Pembimbing :
dr. Eko Jaenudin, Sp. A
01 Pendahuluan
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri M.Tuberculosis
dan apabila tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan terjadinya kematian.
Penyakit tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Indonesia adalah
negara urutan ketiga dengan jumlah pasien TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Beberapa gejala yang dapat muncul pada pasien tuberculosis antara lain adalah batuk berdahak
lebih dari 2 minggu, berkeringat dingin pada malam hari, penurunan berat badan dan nafsu
makan.
Laporan Kasus
02 An. H
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H
Usia : 10 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 20 kg
Alamat : Ponorogo
Agama : Islam
Tanggal MRS : 7 April 2023
Tanggal Pemeriksaan : 7 April 2023
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
RPS : Seorang anak laki-laki An. H berusia 10 tahun datang ke IGD RSUD Dr. Harjono
didapatkan demam yang naik turun sejak 8 hari SMRS. Demam sering meningkat
terutama saat malam hari dan mengeluarkan keringat dingin saat malam hari.
Keluhan juga disertai dengan adanya batuk berdahak namun sulit dikeluarkan, anak
lemas, napsu makan yang menurun serta berat badan yang tidak meningkat sejak 2
bulan terakhir ini. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada perut pada bagian
kiri. Keluhan lain seperti mimisan, gusi berdarah, permasalahan BAK dan BAB
disangkal. Riwayat batuk lama atau berulang disangkal dan riwayat alergi disangkal.
ANAMNESIS
RPD RPK
BB 20
= = 13.8 (-2SD)
TBxTB 1,2x1,2
ANAMNESIS SISTEMIK
Cerebrospinal : kejang (-), demam (+)
Kardiovaskular : Sianosis (-), keringat dingin (+)
Respiratori : Batuk (+), pilek (+), sesak (-)
Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-)
Urogenital : BAK lancar
Muskuloskeletal : Kelainan bentuk (-), edema (-)
Integumen : Eritema (-), purpura (-), ekimosis (-), ikterik (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Status Gizi : Baik
Vital Sign : HR : 120x/menit
RR : 30 x/menit
T : 38,7°C
SpO2 : 98%
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax (Jantung): Kepala: normocephal, ubun-ubun cembung (-),
I: IC tidak tampak konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
P: IC kuat angkat cowong (-/-), napas cuping hidung (-/-), mukosa bibir
P: redup, batas jantung normal kering (-/-), sianosis (-/-)
A: bunyi jantung I-II regular, suara
Leher: PKGB (+/+), kenyal (+), nyeri (-)
tambahan (-)
Thorax (Paru):
P: timpani Ekstremitas:
P: nyeri tekan (+), pembesaran organ (-), massa CRT <2 detik, edema (-), akral hangat(++/++),
(-), turgor baik purpura (-), petekie (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab Hematologi Tanggal 6 April 2023
Pemeriksaan Hasil Rujukan HITUNG JENIS
Eosinofil % 2.2 0-6
HEMATOLOGI LENGKAP Basofil % 0.2 0-2
Hemoglobin 13.2 11-16 Neutrofil % 65.4 42-85
Eritrosit 4.71 3.6-4.8 Limfosit % 25.7 11-49
Leukosit 12.32 4.5-13 Monosit % 6.5 0-9
Trombosit 225 150-450
Hematokrit 39.1 36-56
MCV 82.6 80-100
MCH 27.7 L 28-36
MCHC 33.5 31-37
MPV 8.5 5-10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Lab Urine LengkapTanggal 6 April 2023
Pemeriksaan Hasil Rujukan
URINE LENGKAP
Kuning Kuning Mikroskopis : Sedimen Urine
Warna Eritrosit 0-1 <2
Kekeruhan Jernih Jernih
Lekosit 2-3 0-5
Berat Jenis 1.025 1.010-1.025
Epitel 1-2 5-15
pH/Reaksi 6.0 6.0-7.0
Silinder Negatif Negatif
Blood Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Lekosit Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Lain-lain Negatif
Protein Negatif Negatif
DIAGNOSIS TATALAKSANA
✔ Infus D5 ½ NS 12 tpm
Tuberculosis ✔ Inj. Cefotaxime 3x500 mg
✔ Inj. Santagesik 3x200mg
ISK
✔ Inj. Vit C 3 x 200 mg
✔ PO : Urotractin 400 mg + Zink ⅓ + vit B6 ⅓ +
cetirizine ⅓
✔ PO : Rifamficin 250mg + pirazinamid 500 mg +
INH 300 mg + B6 10 mg
Tinjauan Pustaka
03 Tuberculosis
PENGERTIAN
● Tuberkulosis (TB) adalah penyakit
menular yang menjadi penyebab
utama kesakitan dan salah satu
penyebab kematian di dunia.
4 Riwayat kontak
PATO-
FISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Gejala Sistemik
• Batuk lama atau persisten > 2minggu
• Demam lama >2 minggu
• Napsu makan menurun
• BB turun atau tidak meningkat dalam 2
bulan sebelumnya
• Anak kurang aktif
• Keringat malam
Manifestasi Klinis
• TB Kelenjar
• TB otak dan selaput otak
• Meningitis TB
• Tuberculoma Otak
• TB skeletal
• Spondilitis,
• Kokaitis ,
• Gonitis,
• Spina ventosa/daktilitis
• Skrofuloderma
DIAGNOSIS
UJI TUBERCULIN
• Uji tuberkulin merupakan alat diagnosis TB hingga saat ini
masih mempunyai nilai diagnostik yang tinggi terutama pada
anak, dengan 175 sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%
• Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan
0,1 ml PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU, secara intrakutan di
bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48−72 jam
setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi
yang timbul, bukan hiperemi/eritemanya. Indurasi diperiksa
dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai
dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur
dengan alat pengukur transparan, dan hasilnya dinyatakan
dalam milimeter.
• Hasil Uji Tuberculin
Diameter indurasi 10−15 mm dinyatakan uji tuberkulin positif
Diameter indurasi 5-9 mm dinyatakan uji tuberkulin positif palsu
Diameter indurasi 0-4 mm dinyatakan uji tuberkulin negative
DIAGNOSIS
UJI TUBERCULIN
DIAGNOSIS
RADIOLOGI
• Gambaran foto toraks pada TB tidak
khas; kelainan-kelainan radiologis pada
TB dapat juga dijumpai pada penyakit
lain.
DIAGNOSIS
MIKROBIOLOGI
• Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan
mikrobiologis.
• Pemeriksaan mikrobiologis yang dilakukan terdiri dari dua macam, yaitu
pemeriksaan mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan
pemeriksaan biakan kuman M. tuberculosis.
PATOLOGI ANATOMI
Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran granuloma yang ukurannya kecil.
Granuloma tersebut mempunyai karakteristik perhijuan atau area nekrosis kaseosa
di tengah granuloma. Gambaran khas lainnya adalah ditemukannya multinucleated
giant cell (sel datia Langhans).
ALUR DIAGNOSIS
ALUR DIAGNOSIS
SKORING DIAGNOSIS
Catatan :
• Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh
dokter.
• Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma,
langsung didiagnosis TB.
• Berat badan dinilai saat pasien datang (moment
opname).
• Demam dan batuk tidak memiliki respons terhadap
terapi baku.
• Foto toraks bukan merupakan alat diagnostik utama
pada TB Anak.
• *Gambaran sugestif TB, berupa: pembesaran
kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa
infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi
dengan infiltrat; atelektasis; tuberkuloma.
Gambaran milier tidak dihitung dalam skor karena
diperlakukan secara khusus.
• Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam
mendiagnosis TB anak, maka sebaiknya disediakan
• tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan.
• Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi
reaksi cepat BCG (<7 hari) harus dievaluasi dengan
• sistem skoring TB Anak, BCG bukan merupakan alat
diagnostik.
• Diagnosis kerja TB anak ditegakkan bila jumlah skor >6
(skor maksimal 13).
PANDUAN OBAT TB
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase, yaitu
• Fase Intensif
minimal tiga macam obat pada fase intensif (2 bulan pertama)
Obat diberikan setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah resistesi
terhadap OAT terutama rifamficin
Pada fase intensif ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kuman dan
memperbaiki klinis
• Fase Lanjutan
dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase lanjutan (4 bulan atau lebih).
Pengobatan tahap lanjutan ditujukan untuk membunuh bakteri tuberkulosis
yang bersifat dorman atau persister. Kuman yang bersifat dorman ini apabila
tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan
pada pasien Tuberkulosis
PANDUAN OBAT TB
• Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal (TB
milier, meningitis TB, TB sistem skeletal, dll) pada fase intensif diberikan
minimal empat macam obat (rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan
etambutol atau streptomisin). Pada fase lanjutan diberikan rifampisin dan
isoniazid selama 10 bulan.
• Untuk kasus TB tertentu (meningitis TB, TB milier, efusi pleura TB,
perikarditis TB, TB endobronkial, dan peritonitis TB) diberikan
kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1−2 mg/kgBB/hari, dibagi
dalam 3 dosis, maksimal 60 mg dalam 1 hari.
TREATMENT