Anda di halaman 1dari 53

CASE REPORT

Seorang Anak Laki-


laki Berusia 10
dengan Tuberkulosis
Dyah Farida Inli (J510215341)

Pembimbing :
dr. Eko Jaenudin, Sp. A
01 Pendahuluan
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri M.Tuberculosis
dan apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan terjadinya kematian.
Penyakit tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Indonesia adalah
negara urutan ketiga dengan jumlah pasien TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Beberapa gejala yang dapat muncul pada pasien tuberculosis antara lain adalah batuk berdahak
lebih dari 2 minggu, berkeringat dingin pada malam hari, penurunan berat badan dan nafsu
makan.
Laporan Kasus
02 An. H
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H
Usia : 10 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 20 kg
Alamat : Ponorogo
Agama : Islam
Tanggal MRS : 7 April 2023
Tanggal Pemeriksaan : 7 April 2023
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam

RPS : Seorang anak laki-laki An. H berusia 10 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Harjono

Ponorogo dengan keluhan demam. Dari alloanamnesis dengan ibu pasien,

didapatkan demam yang naik turun sejak 8 hari SMRS. Demam sering meningkat

terutama saat malam hari dan mengeluarkan keringat dingin saat malam hari.

Keluhan juga disertai dengan adanya batuk berdahak namun sulit dikeluarkan, anak

lemas, napsu makan yang menurun serta berat badan yang tidak meningkat sejak 2

bulan terakhir ini. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada perut pada bagian

kiri. Keluhan lain seperti mimisan, gusi berdarah, permasalahan BAK dan BAB

disangkal. Riwayat batuk lama atau berulang disangkal dan riwayat alergi disangkal.
ANAMNESIS

RPD RPK

Riw. Keluhan Serupa : Disangkal


Riw. Keluhan Serupa : Disangkal
Riw. Kejang : Disangkal
Riw. Alergi : Disangkal
Riw. BBLR : Disangkal
Riw. Pengobatan Jangka : Disangkal
Riw. Trauma : Disangkal Panjang

Riw. ISPA : Disangkal Riw. Hipertensi & Jantung : Disangkal

Riw. Pengobatan Jangka : Disangkal Riw. Diabetes Melitus : Disangkal


Panjang
ANAMNESIS

Riwayat Kehamilan Riwayat Persalinan

ANC : Kontrol rutin ke bidan Tempat Lahir : klinik bidan


Penyakit : Riw. Demam, trauma, DM, HT, Cara Persalinan : normal/spontan
Kehamilan asma, alergi, minum jamu saat
Masa Gestasi : 36-37 minggu
hamil, & obat-obatan selain
Keadaan Bayi : Baik, menangis kuat, gerak
resep dari dokter disangkal
aktif (+)
ANAMNESIS
Riwayat Riwayat
Riwayat Natal
Antenatal Postnatal
• Kehamilan kedua • Lahir Normal • Saat bayi, pasien tidak
terdapat riwayat kejang
• Ibu melakukan pemeriksaan • Usia kehamilan 36 minggu
demam, ikterik , trauma,
kehamilan ke bidan setiap dengan BBL 2800 gram penyakit kelainan darah
bulan. • Ketuban berwarna jernih
• Ibu rutin mengonsumsi • Menangis spontan
vitamin dan tablet penambah
darah yang didapatkan saat
kontrol kehamilan.
ANAMNESIS
Riwayat batuk lama atau berulang disangkal, penurunan berat badan diakui (BB sebelum sakit
20kg sejak 2 bulan yang lalu, BB setelah sakit 20 kg), riwayat alergi disangkal. Pasien post Keluar
Rumah Sakit 2 bulan sebelumnya, perawatan karena DHF.
ANAMNESIS
Status Gizi pasien :

BB 20
= = 13.8 (-2SD)
TBxTB 1,2x1,2
ANAMNESIS SISTEMIK
Cerebrospinal : kejang (-), demam (+)
Kardiovaskular : Sianosis (-), keringat dingin (+)
Respiratori : Batuk (+), pilek (+), sesak (-)
Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-)
Urogenital : BAK lancar
Muskuloskeletal : Kelainan bentuk (-), edema (-)
Integumen : Eritema (-), purpura (-), ekimosis (-), ikterik (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Status Gizi : Baik
Vital Sign : HR : 120x/menit
RR : 30 x/menit
T : 38,7°C
SpO2 : 98%
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax (Jantung): Kepala: normocephal, ubun-ubun cembung (-),
I: IC tidak tampak konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
P: IC kuat angkat cowong (-/-), napas cuping hidung (-/-), mukosa bibir
P: redup, batas jantung normal kering (-/-), sianosis (-/-)
A: bunyi jantung I-II regular, suara
Leher: PKGB (+/+), kenyal (+), nyeri (-)
tambahan (-)
Thorax (Paru):

Abdomen: I: pengembangan dada simetris, retraksi (-/-)

I: dinding abdomen simetris, distended (-), kesan P: fremitus taktil seimbang

ascites (-), benjolan (-) P: sonor/sonor

A: peristaltik (N) A: SDV, rhonki (+/+), wheezing (-/-)

P: timpani Ekstremitas:
P: nyeri tekan (+), pembesaran organ (-), massa CRT <2 detik, edema (-), akral hangat(++/++),
(-), turgor baik purpura (-), petekie (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab Hematologi Tanggal 6 April 2023
Pemeriksaan Hasil Rujukan HITUNG JENIS
Eosinofil % 2.2 0-6
HEMATOLOGI LENGKAP Basofil % 0.2 0-2
Hemoglobin 13.2 11-16 Neutrofil % 65.4 42-85
Eritrosit 4.71 3.6-4.8 Limfosit % 25.7 11-49
Leukosit 12.32 4.5-13 Monosit % 6.5 0-9
Trombosit 225 150-450
Hematokrit 39.1 36-56
MCV 82.6 80-100
MCH 27.7 L 28-36
MCHC 33.5 31-37
MPV 8.5 5-10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab Urine LengkapTanggal 6 April 2023
Pemeriksaan Hasil Rujukan
URINE LENGKAP
Kuning Kuning Mikroskopis : Sedimen Urine
Warna Eritrosit 0-1 <2
Kekeruhan Jernih Jernih
Lekosit 2-3 0-5
Berat Jenis 1.025 1.010-1.025
Epitel 1-2 5-15
pH/Reaksi 6.0 6.0-7.0
Silinder Negatif Negatif
Blood Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lekosit Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
Protein Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Keton Positif 2+ Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab Hematologi Tanggal 8 April 2023
Pemeriksaan Hasil Rujukan HITUNG JENIS
Eosinofil % 7.9 H 0-6
HEMATOLOGI LENGKAP Basofil % 0.3 0-2
Hemoglobin 11.8 11-16 Neutrofil % 66.5 42-85
Eritrosit 3.68 3.6-4.8 Limfosit % 19.8 11-49
Leukosit 16.09 H 4.5-13 Monosit % 5.5 0-9
Trombosit 326 150-450
Hematokrit 33.6 L 36-56
MCV 86,7 80-100
MCH 30.4 28-36
MCHC 35.0 31-37
MPV 9.0 5-10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS & TATALAKSANA

DIAGNOSIS TATALAKSANA

✔ Infus D5 ½ NS 12 tpm
Tuberculosis ✔ Inj. Cefotaxime 3x500 mg
✔ Inj. Santagesik 3x200mg
ISK
✔ Inj. Vit C 3 x 200 mg
✔ PO : Urotractin 400 mg + Zink ⅓ + vit B6 ⅓ +
cetirizine ⅓
✔ PO : Rifamficin 250mg + pirazinamid 500 mg +
INH 300 mg + B6 10 mg
Tinjauan Pustaka
03 Tuberculosis
PENGERTIAN
● Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
menular yang menjadi penyebab
utama kesakitan dan salah satu
penyebab kematian di dunia.

● TB disebabkan oleh bakteri basil


Mycobacterium tuberculosis.
PREVALENCE
● Secara global, tuberkulosis (TB)
masih menjadi penyebab utama
angka kesakitan dan kematian,
namun perhatian terhadap dampak
kesehatan yang ditimbulkannya
masih sering diremehkan.
● Sekitar 9000 kasus baru terjadi
setiap tahun di Amerika Serikat.
● Diperkirakan terdapat 10 juta kasus
TB pada tahun 2017, 8% kasus TB
global terdapat di Indonesia.
● Insiden TB anak di dunia mencapai 1
juta kasus
RISKS FACTORS
1 Jenis kelamin 5 Lingkungan
Laki > Perempuan
Kepadatan Lingkungan

2 Usia 6 Asap rokok


<5 thn beresiko Efek toksik  imun turun

3 Malnutrisi 7 Sosial ekonomi


Imunitas menurun Kurang layak dalam syarat kesehatan

4 Riwayat kontak
PATO-
FISIOLOGI
Manifestasi Klinis

Gejala Sistemik
• Batuk lama atau persisten > 2minggu
• Demam lama >2 minggu
• Napsu makan menurun
• BB turun atau tidak meningkat dalam 2
bulan sebelumnya
• Anak kurang aktif
• Keringat malam
Manifestasi Klinis

Gejala Spesifik tergantung organ

• TB Kelenjar
• TB otak dan selaput otak
• Meningitis TB
• Tuberculoma Otak
• TB skeletal
• Spondilitis,
• Kokaitis ,
• Gonitis,
• Spina ventosa/daktilitis
• Skrofuloderma
DIAGNOSIS
UJI TUBERCULIN
• Uji tuberkulin merupakan alat diagnosis TB hingga saat ini
masih mempunyai nilai diagnostik yang tinggi terutama pada
anak, dengan 175 sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%
• Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan
0,1 ml PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU, secara intrakutan di
bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48−72 jam
setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi
yang timbul, bukan hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa
dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai
dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur
dengan alat pengukur transparan, dan hasilnya dinyatakan
dalam milimeter.
• Hasil Uji Tuberculin
Diameter indurasi 10−15 mm dinyatakan uji tuberkulin positif
Diameter indurasi 5-9 mm dinyatakan uji tuberkulin positif palsu
Diameter indurasi 0-4 mm dinyatakan uji tuberkulin negative
DIAGNOSIS
UJI TUBERCULIN
DIAGNOSIS
RADIOLOGI
• Gambaran foto toraks pada TB tidak
khas; kelainan-kelainan radiologis pada
TB dapat juga dijumpai pada penyakit
lain.
DIAGNOSIS
MIKROBIOLOGI
• Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan
mikrobiologis.
• Pemeriksaan mikrobiologis yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu
pemeriksaan mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan
pemeriksaan biakan kuman M. tuberculosis.

PATOLOGI ANATOMI
Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran granuloma yang ukurannya kecil.
Granuloma tersebut mempunyai karakteristik perhijuan atau area nekrosis kaseosa
di tengah granuloma. Gambaran khas lainnya adalah ditemukannya multinucleated
giant cell (sel datia Langhans).
ALUR DIAGNOSIS
ALUR DIAGNOSIS
SKORING DIAGNOSIS
Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh
dokter.
• Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma,
langsung didiagnosis TB.
• Berat badan dinilai saat pasien datang (moment
opname).
• Demam dan batuk tidak memiliki respons terhadap
terapi baku.
• Foto toraks bukan merupakan alat diagnostik utama
pada TB Anak.
• *Gambaran sugestif TB, berupa: pembesaran
kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa
infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi
dengan infiltrat; atelektasis; tuberkuloma.
Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus.
• Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam
mendiagnosis TB anak, maka sebaiknya disediakan
• tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan.
• Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi
reaksi cepat BCG (<7 hari) harus dievaluasi dengan
• sistem skoring TB Anak, BCG bukan merupakan alat
diagnostik.
• Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor >6
(skor maksimal 13).
PANDUAN OBAT TB
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase, yaitu
• Fase Intensif
 minimal tiga macam obat pada fase intensif (2 bulan pertama)
 Obat diberikan setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah resistesi
terhadap OAT terutama rifamficin
 Pada fase intensif ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kuman dan
memperbaiki klinis

• Fase Lanjutan
 dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih).
 Pengobatan tahap lanjutan ditujukan untuk membunuh bakteri tuberkulosis
yang bersifat dorman atau persister. Kuman yang bersifat dorman ini apabila
tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan
pada pasien Tuberkulosis
PANDUAN OBAT TB
• Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal (TB
milier, meningitis TB, TB sistem skeletal, dll) pada fase intensif diberikan
minimal empat macam obat (rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan
etambutol atau streptomisin). Pada fase lanjutan diberikan rifampisin dan
isoniazid selama 10 bulan.
• Untuk kasus TB tertentu (meningitis TB, TB milier, efusi pleura TB,
perikarditis TB, TB endobronkial, dan peritonitis TB) diberikan
kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1−2 mg/kgBB/hari, dibagi
dalam 3 dosis, maksimal 60 mg dalam 1 hari.
TREATMENT

01 First Line rifampisin (R), isoniazid (H),


pirazinamid (Z), etambutol (E

para-aminosalicylic acid (PAS), cycloserin


terizidone, ethionamide, prothionamide,
02 Second Line ofloxacin, levofloxacin, moxiflokxacin, gatifloxacin,
ciprofloxacin, kanamycin, amikacin, dan
capreomycin, yang digunakan jika terjadi MDR.
TREATMENT
TREATMENT
Fixed Dose Combination (FDC)
• Salah satu masalah dalam terapi TB adalah keteraturan (adherence) pasien dalam
menjalani pengobatan yang relatif lama dengan jumlah obat yang banyak.
• Keuntungan penggunaan FDC dalam pengobatan TB adalah sebagai berikut.
○ Menyederhanakan pengobatan dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
○ Meningkatkan penerimaan dan keteraturan pasien.
○ Memungkinkan petugas kesehatan untuk memberikan pengobatan standar
dengan tepat.
○ Mempermudah pengelolaan obat (mempermudah proses pengadaan,
penyimpanan, dan distribusi obat pada setiap tingkat pengelola program
pemberantasan TB).
○ Mengurangi kesalahan penggunaan obat TB (monoterapi) sehingga mengurangi
resistensi terhadap obat TB.
○ Mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan terjadinya kekambuhan.
○ Mempercepat dan mempermudah pengawasan menelan obat sehingga dapat
mengurangi beban kerja.
○ Mempermudah penentuan dosis berdasarkan BB
Fixed Dose Combination (FDC)
Paket FDC untuk anak berisi
obat fase intensif yaitu
Rifampisin (R) 75 mg, INH (H)
50 mg, dan pirazinamid (Z)
150 mg, serta obat fase
lanjutan yaitu R 75 mg, dan
H 50 mg dalam 1 paket.
PEMANTAUAN HASIL PENGOBATAN TB
• Sebaiknya pasien kontrol setiap bulan. Evaluasi hasil pengobatan dilakukan
setelah 2 bulan terapi
• Evaluasi pengobatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu evaluasi klinis,
evaluasi radiologis, dan pemeriksaan LED.
• Evaluasi yang terpenting adalah evaluasi klinis, yaitu menghilang atau
membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal pengobatan,
misalnya penambahan BB yang bermakna, hilangnya demam, hilangnya batuk,
perbaikan nafsu makan, dan lain-lain. Apabila respons pengobatan baik, maka
pengobatan dilanjutkan.
• Evaluasi radiologis dalam 2−3 bulan pengobatan tidak perlu dilakukan secara
rutin, kecuali pada TB dengan kelainan radiologis yang nyata/luas seperti TB
milier, efusi pleura, atau bronkopneumonia TB.
MDR-TB
●Kejadian MDR-TB sulit
ditentukan karena
kultur sputum dan uji
kepekaan obat tidak
rutin dilaksanakan di
tempat-tempat
dengan prevalens TB
tinggi.
MDR-TB
MDR-TB
TATALAKSANA EFEK SAMPING OAT
TATALAKSANA EFEK SAMPING OAT
TATALAKSANA EFEK SAMPING OAT
KOMPLIKASI

Komplikasi Dini Komplikasi Lanjut


• Pleurutis,
• obstruksi jalan napas hingga
• efusi pleura, sindrom gagal napas dewasa (ARDS),
• empiema, • Sindrom Obstruksi Pasca
• laringitis, Tuberkulosis,
• Poncet’s arthropathy • kerusakan parenkim yang sudah
berat ,
• fibrosis paru,
• kor pulmonal,
• amiloidosis,
• karsinoma pada paru
04 KESIMPULAN
Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
global. Indonesia adalah negara urutan ketiga dengan jumlah pasien TB terbanyak di
dunia setelah India dan China. Gejala umum yaitu Gejala sistemik tuberculosis yaitu :
Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid,
infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain), yang dapat disertai dengan keringat malam.
Demam umumnya tidak tinggi. Batuk lama >3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat. Nafsu makan tidak ada (anoreksia). Penengakan diagnosis
pada tuberculosis dapat dilakukan dengan uji tuberculin, radiologi, mikrobiologi, dan
patologi anatomi. Pengobatan pada pasien tuberculosis memerlukan waktu yang cukup
lama yaitu sekitar 6 sampai 9 bulan. Obat anti tuberkulosis (OAT) adalah obat-obatan yang
diberikan pada pasien tuberkulosis yang dapat terbagi menjadi beberapa lini. Pengobatan
OAT lini pertama sendiri terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
Ethambutol (E) dan Streptomisin (S).
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and


includes icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai