Anda di halaman 1dari 15

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGOR

Nama : Vanya Genevieve Orapau Tanda Tangan

NIM : 112014105 ........................................

Dokter Pembimbing/Penguji: dr. Nanda Lessi, Sp.M ....

I. IDENTITAS
Nama : Ny. AS
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kp. Cibogo
Tanggal pemeriksaan : 14 Januari 2017

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 14 Januari 2017, Pkl. 10:00 WIB
Keluhan utama : Mata kiri merah sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan tambahan : Terasa gatal dan berair.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh mata kirinya merah sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu, os juga
mengeluhkan bahwa matanya sering berair hingga air matanya menetes. Keluhan mata
berair ini sudah lama dirasakan sebelum matanya merah. Os juga mengatakan bahwa
matanya terasa gatal sehingga ia sering mengucek matanya. Keluhan perih pada mata
disangkal, keluhan penglihatan kabur disangkal, keluhan adanya benjolan di depan telinga
disangkal, riwayat operasi mata sebelumnya disangkal, riwayat kencing manis disangkal.
Os mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan ia mengatakan rajin kontrol ke dokter.
Os juga sebelumnya belum pernah berobat dikarenakan ia sibuk bekerja sehingga belum
ke dokter untuk memeriksakan matanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Umum
a. Asma : tidak ada
b. Alergi : tidak ada
c. DM : tidak ada
d. Hipertensi : ada
1
e. Dislipidemia : tidak ada
2. Mata
a. Riwayat sakit mata sebelumnya : tidak ada
b. Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada
c. Riwayat operasi mata : tidak ada
d. Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


a. Penyakit mata serupa : tidak ada
b. Penyakit mata lainnya : tidak ada
c. Hipertensi, DM, Jantung, Asma : tidak ada
d. Alergi : tidak ada

Riwayat Pengobatan
Tidak ada

III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital : TD 140/90 mmHg; HR 90 x/menit; RR 19 x/menit; T 36,6oC
d. Kepala/leher : Normocephali, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
e. Mulut : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
f. Paru : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
g. Jantung : BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
h. Abdomen : Supel, bising usus (+), nyeri (-)
i. Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Ophtalmologi
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 20/20 20/20
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia pupil - -
- Persepsi warna - -
2
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - +
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis - +
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - +
- Injeksi Siliar - -
- Perdarahan - -
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik

3
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Cukup
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall - -
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Kolobama - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak Langsung + +

12. LENSA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow Tidak dilakukan Tidak dilakukan
13. BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
14. FUNDUS OCCULI : Tidak dilakukan
- Batas - -
- Warna - -
- Rasio arteri : vena - -
- C/D rasio - -
- Makula lutea - -
- Eksudat - -
- Perdarahan - -
- Sikatriks - -
- Ablasio - -
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli - -
4
- Tonometry Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak ada

V. RESUME
Pasien mengeluh mata kirinya merah sejak 1 minggu yang lalu. selain itu, pasien juga
mengatakan bahwa matanya sering berair hingga air matanya menetes dan terasa gatal
pada matanya.
Status Oftalmologi:
OD OS
Visus 20/20 20/20
Palpebra Tenang Tenang
Cts Tenang Tenang
Cti Tenang Tenang
Cb Injeksi Konjungtiva (+) Injeksi Konjungtiva (+)
C Jernih Jernih
CoA Cukup Cukup
P Bulat, 3 mm, RC + Bulat , 3 mm, RC +
I Sinekia (-) Sinekia (-)
L Jernih Jernih

VI. DIAGNOSIS KERJA


Konjungtivitis Bakterial OS dan Obstruksi Duktus Nasolakrimalis
VII. DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis Virus OS
Konjungtivitis Alergi OS
Keratitis

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


a. Slitlamp
b. Pemeriksaan mikrobiologik kerokan konjungtiva
c. Uji Anel

IX. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
a. Levofloxacin ED 6 x 1 tetes.
b. Kalium Chloride; Sodium Chloride ED 6 x 1 tetes.

5
Edukasi:
a. Menjelaskan tentang penyakit yang dideritanya.
b. Menjelaskan kepada pasien untuk memakai tetes mata sesuai dengan yang
disarankan dokter.
c. Melakukan massage pada pangkal hidung ke arah inferior dilakukan satu-dua
menit tiap hari.
X. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam ad bonam

Tinjauan Pustaka

Konjungtivitis Bakterial OS dan Obstruksi Duktus Nasolakrimalis

Pendahuluan
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau peradangan selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.
Penyebab konjungtivitis antara ain adalah bakteri, klamidia, alergi, viral. Gambaran yang
terlihat pada konjungtivitis adalah hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva),
lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata pada pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak
membengkak, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, mata terasa seperti adanya
benda asing dan dapat juga terjadi adenopati preaurikular.1
Obstruksi duktus nasolakrimalis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis (saluran
yang mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke hidung). Pada bayi, obstruki ini terjadi
akibat kelianan bawaan sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi akibat dakriolit dan
dapat terjadi akibat dakriosistitis.1

Anatomi
1. Anatomi Sistem Lakrimal
Sistem ekskresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem
ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrima, sakus lakrimal, duktus

6
nasolakrimal dan meatus inferior.1
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yakni:
a. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di sistem
temporo antero superior rongga orbita.
b. Sistem ekskresi, yang terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikulilakrimal, sakus
lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga
orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di
dalam meatus inferior.1
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk ke dalam
sakus lakrmalis melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak menyinggung bola
mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora
juga akan terjadi akibat pengeluara air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.1
Untuk melihat adanya sumbatan dari duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan
penekanan pada sakus lakrimal/ bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis,
maka cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.1
2. Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sclera dan kelopak mata
bagian belakang. Berbagai macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva.
Konjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh sel goblet.1
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal ini sukar digerakkan dari
tarsus.
b. Konjungtiva bulbi, menutupi sclera dan mudah digerakan dari sclera dibawahnya.
c. Konjungtiva forniks, merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di
bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

Definisi
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau peradangan selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Penyebab
konjungtivitis antara ain adalah bakteri, klamidia, alergi, viral.1
Obstruksi duktus nasolakrimalis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis (saluran yang
mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke hidung). Pada bay, obstruki ini terjadi akibat
7
kelianan bawaan sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi akibat dakriolit dan dapat
terjadi akibat dakriosistitis.1

Etiologi
Konjungtivitis bakteri umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Pseudomonas pyocyanea, Neisseria
gonorrhoeae, Neisseria meningitidis, Corynebacterium diphtheriae, Haemophilus
influenzae.2,3
Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke dalam hidung
melalui duktus nasolakrimalis. Jika saluran ini tersumbat, air mata akan menumpuk dan
mengalir secara berlebihan ke pipi. Penyumbatan bisa bersifat parsial (sebagian) atau total.
Penyumbatan duktus nasolakrimalis (dakriostenosis) bisa terjadi akibat:
a. Gangguan perkembangan sistem nasolakrimalis pada saat lahir (ODNLK)
b. Infeksi hidung menahun
c. Infeksi mata yang berat atau berulang
d. Patah tulang (fraktur) hidung atau wajah
e. Tumor
Obstruksi duktus nasolakrimal kongenital (ODNLK) merupakan gangguan sistem
lakrimal yang paling lazim, terjadi pada sampai 5% bayi baru lahir. Biasanya disebabkan
kanalisasi yang tidak lengkap duktus nasolakrimalis dengan membrane sisa pada ujung
bawah duktus nasolakrimalis, dimana duktus ini masuk rongga hidung.

Epidemiologi
Konjungtivitis bakteri terjadi pada semua ras dengan perbedaan frekuensi dapat
tercermin dari variasi geografis prevalensi bakteri patogen. Prevalensi konjungtivitis bakteri
pada laki-laki dan perempuan sama. Perbedaan tingkat infeksi terjadi pada pola lingkungan
dan perilaku. Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan konjungtivitis bakteri.4
Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Diperkirakan 10% dari
jumlah penduduk Indonesia seluruh golongan umur pernah menderita konjungtivitis. Data
lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat
kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%).1
Prevalensi terjadinya obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital di Amerika Serikat
adalah sebesar 2-4% dari seluruh kelahiran dan sepertiganya mengalami obstruksi duktus
nasolakrimal bilateral. Obstuksi duktus nasolakrimalis primer lebih tinggi pada wanita dan
pada usia lanjut. Hal ini disebabkan anatomi fossa lakrimal bagian bawah dan duktus
8
nasolakrimal bagian tengah. Terdapat perubahan dimensi anteroposterior pada tulang kanal
nasolakrimal pada pasien osteoporosis.5

Patofisiologi
1. Konjungtivitis
Konjungtiva merupakan organ yang terpapar banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata
dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi,
mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap
menghanyutkan air mata ke duktus lakrimalis dan air mata mengandung substansi
antimikroba termaskl lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel
konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau
granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan
hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari
stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan
fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.2
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks
dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan
sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi
ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air
mata.2
2. Obstuksi Duktus Nasolakrimalis
Obstuksi duktus nasolakrimalis primer lebih tinggi pada wanita dan pada usia lanjut.
Hal ini disebabkan anatomi fossa lakrimal bagian bawah dan duktus nasolakrimal
bagian tengah. Terdapat perubahan dimensi anteroposterior pada tulang canal
nasolakrimal pada pasien osteoporosis. Hal lain yang mempengaruhi terjadinya
obstruksi adalah fluktuasi hormon, menstruasi, dan sistem imun. Perubahan hormon
menyebabkan perubahan secara general re-epitelisasi di tubuh termasuk di sakus dan
duktus nasolakrimal.5
Obstruksi duktus nasolakrimal sekunder, disebabkan karena infeksi, inflamasi,
mekanikal, tumot, trauma. Bakteri seperti Actinomyces, Propionibacterium,
9
Fusobacterium, Bacteriodes, Mycobacterium, Chlamydia. Pada infeksi virus, obstruksi
disebabkan kerusakan substansia propia dari jaringan elastis kanalikuler dan atau
perlekatan baris membran epitel kanalikuli. Jamur juga dapat menimbulkan sumbatan
melalui sumbatan batu, atau dakriolit.5

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi
konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis
bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami
gangguan pada konjungtivitis bakteri.1
Gejala yang timbul pada obstruksi duktus nasolakrimalis biasanya adalah epifora.
Selain itu, untuk menilai adanya obstruksi pada duktus nasolakrimalis maka dapat dilakukan
penekanan pada sakus lakrimal bila terdapat penyumbatan maka cairan berlendir kental akan
keluar melalui pungtum lakrimal.1

Diagnosis Banding Konjungtivitis


1. Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis virus biasanya injeksi konjungtiva tidak separah pada konjungtivitis
bakterial dan dapat terjadi kemosis ataupun tidak. Biasanya eksudatnya adalah serous
dan biasanya sering terdapat nodul preaurikular.1

Gambar 1. Konjungtivitis Virus


2. Konjungtivitis Alergi
Pada konjungtivitis alergi biasanya terdapat papil pada konjungtiva tarsalis superior
dan sering dijumpai adanya kemosis. Biasanya eksudatnya putih dan lengket.1

Gambar 2. Konjungtivitis Alergi


Tabel 1. Diagnosis Banding Konjungtivitis
Tanda Bakterial Viral Alergik
Injeksi konjungtiva Mencolok Sedang Ringan
Hemoragi + + -
10
Kemosis ++ +/- ++
Eksudat Purulen/mukopurulen Jarang, serous Putih
Pseudomembran +/- - -
Papil +/- - +
Folikel - + -
Nodus preaurikuar + ++ -
Panus - - - (kecuali vernal)

3. Keratitis
Keratitis merupakan peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap terapi topikal dan
konjungtivitis menahun. Gejala-gejala yang timbul pada keratitis memberikan gejala
mata merah, rasa silau, merasa kelilipan serta mengalami penurunan tajaman
penglihatan. Pada pemerikasaan fisik dijumpai injeksi siliar dan infiltrat pada kornea.1

Gambar 3. Injeksi Siliar pada Keratitis


Tabel 2. Perbedaan Konjungtivitis dan Keratitis

Tanda Konjungtivitis Keratitis


Tajam penglihatan Normal Turun
Silau Tidak ada Ada
Sakit Pedes, rasa kelilipan Sakit
Mata merah Injeksi konjungtiva Injeksi siliar
Sekret Serous/mukos/purulen Tidak ada
Lengket kelopak Terutama pada pagi hari Tidak ada
Pupil Normal Mengecil

Pemeriksaan Penunjang
1. Pewarnaan kerokan dan eksudat
Penegakan diagnosa konjungtivitis bacterial dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pewarnaan gram atau
giemsa. Pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan
konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua
kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau pseudomembran.4
2. Uji Anel
Uji anel ini adalah uji untuk mengetahui fungsi ekskresi dari sistem lakrimal.
Diberikan anestesia topikal dan dilakukan dilatasi pungtum lakrimal. Jarum anel
dimasukkan pada pungtum dan kanalikuli lakrimal. Dilakukan penyemprotan garam
fisiologik. Ditanyakan apakah pasien merasa cairan masuk ke dalam tenggorokannya,

11
atau dilihat apakah terjadi refleks menelan pada pasien. Bila hal ini ada, maka fungsi
ekskresi lakrimal baik. Sedang bila tidak, maka terdapat penyumbatan duktus
nasolakrimal.1

Gambar 4. Uji Anel

Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat
memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan
kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang
mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang
terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Massage daerah lakrimal menjadi pilihan pertama pada penatalaksanaan obstruksi
duktus nasolakrimalis. Massage dengan tekanan pada pangkal hidung ke arah inferior
dilakukan satu-dua menit tiap hari. Bila dalam jangka waktu tiga bulan tidak
menunjukkan perbaikan maka irigasi berulang merupakan langkah berikutnya yang
dilakukan sampai anak berusia 1(satu) tahun. Batas usia ini tidak mutlak, apabila tanda
radang tidak ada maka irigasi dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun.
2. Farmakologi
Pengobatan pada konjungtivitis bakterial terkadang diberikan sebelum pemeriksaan
mikrobiologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin,
kloramfenikol, tobramisin, eritromisin dan sulfa. Bila pengobatan tidak memberikan
hasil degan antibiotiksetelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil
pemeriksaan mikrobiologik.1
3. Dakriosistorinostomi

12
Dakriosistorinostomi adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk membuat
anastomosom antara sakus lakrimal dan kavitas nasal melalui ostium tulang.
Dakriosistorinostomi dilakukan bila terdapat infeksi rekuren dracyosistitis, refluks
muokoid kronik, nyeri pada sakus lakrimalis, dan epifora yang mengganggu.
Pembedahan ini dilakukan pada keadaan peradangan tidak sedang dalam eksaserbasi
akut.

Gambar 5. Dacryocystorhinotomy
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada konjungtivitis adalah seperti ulkus pada kornea dan
terjadinya infeksi sekunder. Sedangkan komplikasi obstruksi duktus nasolakrimal antara lain
adalah mukokel, dermatitis (pada kelopak mata), selulitis, granuloma pyogenik dan
dakriosistitis.

Prognosis
Konjungtivitis bakterial umumnya baik dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan
yang berlangsung 10-14 hari dan jika diobati berlangsung 1-3 hari. Penyulit konjungtivitis
yang disebabkan oleh golongan gonokokus karena dapat masuk ke dalam darah yang
menyebabkan septikemia dan meningitis. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak
dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.2

Kesimpulan
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau peradangan selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Penyebab
konjungtivitis antara lain adalah bakteri, klamidia, alergi, viral. Gambaran yang terlihat pada
konjungtivitis adalah hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat
13
dengan sekret yang lebih nyata pada pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak,
hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, mata terasa seperti adanya benda asing
dan dapat juga terjadi adenopati preaurikular. Penatalaksanaan pada konjungtivitis bakterial
biasanya adalah pemberian antibiotik tetes mata, namun jika tidak menunjukan hasil maka
selama 3-5 hari maka disarankan untuk menunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Obstruksi duktus nasolakrimalis adalah penyumbatan duktus nasolakrimalis (saluran
yang mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke hidung). Pada bayi, obstruki ini terjadi
akibat kelianan bawaan sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi akibat dakriolit dan
dapat terjadi akibat dakriosistitis. Gejalanya adalah biasanya seringnya terjadi epifora.
Penatalaksanaannya adalah dapat dilakukan massage pada pangkal hidung ke arah inferior
dilakukan satu-dua menit tiap hari.

Daftar Pustaka
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2013. h.
2-3, 104-8, 121-31.
2. Khurana AK. Disease of the Conjunctiva. Dalam : Khurana AK. Author.
Comprehensive Opthalmology. 4th Ed. New Delhi: New Age International; 2007. p.
51-87.
3. Cavuoto K, et al. Update on Bacterial Conjunctivitis in South Florida. Vol 115.
American Academy of Ophthalmology; 2008. p. 51-6.
4. Garcia FJ, Schwab IR. Conjunctivitis. Dalam Eva PR, Whitcher JP. Editors. General
Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill; 2007.

14
5. Camara. 2010. Nasolacrimal Duct Obstruction. (Dikutip dari :
http://emedicine.medscape.com/article/1210141-overview , 15 Januari 2017)

15

Anda mungkin juga menyukai