Aspek
Bertujuan ke arah tercapainya kecakapan yang
vokasional dan produktif dan berguna
re-edukasi
Bertujuan ke arah terbentuknya peraturan
Aspek legislatif
perundang-undangan yang mengatur
dan administratif rehabilitasi pasien jiwa.
Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa
a. Tahap persiapan
Usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan
terapi okupasional, seleksi, evaluasi, dan latihan kerja dalam
berbagai jenis pekerjaan.
b. Tahap penyaluran/penempatan
Usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau
masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga,disamping usaha resosialisasi.
c. Tahap pengawasan
Tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke
masyarakat,dengan mengadakan kunjungan rumah (home visit)
kunjungan tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan
perawatan lanjut (after care),untuk mengetahui perkembangan
pasien,permasalahan yang dihadapi serta cara-cara
pemecahannya.
Aktivitas kegiatan untuk mencapai tujuan rehabilitasi
kesehatan jiwa menurut Anthoni (1980)
1. Terapi Okupasional
Okupasi adalah aktivitas yang terarah dan bertujuan sehingga
terapi okupasi adalah terapi yang dimanfaatkan untuk suatu
kegiatan yang berguna bagi diri kita.
Jenis Aktivitas Terapi Okupasi
Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa
Aktivitasdengan pendekatan kognitif
Aktivitas yang memacu kreativitas
Training keterampilan
Terapi bermain
2. Terapi Edukasional
Tujuannya adalah membantu pasien untuk meningkatkan
harga dirinya,tidak tertinggal pelajaran karena sedang dirawat
dan juga dapat beradaptasi dengan program pengobatan
3. Rehabilitasi Vokasional
Yaitu suatu proses dimana pasien dikaji,dilatih dan
ditempatkan sesuai dengan pekerjaannya yang dapat
membantunya mendapatkan kepuasan dan bermakna.
Kegiatan ini didasari kepada kepercayaan bahwa dengan
memberinya pekerjaan akan menghasilkan kreatifitas
kepuasan dalam berhubungan sosial dengan orang
lain,meningkatkan kebanggakan dalam menyelesaikan tugas
dan harga diri. Sebelum mengikuti terapi ini biasanya pasien
dilakukan test sikap ketrampilan,minat,kemudian diminta
mengobservasi dan memcoba salah satu jenis pekerjaan yang
diminati,kemudian dinilai kembali untuk diberikan terapi.
KEDARURATAN
PSIKIATRI
Definisi
Kasus kedaruratan psikiatri meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang
memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain :
Kondisi gaduh gelisah
Dampak tindak kekerasan
Suicide
Gejala extrapyramidal akibat penggunaan obat
Delirium
Tempat Pelayanan Kedaruratan Psikiatri
Keamanan
Terdapat tim yang terpadu yan terdiri atas berbagai disiplin ilmu.
Jumlah staf yang bertugas harus cukup terdiri atas
1. Psikiater dan/ atau dokter umum,
2. Perawat, pembantu perawat, serta idealnya terdapat juga pekerja social.
3. Diperlukan jalur komunikasi dan autoritas yang jelas.
Seluruh staf harus mengerti bahwa pasien sedang dalam keadaan distress fisik dan
kondisi emosional yang rapuh. Pengharapan dan fantasinya seringkali tidak realistis
dan ini akan mempengaruhi responsnya terhadap terapi.
Sikap, perilaku staf dan pasien, harus dijaga dan dipahami mulai saat pasien masuk
kedalam ruang gawat darurat. Tindak kekerasan tidak dapat dibenarkan atau
ditolerir, baik oleh pasien maupun staf ditempat pelayanan kedaruratan.
EVALUASI
Menilai kondisi pasien yang sedang dalam krisis secara cepat dan tepat adalah
tujuan utama dalam melakukan evaluasi kedaruratan psikiatrik.
Tindakan segera dengan pendekatan yang pragmatis, yang harus dilakukan secara
tepat adalah:
- Menentukan diagnosis awal
- Melakukan identifikasi faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan
segera sang pasien
- Memulai terapi atau merujuk pasien ke fasilitas yang sesuai
Dalam proses evaluasi, dilakukan:
Pemeriksaan Fisik :
Riwayat perjalanan penyakit
Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status fisik/ neurologic
Pemeriksaan penunjang
Alur Evaluasi dan Penatalaksanaan Pasien Gawat Darurat
Psikiatrik
Pasien rujukan Datang Pasien diantar oleh
sendiri poliisi
Triage
Triage psikiatrik
Evaluasi medik
Evaluasi psikiatrik: organik/fungsional
1. Keamanan pasien
Dokter harus memastikan bahwa situasi diruang gawat darurat, pola pelayanan dan
komunikasi antar staf, serta jumlah pasien dalam ruangan tersebut cukup aman bagi
pasien, baik secara fisik maupun emosional. Jika intervensi verbal tidak cukup atau
merupakan kontraindikasi , perlu dipikirkan pemberian obat atau pengekangan.
Perhatian perlu diberikan terhadap kemungkinan timbulnya agitasi atau perilaku
merusak.
DIAGNOSIS
Tujuannya yaitu :
1. Membantu pasien untuk dapat mengendalikan dirinya kembali
2. Mengurangi/ menghilangkan penderitaanya
3. Agar evaluasi dapat dilanjutkan sampai didapat suatu kesimpulan
akhir.
Agresif Kekerasan
Asesmen pada kondisi gaduh gelisah
Evaluasi
Singkirkan Efek samping Penilaian
adanya
kondisi fisik obat resiko
komorbiditas
Evaluasi & penatalaksanaan
Lindungi diri
Waspada terhadap munculnya kekerasan
Pastikan jumlah staff cukup untuk mengamankan pasien
Pengikatan
Interverensi psikososial
Calon korban harus diperingatkan adanya bahaya jika pasien tidak
dirawat.
TERAPI
Flufenazin, trifluoperazine, haloperidol 5mg/oral atau IM
Olanzapine 2,5 10 mg IM
Lorazepam
Bunuh Diri
Kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh
seorang terhadap dirinya sendiri.
TERAPI
Farmakologi
Benzodiazepin ( lorazepam 3 x 1mg / hari ) 2minggu
Antidepresan ( perjanjian control berikutnya )
Non-Farmakologi
Psikoterapi supportif
Sindrom neuroleptik maligna
Disebabkan oleh efek samping antipsikotik
Terjadi pada hari-hari pertama
penggunaan antipsikotik pada saat dosis
mulai ditingkatkan.
GAMBARAN KLINIS
Demam tinggi
Kekakuan otot
Takikardi, hiperhidrosis, Gn. Kesadaran
TERAPI
Amantadine 200 400 mg PO / hari dalam dosis terbagi
Bromocriptine 2.5mg PO 2 atau 3x/hari
Delirium
GAMBARAN KLINIS
1. Prodormal
2. Gangguan Kesadaran
3. Kewaspadaan
4. Gangguan Pemusatan Perhatian
5. Orientasi
6. Bahasa dan Kognitif
7. Persepsi
8. Mood
9. Gangguan Tidur
10. Gejala Neurologi
Delirium
Farmakoterapi