Anda di halaman 1dari 16

DEFINISI INTERGRANULAR

CORROSION

Bentuk penyerangan
terhadap batas butir
atau daerah sekitarnya
pada material dalam
lingkungan korosif.
Disebut juga
intergranular attack
atau end-grain attack.
Intergranular Corrosion
of Stainless Alloys

Optical micrograph in cross section,


showing a typical morphology of
intergranular corrosion of an Al-4.5
wt % Mg alloy. This is similar to the
process that occurs in Al-Cu alloy
Pada beberapa material, proses korosi berjalan
menyimpang (lateral) sepanjang bidang-bidang
pararel sampai permukaaan yang dikenal sebagai
exfoliation (pengelupasan) dan pada umumnya terjadi
sepanjang batas butir oleh sebab itu disebut korosi
batas butir. Lapisan yang terkelupas merupakan hasil
dari proses pengelupasan (yang disebut juga sebagai
lapisan korosi).

Sebagian besar paduan rentan terserang korosi jenis


ini ketika dihadapkan pada lingkungan agresif. Hal
ini disebabkan karena batas butir merupakan tempat
pengendapan (precipitation) dan pemisahan
(segregation), dimana membuat mereka secara fisik
dan kimia berbeda dengan butirnya
Penyebab Korosi Intergranular

Sensititasi
Sensitisasi terjadi saat pendinginan secara
perlahan dari suhu 550-850oC
MEKANISME INTERGRANULAR
CORROSION
Korosi intergranular baja tahan karat dan
paduan berbasis nikel

Terpapar suhu 425 oC to 815 oC

Sensitisasi

Serangan preferensial dari zona kehabisan Cr


akibat presipitasi Cr23C6 pada batas butir.
Korosi ini termasuk korosi yang
disebabkan oleh perubahan sifat
metalurgi, dimana ketika austenic SS
berada pada temperature 425-850 oC
(temperatur sensitasi) atau ketika
dipanaskan dan dibiarkan mendingin
secara perlahan (seperti halnya sesudah
welding atau pendinginan setelah
annealing) maka karbon akan menarik
krom untuk membentuk partikel kromium
karbida (chromium carbide) di daerah
batas butir (grain boundary) struktur SS.
Formasi kromium karbida yang
terkonsentrasi pada batas butir akan
MEKANISME INTERGRANULAR CORROSION
Intergranular Corrosion of alumunium alloy

Pemanasan diatas atau dibawah


temperatur sensitasi

Segregasi batas butir

Batas butir membentuk presipitat CuAl2


(katodik) yang mengikat Cu sehingga
terjadi pengurangan Cu (anodik)
Korosi Batas Butir Alumunium
CONTOH INTERGRANULAR
CORROSION
Austenitic Stainless Steel (tipe 304) dan Nickel Based Alloy
Terbentuknya presipitat karbon-cromium
(Cr23C6) di batas butir membuat daerah
disekitarnya menjadi miskin kromium, Sebagai
hasilnya area kekurangan (anodik) lebih rentan
terserang korosi dalam lingkungan agresif
dibandingkan daerah yang jauh dari batas butir
(katodik).
Paduan Aluminium seri 2000 (2xxx)
Terbentuknya presipitat Al2Cu di daerah batas
butir yang mengikat tembaga akan membuat
daerah disekitarnya menjadi kekurangan
tembaga (anodik) sementara daerah butir yang
melarutkan tembaga merupakan katodik.
Paduan alumunium seri 5000 (5xxx)
Presipitat metalik seperti Mg2Al3 (anodik)
akan mengalami serangan ketika
membentuk fasa yang kontinu pada batas
butir. Ketika terkena latutan klorida,
pasangan galvanik akan terbentuk antara
presipitat dan matriks paduan yang akan
menyebabkan serangan korosi pada batas
butir
UPAYA PENGENDALIAN
INTERGRANULAR CORROSION
1.Tindakan Metalurgi
Annealing : Memanaskan sampai temperatur
10500C sehingga carbida Cr semuanya ikut
larut, dan diikuti oleh pendinginan cepat.
Modifikasi Paduan denga kadar karbon
rendah : Menurunkan kandungan karbon
hingga 0,03% untuk austenitic stainless steel
tipe 304L dan 316L atau hingga 50 ppm
untuk ferritic stainless steel.
Stabilization treatment :
Menambahkan unsur pembentuk
karbida (Ti/Nb) dalam lelehan 347 &
321 austenitic stainless steel
Menambahkan unsur pembentuk fasa

2. Tindakan Lingkungan : Tingkat


keasaaman yang rendah dan kondisi
oksidasi yang rendah akan mengurangi
kerentanan terhadap Intergranular

Anda mungkin juga menyukai