1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. OB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 1 bulan
Alamat : Jl. Mutiara II
No. RM : 079139
Tanggal Masuk : 18 September 2020
2. ANAMNESA
Alloanamnesa
Keluhan Utama :
BAB cair sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang diantar orangtua pasien dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari
SMRS, BAB hanya keluar air tidak disertai ampas, frekuensi BAB cair hingga
5x/hari. BAB tidak disertai lendir, darah, maupun bau busuk. Orang tua pasien
mengatakan bahwa anak tampak lemas dan juga haus ingin minum banyak.
BAB cair tidka kunjung berhenti sehingga orang tua pasien membawa pasien
ke IGD RSUD Cilincing.
Pasien juga mengeluhkan demam yang muncul sejak 3 hari yang lalu
dan membaik 2 hari yang lalu. Pasien juga memiliki keluhan mual dan juga
muntah yang berisikan makanan. Keluhan batuk (-), pilek (-), sesak (-).
Keluhan BAB dan BAK disangkal.
Keadaan umum:
Compos Mentis, GCS E4V5M6
BB: 8,4kg, TB: 68cm,
Tanda vital:
Tekanan darah: Tidak dilakukan
Nadi : 128x/menit, regular, isi cukup, kuat angkat,
RR : 20x/menit
Suhu : 36.0oC
SpO2 : 99%
Antropometri
BB/U: -2-+2 SD
TB/U: <-3 SD
BB/TB: -2-+2 SD
Kepala-leher:
Kepala: bentuk simetris, deformitas (-)
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Mata Tampak Cekung
Telinga: bentuk normal, sekret (-), serumen (-)
Hidung: bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
Tenggorokan: mukosa merah muda, hiperemis (-), tonsil T1-T1
Leher: gerak normal, nyeri saat digerakkan (-), KGB tidak membesar
Thorax:
Paru:
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus simetris normal
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi : Apeks jantung tidak tampak
Palpasi : Apeks jantung tidak teraba, thrill (-)
Auskultasi : Bunyi jantung: S I/II regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen:
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba benjolan, hepar dan lien tidak
teraba, Turgor kulit kembali lambat.
Pelvis:
Tidak ditemukan kelainan.
Ekstremitas:
Akral hangat, capillary refill time <2s
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Anak Laki-laki berusia 1 tahun 1 bulan dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari
SMRS, diare sebanyak 5x/hari, diare hanya berupa air tanpa ampas, demam
sejak 3 hari SMRS. Pasien tampak dehidrasi ringan sedang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120x/menit, regular, isi cukup,
kuat angkat, suhu 36.0oC, frekuensi napas 20x/menit, Mata tampak cekung.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Lendir dan darah pada feses.
6. DIAGNOSIS
7. DIAGNOSIS BANDING
Demam Tifoid
Intoleransi Laktosa
8. TERAPI
Zinc 1x20 mg
Lacto B 2x1
Ranitidine 2x10 mg
Oralit 100cc prn BAB cair
Ceftriaxone 1x500mg IV
9. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Sanationam : bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi1
Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau cair dengan
frekuensi ≥3 x dalam 24 jam dan berlangsung dalam waktu <14 hari.
Epidemiologi2
Etiologi1
1) Infeksi:
a. Bakter: E. coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Yersinia, Campylobacter
b. Virus: rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus
c. Parasit: Entamoeba histolytica, Giardia lambia, Cryptosporidium
parvum
2) Alergi: protein air susu sapi
3) Intoleransi: Karbohidrat
4) Malabsorpsi: Karbohidrat, lemak, protein
5) Keracunan makanan
6) Zat kimia beracun
7) Toksin mikroorganisme: Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus
8) Immunodefisiensi
Diare pada anak paling sering disebabkan oleh virus. Rotavirus dan adenovirus sering
mengenai anak usia kurang dari 2 tahun. Astrovirus dan norovirus biasanya
menginfeksi anak kurang dari 5 tahun. Yersinia enterocolitis menginfeksi anak kurang
dari 1 tahun.
Manifestasi Klinis1
Diare cair mengeluarkan feses yang mengandung elektrolit sehingga pada keadaan ini
dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan gangguan elektrolit. Bila
terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Demam
biasanya terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Mual dan muntah
merupakan simptom yang non spesifik tetapi mungkin disebabkan oleh organisme
yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang
memproduksi enterotoksin, Giardia dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi
pada non inflammatory diare diamana penderita tidak demam atau hanya subfebris,
nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukan bagian saluran cerna
atas yang terkena.
Patofisiologi:1
Diagnosis1,4
1) Anamnesis:
Dari anamanesis perlu ditanyakan lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
feses, warna, bau ada atau tidak adanya lendir dan darah. Perlu juga
ditanyakan apabila ada muntah jumlah dan frekuensinya. Jumlah atau
frekuensi buang air kecil. Makanan dan minuman yang diberkan selama diare,
gejala lain seperti demam, kejang, batuk atau pilek dan tindakan yang telah
diberikan.
2) Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisis meliputi berat badan dan tanda vital. Tujuan utama
pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tanda dehidrasi. Pernapasan cepat dan
dalam menunjukan keadaan asidosis metabolik. Bising usus menurun atau
tidak ada berarti menandakan hipokalemia.
3) Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa feses rutin, makroskopik
(warna, konsistensi, darah, lendir) dan mikroskopik (eritrosit, leukosit, telur
cacing, amoeba, lemak). Pada dehidrasi berat, perlu pemeriksaan darah rutin,
elektrolit dan analisa gas darah.
Terapi Medikamentosa:
Antibiotik:
Antibiotik pada umunya tidak diperlukan karena pada diare akut sebagian besar infeksi adalah
rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotik. Hanya
sebagian kecil yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti V. cholera, Shigella,
Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.
Obat antidiare:
Obat ini tidak diindkasi untuk pengobatan diare akut apda anak. Produk yang termasuk dalam
kategori ini:
1) Adsorben (adlaha kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholestyramin)
Cara kerja obat golongan ini adalah dengan mengikat dan menginaktifasi toksin
bakteri atau bahan lainnya yang menyebabkan diare dan serta dikatakan memiliki
kemampuan melindungi mukosa usu. Tetapi tidak ada bukti keuntungan praktis dari
penggunaan obat ini untuk pengobatan diare akut pada anak.
2) Anti motilitas (Loperamid hydrochloride, diphenoxylate dengan atropine, tinctura
opii, paregoric, codein)
Obat ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa tetapi tidak
mengurangi volume tinja pada anak. Selain itu juga dapat menyebabkan ileus
paralitik atau memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme
penyebab. Tidak satu pun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak
dengan diare.
3) Bismuth subsalicylate
Pemberian setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak, akan
tetapi jarang digunakan
4) Kombinasi obat
Kombinasi adsorbenm, antimikroba, antimotilitas atau bahan lain. Kombinasi ini
tidak rasional, mahal dan lebih banyak efek samping.
DAFTAR PUSTAKA
1. UNPAD. 2012. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-5.
Bandung: UNPAD
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare
Balita. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
3. IDAI. 2011. Pedoman Pelayanan Medik. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. IDAI. 2009. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: IDAI