Pembimbing, Penguji,
IDENTITAS
Nama : An. ABS
Usia : 7 Tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No. CM : 120116710
Alamat : Gunung Pati
Pekerjaan : Pelajar
Debitur : JKN Non PBI
ANAMNESIS
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Januari 2020 Pukul 09.00 WIB
(Alloanamnesis) di Poli Mata Puskesmas Gunung Pati
Keluhan Utama : Mata Merah
Riwayat Penyakit Sekarang :
±1 hari SMRS, pasien mengeluhkan mata kanan dan kiri memerah semenjak bangun
tidur. Keluhan disertai rasa gatal, nrocos dan keluar kotoran mata. Pasien mencoba
mengurangi keluhan dengan meneteskan obat tetes mata dari warung, namun mata masih
tetap merah. Pasien merupakan seorang pelajar dan sering memiliki kegiatan di lapangan.
Keluhan batuk pilek (+), demam (-), pandangan kabur (-), dan mata cekot cekot (-). Orang
tua pasien juga mengatakan bahwa biasanya setelah makan, mata pasien terkadang
bengkak tanpa disertai mata merah, kemudian dapat hilang tanpa pemberian obat, tetapi
orang tua tidak pernah tau makanan yang menyebabkan mata bengkak.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit mata merah sebelumnya (-)
Riwayat alergi (+)
Riwayat menggunakan softlens (-)
Riwayat aktivitas fisik (+)
Riwayat trauma (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat rinitis (-)
Riwayat dermatitis (-)
Riwayat berenang di kolam umum tanpa menggunakan kacamata renang (-)
Riwayat batuk pilek sebelum keluhan saat ini (+)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa (-)
Riwayat Sosio Ekonomi :
Riwayat keluhan serupa di lingkungan sekolah dan rumah (-)
Pasien merupakan seorang pelajar, tinggal bersama orangtua.
Pembiayaan dengan JKB Non PBI
Kesan ekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 29 Januari 2020 Pukul 09.00 WIB di Poliklinik
Mata Puskesmas Gunung Pati
Status Praesens :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital : TD : 110/67mmHg RR : 18x/menit
Nadi : 83x/menit Suhu : 36,5˚C
BB/TB : 14 Kg / 1,28 meter
Kepala : Mesocephal, Pembesaran kelenjar preaurikuler -/-
Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan nnll : Pre aurikula -/-
Submandibula -/-
Status Ophtalmologi :
RINGKASAN :
Seorang laki-laki usia 7 tahun datang dengan keluhan kemerahan pada kedua mata sejak
±1 hari SMRS. Kedua mata disertai rasa gatal, nrocos dan keluar kotoran mata. Pasien
mencoba mengurangi keluhan dengan meneteskan obat tetes mata dari warung, namun
mata masih tetap merah. Pasien merupakan seorang pelajar dan sering memiliki kegiatan
di lapangan. Keluhan batuk pilek (+), demam (-), pandangan kabur (-), mata cekot-cekot
(-) dan aktivitas diluar ruangan (+). Orang tua pasien juga mengatakan bahwa biasanya
setelah makan, mata pasien terkandang bengkak tanpa disertai mata merah, kemudian
dapat hilang tanpa pemberian obat, tetapi orang tua tidak pernah tau makanan yang
menyebabkan mata bengkak.
Pemeriksaan fisik :
Status generalis dan status internus dalam batas normal.
Status oftalmologi :
Oculi Desxtra Oculi Sinistra
6/6 VISUS 6/6
Injeksi konjungtiva (+), KONJUNGTIVA Injeksi konjungtiva (+),
papil (+), folikel (-), sekret PALPEBRA papil (+), folikel (-), sekret
(+) serous (+) serous
Sekret (+) serous KONJUNGTIVA Sekret (+) serous
FORNIKS
Injeksi konjungtiva (+), KONJUNGTIVA BULBI Injeksi konjungtiva (+),
kemosis (-). Sekret (+) kemosis (-). Sekret (+)
serous serous
DIAGNOSIS KLINIS :
ODS konjungtivitis alergi
DIAGNOSIS BANDING :
ODS konjungtivitis et causa virus
ODS konjungtivitis et causa bakteri
TERAPI :
Kompres dingin pada kedua mata 4-6x sehari selama 15-20 menit untuk
mengurangi bengkak
Tetes mata artificial (sodium chloride 4,4mg dan kalium chloride 0,8mg) 1 tetes
pada masing-masing , 4 kali sehari
PROGNOSIS :
Tabel 2. Prognosis
Mata kanan Mata kiri
Quo ad visam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam Ad bonam
USUL :
Edukasi mengenai penyakit, tatalaksana yang diberikan dan prognosis.
EDUKASI :
Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya disebabkan oleh alergi, sehingga
penyakit ini dapat berulang jika terpapar oleh alergen.
Menjelaskan pada pasien agar menjaga kesehatan dan kebersihan mata
Pasien diminta untuk meneteskan, meminum dan menggunakan obat secara
teratur dan menjaga daya tahan tubuh, dengan memakan makanan yang bergizi
dan istirahat yang cukup untuk mempercepat penyembuhan penyakit.
Membatasi aktivitas fisik di lapangan.
BAB III
PEMBAHASAN
I. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
goblet yang berfungsi membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri
atas tiga bagian, yaitu:
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus.
Konjungtiva bulbi yang menutupi sklera.
Konjungtiva fornises atau forniks yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.4
Pada laporan kasus ini, seorang pasien laki laki usia 7 tahun didiagnosis menderita
ODS konjungtivitis atopik berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Dari gejala dan keluhan yang didapat berdasarkan anamnesis, tidak didapatkan
keluhan nyeri, fotofobia, dan pandangan kabur. Pandangan kabur dapat muncul bila ada
gangguan pada fungsi refraksi, media refrakta atau saraf optikus sehingga pada kasus
kecurigaan keterlibatan ketiga komponen tersebut dapat disingkirkan. Keluhan utama
mata merah tanpa disertai penurunan visus masih dapat didiagnosis banding dengan
penyakit mata seperti konjungtivitis, pterigium, perdarahan subkonjungtiva, benda asing
di konjungtiva, dan episkleritis-skleritis.
Penegakkan diagnosis konjungtivitis atopik dilihat berdasarkan data dari
anamnesis sacred seven dan fundamental four. Keluhan utama mata merah baru saja 1
hari menandakan bahwa proses yang terjadi merupakan proses akut. Orang tua pasien
mengatakan bahwa di lingkungan sekitar tidak ada yang menderita mata merah serupa
sehingga diangnosis konjungtivitis viral atau bakteri dapat disingkirkan. Sebelumnya,
pasien terkadang mengalami mata bengkak tanpa disertai mata merah setelah makan dan
sembuh sendiri tanpa pemberian obat dan didapatkan faktor resiko seperti pasien sering
melakukan aktivitas di luar ruangan dapat menjadi data dasar yang mengerucutkan arah
diagnosis menuju konjungtivitis alergi..
Pada anamnesis didapatkan datang dengan keluhan kemerahan pada kedua mata
sejak ±1 hari SMRS. Kedua mata disertai rasa gatal, nrocos dan keluar kotoran mata.
Pasien mencoba mengurangi keluhan dengan meneteskan obat tetes mata dari warung,
namun mata masih tetap merah. Pasien merupakan seorang pelajar dan sering memiliki
kegiatan di lapangan. Keluhan batuk pilek (+), demam (-), pandangan kabur (-), mata
cekot-cekot disangkal (-) dan aktivitas diluar ruangan (+). Orang tua pasien juga
mengatakan bahwa biasanya setelah makan, mata pasien terkadang bengkak tanpa
disertai mata merah, kemudian dapat hilang tanpa pemberian obat, tetapi orang tua tidak
pernah tau makanan yang menyebabkan mata bengkak.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan pembesaran limfonodi preaurikuler dan
tidak didapatkan adanya demam. Pada pemeriksaan oftalmologi kedua mata didapatkan
adanya palpebra bengkak (+), injeksi konjungtiva (+), sekret (+) serous.
Pada pasien ini diberikan terapi berupa kompres dingin pada kedua mata,
pemberian tetes mata artificial (sodium chloride 4,4mg dan kalium chloride 0,8m)g pada
kedua mata. Kompres dingin pada kedua mata 4-6 kali sehari selama 15-20 menit untuk
mengurangi bengkak. Pemberian tetes mata artificial untuk membantu menghilangkan
debris dan mengurangi iritasi.
Pada pasien ini diberikan edukasi bahwa pasien mengalami peradangan pada
selaput lendir bola mata yang disebut dengan konjungtivitis yang kemungkinan
dikarenakan alergi. Selain itu juga dijelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang
dideritanya tidak menular tetapi dapat kambuh jika terpapar oleh alergen. Pasien juga
diminta untuk menjaga kesehatan, kebersihan mata, tidak mengucek mata, menjaga
kebersihan rumah dan untuk mengurangi kegiatan diluar ruangan. Pasien diminta untuk
meneteskan obat secara teratur dan rajin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Solano D, Czyz CN. Viral Conjunctivitis. [Updated 2019 Dec 16]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470271/
2. Majmudar. 2010. Conjunctivitis, Alergic, Departement of Ophthalmology: Rush.
Presbytarian-St. Luke’s Medical Center.
dari: hhtp://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview.\
3. Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit
Mata. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2004
4. Ilyas, Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima.
Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
5. Tsai JC, Denniston AKO, Murray PI, Huang JJ, Aldad TS. Oxford American
Handbook of Ophtalmology. New York: Oxford University Press; 2011
6. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology Edisi ke-4. New Delhi: New Age
Internasional; 2007
7. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya
Medika; 2000
8. Supriyatno, Bambang dkk. 2012. Current Management in Pediatric Allergy and
Respiratory Problems. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM
9. La Rosa M, Lionetti E, Reibaldi M, Russo A, Longo A, Leonardi S, Tomarchio
S, Avitabile T, Reibaldi A. Allergic conjunctivitis: a comprehensive review of the
literature. Ital J Pediatr. 2013 Mar 14;39:18. doi: 10.1186/1824-7288-39-18.
PMID: 23497516; PMCID: PMC3640929.