHULUAN

1
Konjungtivitis di temukan pertama kali pada tahun 1969 di Asia dan
oceania.Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Penyakit ini
bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat
dengan banyak sekret purulen kental 1

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yag


membungkus permukaan posterior kelopak mata(konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebra( suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea limbus.Konjungtiva fornices berada diantara konjungtiva palpebralis dan
bulbi.2

Pada laporan ini akan disampaikan kasus seorang laki-laki berusia 49 tahun
dengan mata kiri konjungtivitis bakteri.

2
II. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. AH
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Kumbo, Kecamatan Sedan,Kabupaten Rembang
Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor CM : C509785

III. ANAMNESIS
(autoanamnesis tanggal 18 Mei 2016 waktu: 09.00 WIB di Poliklinik Mata RSUP Dr. Kariadi)
Keluhan Utama: mata kiri merah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan mata kiri merah,
pasien mengeluhkan mata kiri sering nrocos, mata kiri tidak kabur, pada mata kiri tidak ada
nyeri cekot-cekot, rasa gatal, rasa berpasir ,perih ,dan rasa mengganjal. Pasien mengeluhkan
pada mata kiri sering mengeluarkan kotoran yang banyak terutama setelah bangun tidur.
Kotoran berwarna kuning dan berbentuk mukopurulen.Pasien berobat ke dokter spesialis mata di
rembang dan diberikan obat tetes ciprofloxacin. Kondisi pasien belum membaik kemudian
dirujuk ke RSDK.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma pada mata sebelumnya disangkal
Riwayat pemakaian kacamata .
Riwayat mata kabur sebelumnya disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat sakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat operasi katarak pada mata kanan dan kiri pada tahun 2011
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat pemakaian lensa kontak pada mata kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit seperti pasien pada keluarga disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai peternak ayam
Biaya pengobatan di tanggung jamkesmas
Kesan: sosial ekonomi cukup

IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK (18 Mei 2016)
Status Praesens

3
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : tekanan darah : 110/70 mmHg
suhu badan : 37 oC
nadi : 80/menit
respirasi : 18/menit
Pemeriksaan Fisik : kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen : tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan
Status Ophthalmologi (Tanggal 18 Mei 2016)

Injeksi konjungtiva

Oculus Dexter Oculus Sinister


6/10 VISUS 2/60
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) Injeksi
PALPEBRA INFERIOR konjungtiva
Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-), Hiperemis (+), sekret (+)
edema (-) CONJUNGTIVA berbentuk mukopurulen dan
PALPEBRALIS berwarna kuning, edema (+),
papil (-)
Hiperemis (-), sekret (-), Hiperemis (+), sekret
edema (-) (+)berbentuk mukopurulen
CONJUNGTIVA FORNICES
dan berwarna kuning,
edema(+)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (+), sekret (+)berbentuk
mukopurulen dan berwarna
kuning
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih CORNEA Jernih

4
Kedalaman cukup, CAMERA OCULI Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-) Tyndall Effect (-)
ANTERIOR
Kripte (+) IRIS Kripte (+)
Bulat, central, regular, Bulat, central, regular,
PUPIL
diameter: 3mm, RP (+) N diameter: 3mm, RP (+) N
Intra ocular lens(IOL) jernih LENSA Intra ocular lens(IOL) jernih
(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang
T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal
SISTEM CANALIS
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
LACRIMALIS
Negative TEST FLUORESCEIN Negatif

Status lokalis
Pemeriksaan nnll: pre aurikula : -/-
Sub mandibular : -/-
Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecatan gram : Kuman berbentuk batang gram positif.

V. RESUME
Seorang laki-laki usia 49 tahun dengan mata kiri merah, pasien mengeluhkan pada mata
kiri lakrimasi (+), pandangan kabur (-),injeksi konjungtiva (+),gatal (-),rasa berpasir (-),kotoran
mata(+), warna kuning, berbentuk mukopurulen. Kotoran semakin banyak apabila setelah
bangun tidur. Pasien berobat di dokter spesialis mata dan diberikan obat tetes ciprofloxacin.
Mata pasien tidak membaik kemudian dirujuk ke RSDK.
Pemeriksaan Fisik
Status praesens : dalam batas normal
Status oftalmologi :
Oculus Dexter Oculus Sinister
6/10 VISUS 2/60
Hiperemis (-), sekret (-), Hiperemis (+), sekret (+)
edema (-) CONJUNGTIVA berbentuk mukopurulen dan
PALPEBRALIS berwarna kuning, edema
(+),papil (-)
Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (+), sekret
edema (-) (+)berbentuk mukopurulen

5
dan berwarna kuning,
edema(+)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (+), sekret (+)berbentuk
mukopurulen dan berwarna
kuning

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
I. DIAGNOSA DIFERENSIAL
OS : -Konjungtivitis bakteri akut
-Konjungtivitis virus
- Konjungtivitis alergi
II. DIAGNOSA KERJA
OS : Konjungtivitis bakteri akut
III. DIAGNOSA TAMBAHAN
OS : - OS Pseudofakia
-OS Vitreoctomized eye
VII.TERAPI
Levofloxacin eye drops 1 tetes tiap 6 jam / OS
Cendo Lyteers 1 tetes tiap 6 jam/OS
VIII.PROGNOSIS
OD OS
Quo Ad Visam Ad Bonam Ad bonam
Quo Ad Sanam Ad Bonam Ad bonam
Quo Ad Vitam Ad Bonam
Quo Ad Cosmeticam Ad Bonam

IX. EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya dapat menular dan jangan bergantian
handuk dengan orang lain.
2. Bersihkan mata dengan kapas atau cotton yang sudah direndam dengan air bersih.
3. Menjelaskan pada pasien cuci tangan apabila setelah menggosok-gosok mata yang
terinfeksi.
4. Menjelaskan pada pasien untuk tidak menggosok-gosok mata

6
5. Menjelaskan pada pasien cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan tetes mata.
6. Menjelaskan pada pasien untuk menggunakan tetes mata sesuai anjuran dokter.

X. USUL-USUL
1. Kontrol 5 hari

XI. DISKUSI
ANATOMI KONJUNGTIVA
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan kelopak bagian
belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet
yang berfungsi membasahi bola mata terutama kornea. Bermacam-macam obat mata
dapat diserap melalui konjungtiva ini.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian yaitu:
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, sukar digerakkan dari tarsus.
- Konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera di
bawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjuntiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan
jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.3
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akutmaupun kronis
Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksisk,
berkaitan dengan penyakit sistemik.
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi
konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih
nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis , hipertrofi papil,
folikel, membrane, pseudo membrane, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya
benda asing , dan adenopati preaurikular.
Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel
pada konjungtiva. Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.3
Tabel 1.Diagnosis banding konjungtivitis gambaran klinis
Tanda Bakterial Viral Alergi Toksik TRIC
Injeksi Mencolok Sedang Ringan- Ringan- sedang
Konjungtivitis sedang sedang
Hemoragi + + - - -

7
Kemosis ++ +/- ++ +/- +/-
Eksudat Purulen Jarang, air Berserabut, - Berserabut
/mukopurulen (lengket)
(lengket)
Putih
Pseudomembran +/- +/- - - -
Papil +/- - + - +/-
Folikel - + - - +/-
Nodus + ++ - - +/-
Preaurikuler
Panus - - - - +

8
MACAM-MACAM KONJUNGTIVITIS
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi
gonococcus, meningococcus, staphylococcus aureus, streptococcus
pneumonia, Hemophilus Influenza dan Escherichia coli.
Memberikan gejala sekret mukopurulen dan purulen,kemosis
konjungtiva, edema kelopak mata, kadang-kadang disertai keratitis dan
blefaritis. Konjungtivitis bakteri ini mudah menular, pada satu sisi mata ke
mata sebelahnya dan menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat
menyebarkan kuman. Terdapat 2 konjungtivitis akut( dapat sembuh kurang
lebih dari 14 hari) dan biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra/
obstruksi duktus nasolakrimalis.
Konjungtivitis Bakteri Akut
Konjungtivitis bakteri akut disebabkan Streptokokkus,
Corynebacterium diphterica, pseudomonas, neisseria dan hemophilus.
Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan
konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut yang dapat berjalan
kronis.
Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak , papil dengan
kornea yang jernih
Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan
mikrobiologik dengan antibiotic tunggal seperti Neosporin, basitrasin,
gentamisin, kloramfenicol,tobramasin , eritromisin, dan sulfa. Bila
pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari
maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik. Bila terjadi penyulit maka diberikan siklopegik
2. Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis demam faring konjungtiva disebabkan oleh infeksi
virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret
berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu atau kedua
mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 3,4 dan 7, terutama mengenai
anak-anak yang disebarkan melalui droplet atau kolam renang. Masa
inkubasi 5-12 hari, yang menularkan selama 12 hari dan bersifat epidemik.
Berjalan akut dengan gejala penyakit hiperemia konjungtiva , sekret
serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan pseudomembran, selain itu

9
dapat terjadi keratitis epitel superficial, dan atau subepitel dengan
pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.
Pengobatannya hanya suportif karena dapat sembuh sendiri.
Diberikan kompres, stringen, lubrikasi, pada kasus yang berat dapat
diberikan antibiotic dengan steroid topical. Pengobatan biasanya
simtomatik dan antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder.
3. Konjungtivitis Alergik
Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap non infeksi,
dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah
beberapa hari kontak seperti reaksii terhadap obat, bakteri dan toksik.
Merupakan reaksi antbodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan
riwayat atopi.
Semua gejala pada konjungtiva akibat konjungtiva bersifat rentan
terhadap benda asing.
Gejala utama pada penyakit akergi ini adalah radang (merah, sakit,
bengkak, dan panas), gatal , silau berulang dan menahun. Tanda
karakteristik lainnya adalah terdapat papil besar pada konjungtiva, datang
bermusim yang dapat menganggu penglihatan. Walaupun penyakit alergi
konjungtiva sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan
yang memerlukan pengobatan
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma,
limfosit dan basofil.
Pengobatan terutama dengan menghindari penyebab pencetus
penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical
dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres dingin untuk
menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan anti
histamine.

4. Konjungtivitis Toksik
Gejala dapat terjadi akut setelah beberapa kali sensitisasi, yang akan
memperlihatkan kelainan kulit dan kelopak diikuti pembentukan parut.
Seringkali terjadi akibat pemberian jangka panjang dipivefrin,
miotik,idoxuridine, neomycin dan obat lain dengan bahan pengawet yang
toksik atau yang menimbulkan iritasi.

10
Tanda hipersenstivitas obat adalah hyperemia terutama tarsus bawah,
eosinofil dengan perwarnaan giemsa. Pada kerokan konjungtiva terdapat
sel-sel epitel berkeratin, sel PMN.
Pengobatan dengan menghentikan penyebab, pemakaian tetesan
yang ringan atau sama sekali tanpa tetesan.3

XII.ANALISIS KASUS
Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis konjungtivitis bakterial OS berdasarkan data
yang didapatkan melalui anamnesis pemeriksaan fisik sebagai berikut.
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkanmata kiri merah,
pasien mengeluhkan mata kiri sering nrocos, mata kiri tidak kabur, pada kedua mata tidak ada
nyeri cekot-cekot, rasa gatal, rasa berpasir ,perih ,dan rasa mengganjal. Pasien mengeluhkan
pada mata kiri sering mengeluarkan kotoran yang banyak terutama setelah bangun tidur.
Kotoran berwarna kuning dan berbentuk mukopurulen.Pasien berobat ke dokter spesialis mata di
rembang dan diberikan obat tetes ciprofloxacin. Kondisi pasien belum membaik kemudian
dirujuk ke RSDK.
Pada pemeriksaan fisik visus pada mata kiri sebesar 6/10 dengan koreksi S-0,25 C-0,75
x180 6/6 sedangkan untuk mata kanan visus sebessar 2/60 dan tidak dapat dikoreksi. Pada
pemeriksaan binocularitas tidak didapatkan kelainan pada tes altenating cover, tes duke elder, tes
distorsi,dan tes reading. Gerak bola mata pada mata kanan dan kiri bebas. Supercilia pada kedua
mata tidak ada kelainan. Palpebra superior dan inferior pada mata kanan dan kiri tidak ditemukan
edema atau spasme. Pada konjungtiva palpebra,bulbi dan fornices mata kiri didapatkan
hiperemis , sekret berwarna kuning mukopurulen dan ada edema. Pada konjuntiva palpebra,
bulbi dan fornices mata kanan tidak ditemukan hiperemis, sekret dan edema. Sklera, kornea ,iris
dan pupil tidak ditemukan kelainan. Lensa mata kanan dan kiri pasien menggunakan Intra
ocular lens (IOL). Fundus reflex pada kedua mata jernih. Pemeriksaan Funduskopi ditemukan
pada kedua mata yaitu papil nervus II berbentuk bulat, batas tegas, warna kuning kemerahan
CDR 0,3. Tekanan pada intraocular kedua mata normal. Tes Flouresin negative. Pada
pemeriksaan penunjang yaitu kultur sekret ditemukan kuman berbentuk batang gram positif.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah levofloxacin eye drop tiap 6 jam.
Levofloxacin merupakan antibiotik golongan floroquinolone spektrum luas, aktif terhadap
bakteri gram negatif maupun gram positif. Levofloxacin bekerja dengan menghambat kerja dari

11
DNA gyrase sehingga menghambat relaksasi dari superkoil DNA dan merusak untai DNA
bakteri.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan ,Asbury. Oftalmologi Umum.Ed: 17.Jakarta:EGC.2010
2. Marieb EN, Hoehn K. 2007. Human Anatomy and Physiology. Ed ke-7. New York: Pearson.
3. Sidarta ilyas,Sri Rahayu Yulianti. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2014

13

Anda mungkin juga menyukai