Anda di halaman 1dari 47

Case report seasion

Trauma Termal Okuli

Aulia Rahmi 1310312078


M.Asyrof Habibie 1310312077
Raihandi Putra 1310311011
Rizkha Amaliya 1310312031

Preseptor : dr. Getry Sukmawati, Sp.M (K)


dr. HavrizaVitresia, Sp.M (K)
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN:
 Nama : Tn. Robi
 Umur : 22 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Pesisir Selatan
 Tanggal pemeriksaan : 2 Juni 2017

ANAMNESIS:
 Seorang laki-laki berusia 22 tahun datang ke IGD unit surgikal RS. Dr. M. Djamil Padang
tanggal 29 Mei 2017 dengan:

Keluhan Utama:
 Kedua mata kabur sejak ±7 jam sebelum masuk RS
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Kedua mata kabur sejak ±7 jam sebelum masuk RS
 Sebelumnya pasien terkena ledakan petasa
 Nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat mata kabur sebelumnya (-)
 Riwayat penggunaan kaca mata seblumnya (-)
 Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
 Riwayat infeksi pada mata sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama

-
OD OS
STATUS OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 1/300 20/40

Visus dengan koreksi Tidak dilakukan

Refleks fundus - +

Trikiasis (-) Trikiasis (-)


Silia / supersilia
Madarosis (-) Madarosis (-)

Palpebra superior Edema (+), hamatom (+) Edema (+), hematom (+)

Palpebra inferior Edema (+), hematom (+) Edema (+), hematom (+)

Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal

Inj. Konjuntiva (+), Inj. Siliaris


Konjungtiva Tarsalis Inj. Konjuntiva (+), Inj. Siliaris (+)
(+)

Konjungtiva Forniks Hiperemis (+) Hiperemis (+)

Inj. Konjuntiva (+), Inj. Siliaris


Konjungtiva Bulbii
Inj. Konjuntiva (+), Inj. Siliaris (+) (+)
Sklera Warna putih Warna putih

Edema (+) desc fold (+), erosi (+)


Kornea Edema (+) desc fold (+), erosi (+) disentral ±3mm
disentral ±3mm

Kamera Okuli Anterior Koagulum (+) Cukup dalam

Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)

Pupil Bulat, Rf (+/+), diameter 3 mm Bulat, Rf (+/+), diameter 3 mm

Korpus vitreum Jernih Jernih


Fundus :
- Media Keruh Jernih
- Papil optikus Bulat, batas tegas, c/d 0,3-0,4
- Makula Refleks fovea (+)
Tidak dapat dinilai
- aa/vv retina 2:3

- Retina Perdarahan (-), eksudat (-)

Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan N (1)


Posisi bulbus okuli Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Gambar
Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi Indirek
 USG
Diagnosis Kerja
Trauma termis grade 1 ODS
Hifema traumatika grade 1 OD
Diagnosis banding
Trauma kimia et causa bahan kimia petasan
Terapi :
 Sulfat atropin 3x1 tetes
 Ciprofloxacin 2x500 mg
 Cendo lyteers 6 kali ODS
 Cendo mycetin 3 kali OD
Prognosis :
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanactionam: bonam
Latar Belakang
 Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan
kebutaan pada satu mata yang dapat dicegah.
 Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang dapat
menimbulkan perlukaan pada mata.
 Trauma okuli dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia,
trauma termal, trauma fisik, dan trauma tembus berdasarkan mekanisme trauma.
Latar Belakang
 Di dunia, kira-kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta
mengalami penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami
penurunan fungsi penglihatan unilateral akibat trauma okuli.
 Kejadian trauma bakar yang mengenai mata berkisar antara 7%-18% dan cedera
mata ini mengenai 3%-4% dari semua kecelakaan kerja. Sebagian besar kasus
tersebut 84% karena trauma kimia, sementara 16% karena trauma termal.
Latar Belakang
 Komplikasi yang ditimbulkan akibat trauma okuli dapat meliputi semua bagian
mata, yaitu komplikasi pada kelopak mata, permukaan bola mata, kamera okuli
anterior, vitreus, dan retina.
 Penanganan dini trauma okuli secara tepat dapat mencegah terjadinya kebutaan
maupun penurunan fungsi penglihatan.
 Penanganan trauma okuli secara komprehensif dalam waktu kurang dari 6 jam
dapat menghasilkan hasil yang lebih baik.
Batasan Masalah
 Membahas anatomi bola mata, definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, gambaran
klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari trauma termal okuli.
Tujuan Penulisan
 Memahami dan menambah pengetahuan penulisan mengenai trauma termal okuli.
Metode Penelitian
 Menggunakan berbagai literatur sebagai sumber kepustakaan.
Anatomi Bola Mata
 Mata adalah suatu
struktur sferis berisi
cairan yang dibungkus
oleh tiga lapisan. Dari
luar ke dalam, lapisan–
lapisan tersebut adalah :
(1) sklera/kornea,
(2) koroid/badan
siliaris/iris, dan
(3) retina.
Lapisan luar bola mata
 Terdiri atas bagian posterior yang opaq atau sklera dan bagian anterior yang
transparan atau kornea.
 Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak putih.
 Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus.
 Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang
masuk ke mata.
Lapisan tengah bola mata
 Terdiri dari :
(1) koroid, merupakan segmen posterior uvea, diantara sklera dan retina. Koroid di
sebelah dalam dibatasi oleh membran Bruch dan disebelah luar oleh sklera.
(2) korpus siliare (bagian posterior bersambung dengan koroid dan ke anterior terletak
di belakang tepi perifer iris) terdiri atas korona siliaris, prosessus siliaris dan muskulus
siliaris.
(3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di
pusatnya yaitu pupil) merupakan perpanjangan korpus ciliare ke anterior membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang,
serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
Lapisan dalam bola mata
 Retina merupakan lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan
yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata.
DEFINISI

 Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang dapat
menimbulkan perlukaan pada mata.
 Trauma okuli dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia,
trauma termal, trauma fisik, dan trauma tembus berdasarkan mekanisme trauma.
 Trauma termal merupakan trauma mata yang disebabkan oleh perubahan pada
suhu.
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi trauma okuli di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan sedikitnya
setengah juta di antaranya menyebabkan kebutaan.
 Di dunia: 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, 2,3 juta mengalami penurunan
fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami penurunan fungsi penglihatan
unilateral akibat trauma okuli.
 Kejadian trauma bakar yang mengenai mata berkisar antara 7%-18% dan cedera
mata ini mengenai 3%-4% dari semua kecelakaan kerja  84% karena trauma
kimia, 16% karena trauma thermal.
 Kelompok usia muda dan pria memiliki prevalensi lebih tinggi mengalami insiden
trauma  usia muda merupakan usia produktif untuk melakukan aktifitas fisik, lebih
banyak melakukan aktifitas fisik dan kegiatan/ pekerjaan yang lebih beresikOo
Etiologi

 Trauma termal umumnya terjadi akibat paparan terhadap benda/cairan/uap panas,


paparan langsung api, dan petasan.4
Klasifikasi Roper-Hall
Patogenesis
• Ledakan • Refleks penutupan
kembang api, air kelopak mata,
mendidih, uap, gerakan kepala tiba-
tiba, Bell’s
logam cair
phenomenon
Perlindun
Etiologi
gan

Kerusak-
an
Inflamasi
• Denaturasi dan biasanya • Bola mata
koagulasi protein terbatas terlindungi,
jaringan kerusakan
kelopak, alis dan
bulu mata
Manifestasi Klinis
 Nyeri pada mata
 Kemerahan/ hiperemia konjungtiva
 Mata berair
 Fotofobia
 Penurunan tajam penglihatan
 Adanya sekret
 Periorbital edem
 Ptosis
Manifestasi Klinis
 Kerusakan kelopak mata
 Kerusakan jaringan lunak yang berdekatan: pipi, hidung, dahi dan daerah temporal
 Gabungan kerusakan kelopak mata dan jaringan lunak
 Kerusakan langsung terhadap bola mata
Diagnosis
1. Anamnesis
 Kejadian yang menyebabkan cedera
 Deskripsi detail mekanisme cedera
 Waktu terjadi trauma
 Tempat terjadinya trauma
 Komposisi IOFB (Intra Ocular Foreign Body) dan adanya agen kimia lainnya.
 Riwayat okular sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan awal kelopak mata


 Kedalaman dan derajat luka bakar pada kelopak mata serta area wajah
 Penilaian adanya alis mata dan bulu mata
 Nilai adanya edema konjungtiva
 Mekanisme perlindungan berupa Bell’s phenomenon terjadi atau tidak
 Penilaian adanya benda asing
b. Pemeriksaan Oftalmologik
 Tes fungsi penglihatan
 Pergerakan bola mata
 Slit lamp: konjungtiva, kornea, sklera, COA, iris dan sudut, lensa, TIO
 Oftalmoskopi
c. Pemeriksaan Penunjang
 Ultrasonografi, mengkarakteristikkan anatomi okular internal secara akurat dan
mendeteksi IOFB
 CT scan, sering digunakan pada pasien trauma periokular atau okular berat
 MRI, memberikan gambaran jaringan lunak yang lebih bagus dan membantu
evaluasi IOFB nonmagnetik seperti kayu atau kaca
Differential Diagnosis
 Trauma kimia
-> gambaran kerusakan kornea yang berat berupa erosi epitel kornea, kekeruhan
kornea, sulit melihat pupil atau iris dan terjadi iskemia limbus, sehingga
gambarannya mirip dengan trauma termal berat
Tatalaksana
Panas
Reflek penutupan kelopak mata yang cepat , Bell’s phenomenon, dan gerakan refleks jauh dari
sumber panas biasanya membatasi kerusakan pada bola mata dari api. Panas adalah faktor
utama peradangan dan pengeluaran stroma serta bisa menyebabkan kolagen mencair jika
keadaan sudah parah.Tujuan utama terapi untuk:
1. Meringankan ketidaknyaman
2. Mencegah peradangan kornea sekunder, ulserasi, dan perforasi dari infeksi atau dari
paparan yang disebabkan oleh kerusakan kelopak mata
3. Minimalkan jaringan parut kelopak mata dan malfungsi yang berkelanjutan
 Antibiotik profilaksis membantu mencegah infeksi kelopak mata dan / atau mengurangi
kemungkinan ulserasi kornea menular
 Kortikosteroid topikal membantu menekan iridocyclitis, tetapi dia juga dapat menghambat
penyembuhan luka -> gunakan hati-hati
Radiasi Ultraviolet
Penyebab paling umum dari cedera mata yang diakibatkan oleh sinar UV adalah paparan
sinar matahari yang tidak terlindungi, pengelasan, dan eksposur luar ruangan yang
berkepanjangan.
Pengobatan untuk meminimalkan ketidaknyamanan dari gerakan kelopak mata, salep
antibiotik topikal, dan sikloplegik
Ionizing Radiation
Radiasi pengion melibatkan konjungtiva, kornea, dan mungkin kelenjar lakrimal. Penyembuhan
luka yang buruk adalah tanda radiasi pengion.
Tatalaksana:
 Air mata buatan
 Perban lembut
 Lensa kontak,perekat jaringan, atau tarsorrhaphy
Komplikasi:
 Kurangnya air mata
 Kehilangan sensasi kornea
 Hilangnya epitel kornea
Manajemen Awal

1. Irigasi dan pengeluaran benda asing


2. Profilaks pelumas mata
3. Pemangkasan bulu mata
4. Manajemen Luka
Luka bakar derajat ringan tanpa kontraksi kelopak mata mungkin diobati dengan salep
mata antibiotik topikal dan air mata buatan.
Prosedur Bedah
 Jahitan Tarsorrhaphy Sementara
Dengan adanya lagophthalmos yang parah pada kulit kelopak mata,
jahitan tarsorrhaphy berguna dan efektif dalam membantu penutupan.
 Bedah Tarsorrhaphy
Bedah Tarsorrhaphy dilakukan setelah 2 minggu saat terjadi kontraktur
kelopak mata.
 Tenoplasty
 Cangkok Kelopak Mata
Komplikasi
 Luka bakar mata bisa merusak lakrimal, konjungtiva, dan kelenjar kelopak mata yang bisa
menurunkan produksi air mata

 Menghambat sistem drainase lakrimal dan refleks berkedip

 Meningkatkan risiko pengeringan kornea, lecet, bisul, dan perforasi


menyebabkan gangguan visual
• Kontraksi kulit pada derajat dua dan luka bakar derajat tiga menyebabkan lagophthalmos dan
ektropion pada tahap lanjut

• Komplikasi bisa timbul seperti edema kornea, ulserasi, iskemia limbal, symblepheron, jaringan
parut konjungtiva, dan konjungtivalisasi kornea

• Katarak adalah komplikasi jangka panjang dari luka bakar listrik atau cedera radiasi UV yang
memakan waktu sekitar 6 bulan untuk berkembang
Prognosis
 Prognosis luka bakar mata tergantung kedalaman luka. Dalam kasus ringan sampai
sedang, hasilnya bagus
 Masalah utama luka bakar mata adalah ketajaman visual akhir dan kosmetik.
Dengan pengobatan segera dan intervensi oftalmologis dini, luka bakar termal
umumnya memiliki hasil visual yang baik.
Diskusi
Kasus Teori
 Pasien laki-laki usia 22 tahun, diagnosis  Kelompok usia muda dan pria memiliki
trauma termal akibat petasan prevalensi lebih tinggi mengalami
insiden trauma
 Hal ini mungkin dikarenakan usia muda
merupakan usia produktif untuk
melakukan aktifitas fisik
 kelompok pria lebih banyak melakukan
aktifitas fisik dan kegiatan/ pekerjaan
yang lebih beresiko daripada kelompok
wanita.
Kasus Teori

 Kedua mata kabur, visus 1/300 dan  penurunan visus diakibatkan adanya kekeruhan atau
koagulum pada kamera okuli anterior dan juga
mata kiri dengan visus 20/40
akibat terdapatnya edem dan erosi di kornea, media
(penurunan) refraksi
 reflek fundus pada mata kanan tidak  karena kekeruhan atau terdapat koagulum pada
ada kamera okuli anterior dan erosi pada kornea yang
menghalangi terlihatnya reflek fundus
 injeksi konjungtiva (+) dikedua mata  injeksi pada kedua mata pasien menunjukan adanya
 edem dan hemaotom baik pada inflamasi pada kedua mata
palpebra superior maupun inferior  tanda terdapat inflamasi, resusitasi cairan, ventilasi
tekanan positif, paparan ringan atau karena luka
dikedua mata bakar itu sendiri
Kasus Teori
 kornea terdapat Edema (+) desc fold  Kerusakan pada kornea (erosi) akibat luka
bakar termal sebenarnya jarang terjadi,
(+), erosi (+) namun cenderung terjadi sekunder akibat
paparan, pengeringan atau infeksi pada
kelopak mata yang sebenarnya dapat
dicegah
 Cedera langsung pada orbita atau bola
mata biasanya terbatas karena refleks
penutupan kelopak mata, gerakan kepala
tiba-tiba dan Bell’s phenomenon yang baik
 akan melindungi bola mata, sehingga
kerusakan cenderung terbatas pada bulu
mata, alis mata dan kelopak mata.
 Namun di sekitar palpebra yang masih
terbuka, bisa terjadi ulserasi kornea dan
konjungtiva
Kasus Teori

 Diberikan ciprofloksasin (oral), dan  profilaks, karena antibiotik profilaksis


cendomycetin(kloramfenikol dan (topikal dan / atau sistemik) dapat
polimiksin B sulfat) (topikal) membantu mencegah infeksi kelopak
mata dan / atau mengurangi
 Cendo lyteers, yang merupakan
kemungkinan ulserasi kornea
pembasah atau lubrikan
 antibiotik topikal terutama untuk
menutupi organisme gram negatif.
Pseudomonas eruginosa adalah organisme
yang paling umum untuk menginfeksi
kornea dalam situasi ini
 penggunaan lubrikan minimal empat
kali sehari di malam hari harus dimulai
dalam waktu 24 jam setelah terbakar
untuk melawan efek dari lagophthalmos

Anda mungkin juga menyukai