UVEITIS ANTERIOR
Dokter Pembimbing:
dr. Titiek Harsini, Sp. M
Disusun Oleh:
Fikri Adhi Wibowo
20184010155
Presentasi Kasus
UVEITIS ANTERIOR
Disusun Oleh :
Fikri Adhi Wibowo
20184010155
Mengetahui,
Doter Pembimbing
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 60tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Mata kanan dan kiri terasa seperti ada yang mengganjal sejak kurang lebih
2. Keluhan Tambahan
ODS mata pegal (+), nyeri (+), berair (+) penglihatan terasa kabur (+)
tanggal 20 juni 2020 dengan keluhan mata kanan dan kiri terasa mengganjal sejak
1 minggu yang lalu. Pada mata kanan dan kiri pasien juga mengeluh penglihatan
kabur, terasa nyeri, kemerahan, nrocos, dan silau bila terkena cahaya. Pasien
mengeluhkan terdapat rasa gatal yang terkadang muncul pada mata kanan dan kiri.
Pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada mata . Keluhan lain seperti rasa
pusing, mual, muntah, sering nyeri atau kaku pada tulang-tulang persendeian
terutama pada pagi hari disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal memiliki
terutama pada mata kanan. Pada mata kanan dan kiri keluhan pegal, nyeri, dan
silau sudah dirasakan membaik. Pada mata kanan dan kiri keluhan mengganjal
dan kemerahan sudah tidak ditemukan. Keluhan gatal dan nrocos pada mata kanan
Riwayat DM (-)
Pasien biasanya tidur jam 10 malam dan bangun jam 4 pagi. Pasien tidak
TV.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
Tanda Vital
Suhu : 36,5 C
2. STATUS OPHTALMOLOGIS
Pemeriksaan OD OS
Visus 2/60 5/30
Palpebra
Konjungtiva
tenang tenang
Hiperemis
Inj. Konjungtiva (-) (-)
Inj. Perikornea (-) (-)
Sub. Konj. Bleeding (-) (-)
Sekret
Serose (-) (-)
Mukoid (-) (-)
Purulen (-) (-)
Mukopurulen (-) (-)
N N
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Edema (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Iris / Pupil
Bentuk asimetris asimetris
Diameter 3 mm 3 mm
Kedudukan Sentral Sentral
Refleks direk (-) (-)
Refleks indirek (-) (-)
Sinekia posterior (+) Sinekia posterior (+)
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Sentral Sentral
TIO + N
D. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan slit-lamp
tonometri
D. DIAGNOSIS BANDING
ODS Konjungtivitis
ODS glaukoma
E. DIAGNOSIS KERJA
F. PENATALAKSANAAN
Tropin 3xsehari
G. PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Traktus Uvealis
Traktus uvealis terdiri dari iris, corpus cilliare, dan koroid. Bagian ini merupakan
lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh karena dan sclera. Struktur ini ikut
mendarahi retina.
Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang berasal
dari arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari sirkulus arteri
mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang merupakan anastomosis arteri siliaris
anterior dan arteri siliaris posterior longus. Vaskularisasi koroid berasal dari arteri
a. Iris
Iris adalah perpanjangan corpus cilliare ke anterior. Iris berupa permukaan pipih
dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak bersambungan
dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata
belakang, yang masing-masing berisi aqueous humor. Didalam stroma iris terdapat
sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan
posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina
kearah anterior.
Pendarahan iris didapat dari circulus major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil
parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang
Sumber:https://nei.nih.gov/health/uveitis/uveitis
b. Corpus Ciliare
Corpus ciliare yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm).
corpus cilliare terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm),
dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus ciliares berasal dari pars
plicata. Processus ciliare ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara
Ada 2 lapisan epitel siliaris yaitu satu lapisan tanpa pigmen disebelah dalam yang
luar, yang merupakan perluasan lapisan epitel pigmen retina. Procesus cilliares dan
radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat
mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai berbagai
focus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh dalam lapangan
c. Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sclera. Koroid tersusun
atas tiga lapis pembuluh darah koroid ; vesikuler besar, sedang dan kecil. Semakin
dalam pembuluh terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari pembuluh koroid
dialirkan melalui empat vena vorticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di
sebelah dalam dibatasi oleh membran bruch dan disebelah luar oleh sclera. Ruang
suprakoroid terletak diantara koroid dan sclera. Koroid melekat erat ke posterior pada
cilliares. Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina yang
menyokongnya.
Whitcher JP, editors. General Ophthalmology 17th Ed. London: McGraw Hill, 2007
B. Definisi Uveitis
jaringan di dinding mata (uvea). Uveitis sebagai tanda bahaya karena seringkali
datang secasecara tiba-tiba dan progresif untuk menjadi lebih buruk dengan cepat.
Kondisi uveitis ini dapat mempengaruhi satu atau dua mata dan terutama
mempengaruhi pada usai 20 tahun hingga 50 tahun tetapi dapat juga mempengaruhi
yang permanen.
C. Epidemiologi
Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70 tahun, angka
kejadian uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia tua umumnya uveitis
diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes zoster, dan afakia. Bentuk uveitis pada laki-laki
umumnya oftalmia simpatika akibat tingginya angka trauma tembus dan uveitis
disebabkan oleh uveitis dan komplikasinya seperti katarak sekunder, glaucoma, edema
macula cystoids atau fotoreseptor retina atau kerusakan saraf optic. Di negara maju,
sebaliknya kebutaan dari uveitis bervariasi dari 3% menjadi 10%. Di Eropa kejadian
tersebut diperkirakan antara 3% dan 7% dan di Amerika Serikat, angka terbaru dari
California mengungkapkan bahwa 10% kebutaan karena uveitis. Perbedaan yang luar
biasa dalam kejadian kebutaan antara negara berkembang dan negara maju bisa
disebabkan oleh perbedaan kondisi sosial ekonomi atau akses keperawatan medis atau
kesenjangan lain, perbedaan etiologi yang mendasari, serta adanya infeksi terutama
idiopatik diyakini sebagai proses kekebalan inflamasi organ spesifik adalah penyebab
Psoriasis s
1. Infeksi
a. Virus
CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, HIV, Epstein Barr, virus
b. Bakteri
c. Fungus
d. Parasit
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu
infeksi atau merupakan fenomena alergi. Bentuk uveitis paling sering terjadi adalah
uveitis anterior akut (iritis), umumnya unilateral dan ditandai dengan adanya riwayat
sakit, fotopobia dan penglihatan kabur, mata merah, dan pupil kecil serta ireguler.
Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada orang
dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.
Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis: yang non-
terutama timbul di bagian anterior traktus ini, yaitu iris dan korpus siliaris. Terdapat
reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan
jumlah cukup banyak dan sedikit mononuklear. Uveitis yang berhubungan dengan
Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata (humor aqueus) yang
memberi makanan kepada lensa dan kornea.(10) Radang iris dan badan siliar
fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit
lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown
(efek tyndall). Dengan adanya peradangan di iris dan badan siliar, maka timbullah
sehingga dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Selain oleh cairan bilik mata,
dinding pembuluh darah dapat juga dilalui oleh sel darah putih, sel darah merah, dan
eksudat yang akan mengakibatkan tekanan osmose cairan bilik mata bertambah dan
Cairan dengan lain-lainya ini, dari bilik mata belakang melalui celah antar lensa
iris, dan pupil ke kamera okuli anterior. Di kamera okuli anterior, oleh karena iris
banyak mengandung pembuluh darah, maka suhunya meningkat dan berat jenis
cairan berkurang, sehingga cairan akan bergerak ke atas. Di daerah kornea karena
tidak mengandung pembuluh darah, suhu menurun dan berat jenis cairan bertambah,
sehingga di sini cairan akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-sel radang dan
fibrin dapat melekat pada endotel kornea, membentuk keratik presipitat yang dari
depan tampak sebagai segitiga dengan endapan yang makin ke bawah semakin besar.
Di sudut kamera okuli anterior cairan melalui trabekula masuk ke dalam kanalis
Schlemn untuk menuju ke pembuluh darah episklera. Bila keluar masuknya cairan ini
masih seimbang maka tekanan mata akan berada pada batas normal 15-20 mmHg. Sel
radang dan fibrin dapat pula menyumbat sudut kamera okuli anterior, sehingga
alirannya terhambat dan terjadilah glaukoma sekunder. Galukoma juga bisa terjadi
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel
radang didalam bilik mata depan (BMD) yang disebut hipopion, ataupun migrasi
eritrosit ke dalam BMD dikenal dengan hifema. Akumulasi sel-sel radang dapat juga
terjadi pada perifer pupil yang disebut Koeppe nodules, bila dipermukaan iris
disebut Busacca nodules
Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblast dapat menimbulkan perlekatan antara iris
dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun antara iris
dengan endotel kornea yang disebut dengan sinekia anterior. Pada kasus berat dapat
terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior. Dapat pula
terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil. Perlekatan-
perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, akan
menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke
depan yang tampak sebagai iris bombe dan menyebabkan sudut kamera okuli
Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang yang menyebabkan organisasi jaringan
dan terjadi oklusi pupil. Peradangan badan siliar dapat pula menyebabkan kekeruhan
pada badan kaca, yang tampak seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya
peradangan ini maka metabolisme pada lensa terganggu dan dapat mengakibatkan
katarak. Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun dapat
mengakibtakan organisasi jaringan yang tampak sebagai membrana yang terdiri dari
jaringan ikat dengan neurovaskularisasi dari retina yang disebut retinitis proloferans.
Pada kasus yang lebih lanjut lagi dapat mengakibatkan ablasi retina.
F. Klasifikasi
1. Klasifikasi Anatomi
a. Uveitis anterior
Juga disebut iritis jika inflamasi mengenai bagian depan iris dan iridosiklitis jika
inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan siliar. Merupakan inflamasi yang
terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris atau keduanya yang disebut juga dengan
iridosiklitis.
b. Uveitis intermedia
Peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer retina.
c. Uveitis posterior
bersamaan.
Urutan uveitis dari yang paling sering terjadi adalah uveitis anterior, posterior,
granulomatosa
a. Non granulomatosa
Paling sering, diduga akibat alergi karena tidak pernah ditemukan kumannya dan
lebih hebat dari seluler sehingga injeksinya hebat (banyak pembuluh darah). Di iris
tidak tampak benjolan. Sinekia posterior halus-halus, oleh karena hanya mengandung
sedikit sel. Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin daripada sel. Badan kaca
tidak tampak kekeruhan. Rasa sakit hebat juga fotofobia dan visus banyak terganggu.
Pada stadium akut karena mengandung fibrin dapat terbentuk hipopion. Lebih banyak
mengenai uvea anterior. Patologi anatomis di iris dan badan siliar didapatkan sel
b. Granulomatosa
keadaan klinis saja. Timbulnya tidak akut, reaksi seluler lebih hebat dari vaskuler.
Karenanya injeksi silier tidak hebat. Iris bengkak, menebal, gambaran benjolannya
disebut Koepe Nodul. Keratik presipitat besar-besar kelabu disebut mutton fat deposit.
COA keruh seperti awan, lebih banyak sel dari fibrin. Keruh rasa sakit ringan-sedang,
fotofobia. Visus terganggu hebat oleh karena media yang dilalui cahaya banyak
terganggu. Keadaan ini terutama mengenai Uvea posterior, di koroid dominan sel
epiteloid dan sel raksasa multinukleus dengan nyeri, injeksi silier, hiperemia dan
lakrimasi akibat banyaknya sitokin yang keluar serta fotofobia. Penglihatan kabur
karena adanya permeabilitas pembuluh darah naik maka terjadinya transudasi ke bilik
mata depan.
c. Jamur : kandidiasis
h. Lain-lain : AIDS
G. Diagnosis
1. Anamnesis
5. Blefarospasme
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik tidak jauh berbeda dengan gejala yang dapat timbul pada uveitis, hasil
pemeriksaan yang didapat bervariasi tergantung dari lokasi, penyebab dan patogenesis dari
proses inflamasi yang terjadi. Pemeriksaan jaringan mata yang menyeluruh dapat
Konjungtiva
Didapatkan injeksi siliar (injeksi perilimbal, kemerahan sirkumkorneal akibat dilatasi
pembuluh-pembuluh darah limbus, merupakan karakteristik dari uveitis anterior) atau nodul
(pada sarkoidosis).
Kornea
pada permukaan endotel kornea. Presipitat tersebut tampak berupa deposit putih halus.
sedangkan presipitat berukuran besar biasanya ditemukan pada uveitis granulomatosa, yang
Presipitat Keratik
Presipitat keratik awal biasanya berwarna putih dan akan menjadi lebih berpigmen dan
mengkerut seiring dengan berjalannya waktu. Selain itu, pada kornea dapat timbul gambaran
dendrit epitel, ”geographic ulcers” atau terdapat skar pada stroma pada kasus keratouveitis
pada herpes. Mekanisme inflamasi yang terjadi pada tingkat seluler akan menimbulkan
Pada kasus-kasus uveitis anterior yang berat, dapat terjadi penimbunan fibrin dan/atau
pembentukan hipopion.
Hipopion
Iris
Ditemukan sinekia anterior yaitu iris melekat pada kornea maupun sinekia posterior yaitu
iris melekat pada lensa. Bila proses berlanjut terus maka akan timbul ”pupillary block”, ”iris
Iris Bombé
Terdapat nodul yang terdiri atas kelompok sel-sel putih tampak di tepian pupil iris
(Nodul Koeppe bila timbul pada batas pupil, dan Nodul Bussaca bila timbul pada stroma
iris) atau terdapat granuloma yang nyata.hal ini terhadi pada uveitis granulomatosa. Adanya
atrofi iris pada beberapa bagian saja merupakan ciri khas pada penyakit herpes. Pada
Lensa
komplikasi yang sering timbul dalam klinis pasien uveitis. Katarak biasanya terjadi pada
uveitis yang telah berlangsung lama atau pada uveitis dengan pemakaian kortikosteroid
jangka panjang. Pada vitreous humor, akan tampak gambaran ”snowball opacities”, berupa
infiltrasi sel-sel, yang pada umumnya terlihat pada uveitis intermediate dan sarkoidosis.
Selain itu, juga tampak adanya traksi pada retina, atau pembentukan membran siklitik
dibelakang lensa.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Silt Lamp
2. Oftalmoskopi
3. Tonometri
4. Pemeriksaan laboratorium
Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan non
spesifik, umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Sementara bagi
penderita yang tidak responsif , diusahakan untuk menemukan diagnosis etiologinya melalui
pemeriksaan laboratorium.
Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk pemeriksaan tuberkulosis dan
granulomatosa, perlu dilakukan tes untuk sifilis, foto rontgen untuk mencari kemungkinan
tuberkulosis atau sarkoidosis. Penderita muda dengan arthritis sebaiknya dilakukan tes ANA.
Pada kasus psoriasis, uretritis, radang yang konsisten, dan gangguan pencernaan, dilakukan
pemeriksaan HLA-B27 untuk mencari penyebab autoimun. Pada dugaan kasus toksoplasmosis,
1. Flouresence Angiografi
penyakit korioretinal dan komplikasi intraokular dari uveitis posterior. Flourescence Angiografi
sangat berguna baik untuk intraokular maupun untuk pemantauan hasil terapi pada pasien. Pada
Flourescence Angiografi, yang dapat dinilai adalah edema intraokular, vaskulitis retina,
neovaskularisasi sekunder pada koroid atau retina, nervus optikus dan radang pada koroid.5
5. USG
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan vitreus yang opaque, penebalan retina dan pelepasan
retina.
4. Biopsi korioretinal
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan dari gejala dan
khusus yang akan dilakukan hanya dengan alasan dan indikasi yang jelas. Dengan indikasi
yang jelas, maka pemeriksaan tersebut baru akan bernilai diagnostik. Tidak ada aturan pasti
fisik secara umum dan oftalmologik sehingga dapat ditentukan indikasi pemeriksaan
H. Diagnosis Banding
vascular
Pupil Miosis ireguler Normal Paresis sfingter
pupil(iridoplegi)
Reflek Pupil + lambat + normal -
Visus << atau normal Normal Sangat menurun
TIO >> atau normal Normal >> 80 mmHg, PAS+
Kornea Keratiitik presipitat (KP) Normal Edema
BMD Dangkal – menutup Normal Tertutup
Sekret - + -
I. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau
memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak
dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah
midriatikum.
2. Kompres hangat
Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk
meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.
Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan silier relaksasi, sehingga
dapat mengurangi nyeri dan mempercepat penyembuhan. Selain itu, midriatikum sangat
bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun melepaskan sinekia yang telah ada.
4. Anti inflamasi
Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai
berikut:
d. Methylprednisolone acetate 20 mg
Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai
terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu, dan
Terapi spesifik
Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah diketahui.
Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan berupa
antibiotik, yaitu :
Subkonjungtiva kadang juga dikombinasi dengan steroid secara per oral dengan kloramfenikol 3
Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan diatas harus
tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa memandang penyebabnya.
Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior, perlu
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis anterior.
Terapi konservatif :
tinggi.
a. Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi perlekatan
iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah
filtrasi.
3. Katarak komplikata
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan
adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan
ahli bedah.
J. Komplikasi
- Sinekia anterior
- Sinekia posterior
- Katarakak komplikata
- Glaukoma sekunder
- Oklusi pupil
- Endoftalmitis
Sinekia Anterior Sinekia Posterior
hambatan aliran aquos humor dari bilik posterior ke bilik anterior. Penupukan cairan ini
bersama-sama dengan sel radang mengakibatkan tertutupnya jalur dari out flow aquos
Uveitis yang kronis dapat mengakibatkan hiposekresi dari aqueous humor, yang berakibat
menurunnya suplai nutrisi ke struktur segmen anterior, terjadu formasi membran siklitik,
Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak. Katarak sering timbul pada
uveitis menahun. Operasi katarak sebaiknya dilakukan 3-4 bulan setelah uveitis tenang.
Prognosis operasi katarak pada kasus demikian tergantung pada penyebab uveitis.
Ablasio retina dapat timbul akibat traksi atau tarikan pada retina oleh benang-benang
vitreus. Edema kistoid makula dan degenerasi makula dapat terjadi pada uveitis anterior
yang beepanjangan. Kortikosteroid sistemik atau periokular dapat digunakan untuk terapi
edema makular, jika tidak berhasil, maka dapat digunakan terapi imunosupresif.
Berkurangnya penglihatan hingga kebutaan juga merupakan salah satu komplikasi dari
uveitis.
K. Prognosis
Uveitis merupakan kondisi penyakit yang berpotensi dalam menimbulkan kebutaan. Uveitis
juga dapat berakhir dengan komplikasi yang serius pada mata. Dengan pengobatan yang
dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan yang nyata
1. Suharjo S.U., Sundari S, Sasongko M.B. Kelainan palpebra, konjungtiva, kornea, skllera
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Heinemann, 1994.
2011.
6. Voughan Daniel G , Terjemahan Optamologi Umum edisi 14, Widya Medika, Jakarta,
2000.