Anda di halaman 1dari 37

Lulung Lanova Hersipa

(1606965700)
OUTLINE
Virus

Mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired


immunodeficiency syndrome (AIDS)
Epidemiologi
Etiologi dan patogenesis
Diagnosis
Clinical stage of AIDS
Mekanisme kerja antivirus
Manajemen terapi pasien HIV/AIDS
Tanaman yang memiliki aktivitas Anti-HIV
Ukuran
mikroskopik

dibedakanberdasar
kan ukuran, asam Bereplikasi
nukleat, struktur dengan
dari kapsid, jumlah menginvasi
subunit protein,
spesies host yang dan
terinfeksi, dan memanfaatkan
karakteristik
imunologisnya. VIRUS sel MH

Dilindungi kapsid Mengandung


(protein, lipid, asam nukleat
glikoprotein) (DNA/RNA)
KLASIFIKASI VIRUS BERDASARKAN GENOM

materi genetiknya
virus Variola, Herpes
berupa asam
simplex 1, Human
adenovirus, Varicella
nukleat yang
zoster, Hepatitis , berbentuk rantai
Adenovirus, Papiloma tunggal atau ganda
dll tidak berpilin

DNA RNA
HIV, Poliovirus,
materi genetik
SARS, coronavirus,
nya berupa asam Virus ebola,
nukleat yang Influenza, Rhinovirus,
berbentuk rantai Virus rubella, Virus
ganda berpilin ensefalitis,dll
7 SISTEM KLASIFIKASI VIRUS DALAM BALTIMORE
Virus dengan genom positive-strand RNA

Virus dengan genom negative-strand RNA

Virus dengan genom double-stranded RNA

Virus dengan genom double-stranded DNA

Virus dengan genom single-stranded RNA

Retroviruses have a single-stranded, positive-sense


RNA genome

Untuk klasifikasi yang terakhir, digambarkan dengan


jelas di hepadnavirus.
Spesifik terhadap Tidak spesifik,
antigen, responnya segera
responnya lambat (saat paparan-12
(hari), jam), tidak
menghasilkan sel menghasilkan sel
memory memory

Ketika sel terinfeksi hancur, virus akan bebas dan akan


dilepaskan ke cairan ekstrasel, yang mana nantinya virus
akan langsung diserang makrofag, antibodi, dan
komponen komplemen yang aktif.
Menghancurkan virus dengan fagositosis
Menyiapkan dan membawakan antigen virus ke sel T helper
Makrofag
Mensekresi IL-1, yang mana mengaktivasi clones sel B dan T spesifik untuk antigen virus.

Plasma Cells Derived from Menetralkan virus untuk mencegah virus masuk ke dalam sel inang.
B Cells Specific to the Berperan sebagai opsonin untuk meningkatkan fagositosis virus.
Viral Antigen Secrete Mengaktivasi lethal complement cascade sebagai bagian dari adaptive immunity
Antibodies
Secara langsung menghancurkan virus yang bebas dengan membentuk hole-punching
Sistem komplemen membrane attack complex.
Berperan sebagai opsonin untuk meningkatkan fagositosis dari virus
Disekresi oleh sel yang terinfeksi
Berikatan dengan dan mencegah replikasi virus di sel inang
Interferon
Meningkatkan kekuatan membunuh dari makrofag, sel natural killer (NK), dan sel T
sitotoksik
Sel NK Melisiskan sel inang yang terinfeksi secara tidak spesifik
Secara spesifik diaktivasi oleh antigen virus dan melisiskan sel inang yang terinfeksi
Set T sitotoksik (sel CD8+) sebelum virus bereplikasi.

Mensekresi sitokin, yang mana meningkatkan aktivitas sel T sitotoksik dan produksi
Sel helper T (sel CD4+) antibodi oleh sel B.
7 dari 10 wanita
hamil
mengkonsumsi
18.2 antivirus

Jt
orang
36.7 Jt
orang
PREVALENSI DI INDONESIA
JALUR PENULARAN HIV

Suntikan
Hubungan seks Melalui plasenta
penetratif tanpa Melahirkan lewat
kondom (lewat Tranfusi darah
vagina
vagina) Jarum suntik
Menyusui bayinya
Seks lewat anus Alat tusuk yg tembus
kulit (alat tindik, tato)
Hubungan
Ibu-bayi
seksual
HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV)
Genom:
Berupa single stranded RNA
Molekul tRNAlys3 seluler terbungkus
dalam virions digunakan sebagai
primer untuk transkripsi balik.
Gen dan protein:
4 protein kapsid: matriks, kapsid,
nukleokapsid, p6
2 glikoprotein utama: gp120 dan
gp41
3 enzim: protease, reverse
transkriptase, integrase
2 protein pembungkus: permukaan
dan transmembran
6 protein regulator: Viral infectivity
factor (Vif), Viralprotein unique to
HIV-1(Vpu), Virion protein R (Vpr),
transactivator of transcription (Tat),
regulator of expression of viron
proteins (Rev), Negative effector
(Nef)
Jenis virus:
HIV-1, HIV-2
SIKLUS HIDUP
HIV-1
Dua target utama infeksi HIV
adalah sistem imun dan sistem
syaraf pusat.

2 galur HIV berdasarkan


kemampuan menginfeksi:
Macrophage-tropic (R5 virus),
dengan coreseptor CCR5.
menginfeksi
monosit/makrofagberperan
di awal infeksi
T cell-Tropic (X4 virus),
dengan coreseptor CXCR4.
menginfeksi sel T line yang
aktifberperan di penurunan
jumlah sel CD4+ (tahap lanjut
infeksi.
Proporsi koreseptor CXCR4 >
CCR5 di subset limfosit T dan
monosit (Indrati dkk., 2012)
TAHAP 1: PENGIKATAN VIRUS DENGAN SEL INANG
PROSES REPLIKASI VIRUS
ASSEMBLY OF VIRUS AND BUDDING
PATOGENESIS INFEKSI
VIRUS HIV
Penyakit HIV dimulai dengan infeksi akut,
yang mana hanya sebagian dikontrol oleh
respon imun inang, sel yang diinfeksi adalah
sel T CD4+ memori (dengan koreseptor
CCR5) jaringan mukosa limfoid.
Sel dendritik di epitel tempat masuknya virus,
menangkap virus dan membawanya ke nodus
limfa.
Saat di jaringan limfoid, sel dendritik akan
mengeluarkan HIV ke dalam sel T CD4+
melalui terjadi kontak antar sel.
Replikasi ini berkembang menjadi viremia
dengan tingginya partikel HIV, dan terjadi
sindrom HIV akut.
fase kronik infeksi HIV dimana nodus limfa
dan limfa merupakan tempat lanjutan HIV
bereplikasi dan merusak sel. (clinical latency
period)
PROGRESIFITAS HIV
LANJUTAN...
Pada fase kronik progresif, pasien rentan terhadap infeksi lain, dan respons
imun terhadap infeksi tersebut akan menstimulasi produksi HIV dan
destruksi jaringan limfoid. Transkripsi gen HIV dapat ditingkatkan oleh
stimulus yang mengaktivasi sel T, seperti antigen dan sitokin. Sitokin
(misalnya TNF) yang diproduksi sistem imun alamiah sebagai respons
terhadap infeksi mikroba, sangat efektif untuk memacu produksi HIV. Jadi,
pada saat sistem imun berusaha menghancurkan mikroba lain, terjadi pula
kerusakan terhadap sistem imun oleh HIV. Penyakit HIV berjalan terus ke
fase akhir dan letal yang disebut AIDS dimana terjadi destruksi seluruh
jaringan limfoid perifer, jumlah sel T CD4+ dalam darah kurang dari 200
sel/mm3, dan viremia HIV meningkat drastis.

Hal ini juga disebabkan proporsi koreseptor CXCR4 lebih tinggi


dibandingkan dengan CCR5 di subsets limfosit T dan monosit.
MEKANISME PENURUNAN JUMLAH CD4+
SETELAH INFEKSI HIV
UJI DIAGNOSIS HIV
Tes antibodi
Mendeteksi ada atau tidaknya antibodi.
Diperlukan 3-12 minggu
Ujinya menggunakan darah
Terdiri dari screening tests: rapid test atau ELISA dan confirmatory tests:
western blot dan indirect immunofluorescent assay. rapid test kits, yaitu
terdiri dari serial testing dan paralel testing

Uji kombinasi antibodi dan antigen


Diperlukan 2-6 minggu
Antigen p24 dari virus (meningkat signifikan setelah infeksi awal)

Uji asam nukleat


Melihat HIV dalam darah
Diperlukan 7-28 hari
Mahal, dan tidak lazim digunakan untuk deteksi HIV (kecuali pada orang
dengan risiko paparan HIV)
TES ANTIBODI
Algoritma serial testing

Sampel darah

Tes 1 Tes 2

Keduanya positif Keduanya negatif Hasil bertentangan

Hasil diserahkan Hasil diserahkan Uji ulang setelah 6


minggu
algoritma parallel testing Sampel darah

Tes 1

Negatif
Hasil positif

Hasil diserahkan
Tes 2

Positif
Hasil negatif

Hasil
Tes 3
diserahkan

Positif Negatif
Hasil diserahkan ke lab hasil diberikan dan
yang dilakukan tes ulang
direkomendasikan setelah 3 bulan
Perubahan virological dan serological markers
setelah infeksi HIV-1 (Butto dkk., 2010).

Imunoglobulin E (IgE)
umumnya akan
meningkat di pasien
yang terinfeksi HIV.
IgE ini satu-satunya
antibodi yang tidak
dapat melewati
plasenta, oleh
karenanya IgE dapat
potensial untuk
deteksi virus di anak-
anak ataupun dewasa
(Fletcher dkk., 2000).
Abnormalitas hasil
lab di pasien AIDS

Hilangnya sel T CD4+


perbandingan
CD4+/CD8+.

Rasio di orang normal =


1-2

Rasio di orang AIDS= 0,5


atau kurang
CLINICAL
STAGING OF
HIV/AIDS DI
REMAJA DAN
DEWASA
Mekanisme kerja antivirus di HIV-1
MANAJEMEN TERAPI ANTI RETROVIRUS (ARV)

Tujuan terapi antiretrovirus

Menurunkan morbiditas (termasuk morbiditas dari opportunistic infection) dan


memperpanjang hidup dari penderita HIV

Meningkatkan kualitas hidup dari orang yang terinfeksi

Menekan secara cepat dan terus menerus dari viral load

Meningkatkan imunitas dengan meningkatkan jumlah sel CD4+

Menurunkan risiko penularan HIV ke bayi (penularan ibu ke anak) dan pasangan seks.
First line ART di orang dewasa
o Rekomendasi: kombinasi obat setidaknya 2 kelas ARV yang
berbeda, dengan jumlah minimum 3 obat termasuk 1 NNRTI
atau biasanya digunakan sebuah protease inhibitor.
o Terapi tunggal atau terapi dengan dua macam obat tidak
direkomendasikan karena meningkatkan risiko perkembangan
resistensi

First line regimen:


AZT + 3TC + EFV
AZT + 3TC + NVP
TDF +3TC (or FTC) + EFV
TDF +3TC (or FTC) + NVP
Second line ART di Salvage therapy
orang dewasa
o Direkomendasikan boosted o Ketika terjadi kegagalan terapi dari
protease inhibitor (bPI) Second line terapi dan tidak ada
(ATV/r dan LPV/r) + 2 respon terhadap regimen yang ada.
NRTI
o Rekomendasi: DRV/r+RAL dengan
o Jika d4T atau AZT telah
dipertimbangkannya latarbelakang
digunakan diterapi
pengoptimalan NRTIs yang mana
pertama, gunakan TDF +
(3TC atau FTC) sebagai harus memasukkan 3TC/FTC.

NRTI o JIka tidak tersedia Salvage therapy,


o Jika TDF telah digunakan maka pasien tersebut harus
diterapi pertama, gunakan melanjutkan dengan pengoptimalan
AZT + 3TC sebagai NRTI regimen second line terapi.
PENYEBAB KEGAGALAN TERAPI
Faktor virus

Mutasi virus yang menimbulkan resistensi obat

Resistensi obat

Karena pasien tidak patuh dalam terapi mutasi virus

Terjangkit virus yang resisten terhadap ARV

Terpapar virus resisten sejak awal, atau infeksi ulang virus

Faktor non virus

Host factors: kepatuhan yang buruk, alnutrisi, malabsorpsi


Pemilihan regimen awal yang tidak poten atau dosis tidak tepat
Interaksi obat
Tanaman Senyawa berkhasiat Mekanisme aksi

Andrographis andrographolide Menghambat enzim protease dan reverse transcriptase HIV.


paniculata Menghambat sel yang terinfeksi dari fase G2 dimana replikasi
virus optimal.

Galanthus nivalis Aglutinin G.nivalis Inhibitor yang kuat untuk menghambat penyebaran virus antar
limfosit dengan targetnya adalah gp120 envelope plycoprotein.
Hippeastrum hybrids Aglutinin, dan monocot
mannose-binding lectins
(MBLs)
Rhus succedanea L. Biflavonoid, robustaflavon, Inhibitor kuat untuk enzim polimerase dari HIV-1
dan hinokiflavon
Ancistrocladus Michellamines A dan B Menghambat reverse transcriptase di tahap awa siklus hidup
korupensis HIV dan di tahap lanjut dengan menghambat fusi sel dan
tranformasi syncytium
Rauwolfia Papaverine Menghambat reverse transcriptase dan pertumbuhan sel
serpentina
Achyrocline 3,5-asam dikafeoilquinik Menghambat enzim integrase HIV-1 secara kuat dan
satureioides irreversible
Arctium lappa Wedelolactone (turunan Menghambat replikasi HIV-1, memblokade transmisi HIV antar
kumarin), orobol sel.
Arnebia euchroma Monosodium dan Menghambat aktivitas replikasi HIV
(Royle) Jonst monopotasium salts dari
isomer tetramer asam
kafeat
Terminalia arjuna Ekstrak kulit batang Menghambat enzim protease HIV
Humulus lupulus Santohumol Menghambat aktivitas HIV-1 dengan efek seperti menginduksi
cytopathic HIV-1, produksi antigen p24 virus dan reverse
transcriptase dalam limfosit C8166
Callophyllum Cordatolide A dan B Menghambat aktivitas HIV-1
Cordatooblongum (+)-calanolide A Replikasi
Marila laxiflora Laxofloranone Menghambat efek cytophatic HIV-1 dalam sel line T, termasuk
sel CEM-SS dan sel MT-2
Symphoniag Guttiferone A Menghambat reverse transcriptase dengan aktivitas yang kuat
globulifera menghambat aktivitas HIV-1
Hypericum perforatum Hypericin, 3-hydroxy lauric Menghambat efek cytopathic HIV secara in vitro,menghambat
L. acid replikasi HIV, aktivitas anti-HIV dengan sedikit atau tidak ada
aktivitas sitotoksik.
Monotes africanus Prenylated flavonoids, 6,8 Memblok replikasi HIV-1 di tahap masuknya virus.
Vatica astrotricha diprenylaromadendrin dan
6,8 diprenylkaempferol
Prostatrin, 12-deoksiforbol
Peltophorum Gallotanin Menghambat aktivitas RNA-dependent-DNA polymerase dari
africanum HIV-1 reverse transcriptase, menghambat aktivitas
ribonuklease H dari reverse transcriptase
Hypericum perforatum Hiperisin dan Mengganggu berkumpulnya virion dan penyebarannya,
pseudohiperisin berinteraksi dengan proviral DNA integration, mencegah
penyebaran virus dan budding.
Mellisa officinalis Asam rosmarinat Menghambat virion HIV-1 membawa X4 dan R5 HIV-1 yang
berbeda. Menghambat fusi dari partikel HIV-1dengan sel
inang.
Eugenia caryophyllata Tanin eugenin, kasuariktin, Menghambat fusi virus-sel, dan menghambat formasi
T. telimagrandin, kromones syncytium.
biflorin dan isobliforin
Areca catechu Prosianidin, arecatanin B1 Menghambat enzim protease HIV
Flammulina velutipes Velutin Menghambat reverse transcriptase HIV-1
Cephaelisipecacuanha Psychotrine O- Menghambat reverse transcriptase HIV-1
methylpsychotrine
Crataegus pinatifida Uvaol dan ursolic acid Menghambat aktivitas protease HIV-1

Anda mungkin juga menyukai