Anda di halaman 1dari 30

OBAT ANESTESI

Periode : 22 juni 11 juli 2015


ANESTESIOLOGI
AN : TIDAK
TIDAK BERASA
AESTESIA : RASA

Cabang ilmu kedokteran yang meliputi


pemberian anestesia dan analgesia
dengan tujuan untuk menghilangkan rasa
nyeri, stress dan menjaga faal tubuh tetap
stabil
OBAT ANESTESI

UMUM LOKAL

Cara pemberian Cara Pemberian


1. Inhalasi 1. Infiltrasi lokal
2. Intravena 2. Intravena regional
3. Intramuskular 3. Blok SSP
4. Rectal 4. Blok saraf tepi
5. Permukaan, dengan
spray atau gelly
Sirkuit
1. Open
2. Close
3. Semi-opened
4. Semi-closed
SEDATIF

Opiod
TRIAS ANALGETIK
ANESTESI Non- Opioid

Depolarisasi
RELAKSAN
Non-depolarisasi
OBAT ANESTESI INHALASI
Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau
manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari pada
udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak bereaksi
dengan soda lime absorber (pengikat CO2).
Penggunaan dalam anestesi
N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan 50%:50%.
Dosis untuk mendapatkan efek
Analgesik 20%;80%
Induksi 80%:20%
Rumatan 70%:30%.
Enfluran (ethran)
Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk
cairan, mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak
bereaksi dengan soda lime.
Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Obat ini
jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa
pemulihannya cepat.

Isofluran (forane)
Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak
mudah terbakar.
Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung
stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi
dan masa pulih anestesi cepat.

Sevofluran
Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen
yang paling disukai untuk induksi inhalasi, induksinya
enak dan cepat terutama pada anak.
OBAT ANESTESI INTRAVENA
Ketamin
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general
anaesthetik. Dapat menimbullkan takikardi , hipertensi,
hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesi dapat
menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan
mimpi buruk.
Indikasi pemakaian ketamin adalah prosedur dengan
pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis,
tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi
sibuk, dan asma.
Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg
dan diastolik 100 mmHg, riwayat penyakit
serebrovaskular, dan gagal jantung.
Diprivan (diisopropil fenol, propofol)
Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi berisi 10%
minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur yang berwarna putih
susu. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh
GABA.
Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa
detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kgBB (iv).

Obat Dosis Induksi Dosis Rumatan


Tiopental 3-7 mg/kgBB bolus pelan 30-
60 dtk
Propofol 2-2,5 mg/kgBB Total 4-12mg/kgBB/jam
Ketamin 1-2 mg/kgBB (iv)
3-10 mg/kgBB (im)
OBAT ANALGETIK OPIOID
OPIOD
Semua zat baik sintetik atau alami yang
dapat berikatan dengan reseptor morfin.
Opioid dapat digolongkan menjadi:
Alami morfin, kodein, papaverin, dll
Semi-sintetik heroin, dihidromorfin, dll
Sintetik fentanil, petidin, alfentanil, dll
ANALGETIK OPIOID
MORFIN
Msh sering digunakan
Dpt dibuat scr sintetik namun lebih mudah
dr getah papaver somniferum
Dibanding opioid lain, paling mudah larut
& kerja nya cukup panjang (long action)
Pd premedikasi : srg kombinasi dg Atropin
& fenotiasin
MORFIN
Pd premedikasi : srg kombinasi dg Atropin &
fenotiasin
Pd pemeliharaan di OK : sbg tambahan analgesi &

diberikan IV
Sbg obat utama anestesi : hrs ditambah

benzodiazepin/ fenotiasi/ anestetik inhalasi dosis


rendah
DOSIS

nyeri sdg : 0,1 - 0,2 mg/kgBB; SC, IM; tiap 4 jam


nyeri hbt dws : 1-2 mg IV; diulang sesuai kprluan
nyeri psca bedah/ persalinan : 2 4 mg; epidural atau
0,05 0,2 mg IT; dpt diulang 6 12 jam
MORFIN
Efeknya thdp SSP : depresi (analgesi, sedasi,
perubahan emosi, hipoventilasi alveolar) & stimulasi
(miosis, mual & muntah, hiperaktif refleks spinal,
konvulsi & sekresi ADH)
Efek thdp KV : Dosis besar merangsang vagus -->
bradikardi
Efek thdp respirasi : histamin release -->
bronkokonstriksi
Efek thdp sal cerna : kejang otot usus --> konstipasi,
kejang sfingter odi --> kolik (menyerupai ser jantung)
Efek thdp ginjal : kejang sfingter VU --> retensi urin
EFEK SAMPING Alergi di lokasi suntikan, mual &
muntah, pruritus
PETIDIN
Analgesik sentral dg afinitas rendah pd reseptor mu
Kelemahan analgesinya 10 20 % dbdg morfin
Diberikan scr oral, im, iv
Dosis : 50 100 mg; max 600 mg/ hari
Mnybbkn kkeringan mulut, kkburan pandangan &
takikardi, konstipasi tp efek sfingter odi lbh ringan

TRAMADOL
Dosis IM : 1 2 mg/ kgBB ; dpt diulang 3-4 jam
Dosis IV : 0,2 0,5 mg/kgBB
Analgesi spinal : 1 2 mg/kgBB
SC tdk dianjurkan --> iritasi
FENTANIL
Zat sintetik dgn kekuatan 100x morfin
Lbh larut lemak dibanding petidin & menembus sawar
jaringan lbh mudah
Anestesi pembedahan --> 1 3 mg/ kgBB kerjanya 30
mnt
Induksi anestesi & pemeliharaan anestesi dikombinasi
dg benzodiazepin & anestetik inhalasi dosis rendah 50
150 mg/ kgBB
Efek depresi napas > efek analgetik
Kekakuan otot pinggang --> dcgh dg pelumpuh otot
Dosis besar --> mncgh peningkatan kdr gula, CCK
plasma, ADH, renin, aldosteron, kolesterol
NALOKSON
Antagonis opioid & bekerja di reseptor mu, delta,
kappa dan sigma
Efek : RR meningkat, kantuk menghilang, midriasis,
TD meningkat
Dosis 1 - 2 mg/ kgBB; iv; diulang tiap 3-5 mnt smp
ventilasi dianggap baik
Dosis im : 2x dosis iv
Dosis keracunan opioid : 3 10 mg/kgBB
Dosis depresi napas neonatus : 10 mg/ kgBB; dpt
diulang tiap 2 mnt
OBAT ANESTESI
REGIONAL/LOKAL
Lidokain
Lidokain (lignikaon,xylocain) adalah anestetik
lokal kuat yang digunakan secara topikal dan
suntikan. Efek anestesi terjadi lebih cepat, kuat,
dan ekstensif dibandingkan prokain.
Bupivakain
Bupivakain adalah anestetik golongan amida
dengan mula kerja lambat dan masa kerja
panjang.
Klasifikasi

Relaksan

Non
Depolarisasi
Depolarisasi
Relaksan Depolarisasi
Bekerja seperti asetilkolin, berikatan dengan reseptor asetilkolin
membangkitkan potensial aksi otot tidak dimetabolisme oleh
asetilkolinesterase konsentrasi tidak menurun cepat
memperpanjang depolarisasi di motor end plate cukup lama berada
di celah sinaptik depolarisasi yang ditandai oleh fasikulasi disusul
relaksasi otot karena pembukaan kanal natrium setelah eksitasi awal
& pembukaan pintu bawah kanal natrium tertutup tidak bisa
membuka sampai terjadi repolarisasi motor end plate motor end plate
tidak dapat repolarisasi selama obat relaksan berikatan dengan reseptor
asetilkolin fase I block

Setelah beberapa lama, depolarisasi end plate memanjang


perubahan ionik & konformasi pada reseptor asetilkolin fase II block
Relaksan Depolarisasi

Yang termasuk golongan ini :

- Suksinilkolin (diasetil-kolin)

- Dekametonium
Suksinilkolin
Terdiri dari 2 molekul Interaksi Obat
asetilkolin yg bergabung Kolinesterase inhibitor
Onset cepat (30-60 detik) Menghambat fase I block
& duration of action dgn menghambat
pendek (<10 menit) kolinesterase jumlah
Dimetabolisme oleh asetilkolin
pseudokolinesterase meningkatkan depolarisasi
suksinilmonokolin
Pelumpuh otot non
Dosis depolarisasi
1 mg/kgBB IV Antagonis fase I block
menduduki reseptor
asetilkolin depolarisasi
suksinilkolin sebagian
dicegah
Relaksan Depolarisasi
Efek samping suksinil :
Nyeri otot pasca pemberian
Peningkatan tekanan intraokular
Peningkatan tekanan intrakranial
Peningkatan tekanan intragastrik
Peningkatan kadar kalium plasma
Aritmia jantung
Salivasi
Alergi, anafilaksis

Karena risiko hiperkalemia, rabdomiolisis dan cardiac


arrest pada anak dengan miopati tak terdiagnosis
suksinilkolin dikontraindikasikan pada penggunaan
rutin pada anak & dewasa
Relaksan Non Depolarisasi
Bekerja dengan berikatan pada reseptor nikotinik-kolinergik,
tetapi tidak mampu menginduksi pembukaan kanal ion
tidak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi
asetilkolin berikatan dengan reseptornya asetilkolin tidak
dapat bekerja potensial end plate tidak terbentuk

Berdasarkan susunan molekul relaksan non depolarisasi digolongkan


menjadi :
Bensiliso-kuinolinum
d-tubokurarin, metokurin, atrakurium, doksakurium, mivakurium
Steroid
pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium, rokuronium
Eter-fenolik
gallamin
Nortoksiferin
alkuronium
Relaksan : Berdasarkan lama kerja
Relaksan
Pilihan Pelumpuh Otot
- Untuk induksi cepat : suxamethonium, bila KI
rokuronium
- Stabilitas hemodinamika : vekuronium (pada
hipovolemia / peny. jantung
yg parah)
- Gangguan faal ginjal : atrakurium, vekuronium
- Gangguan faal hati : atrakurium
- Miastenia gravis : jika dibutuhan dosis 1/10
atrakurium
- Bedah singkat : atrakurium, rokuronium,
mivakurium
- Kasus obstetri : semua dapat digunakan
kecuali gallamin
Relaksan

Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot :


1. Cegukan (hiccup)
2. Dinding perut kaku
3. Ada tahanan pada inflasi paru
Penawar Relaksan

Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase


bekerja pada sambungan saraf-otot
mencegah asetilkolin-esterase bekerja
sehingga asetilkolin dapat bekerja

Antikolinesterase yang paling sering digunakan :


Neostigmin (prostigmin)
Piridostigmin
Edrophonium
Fisostigmin (hanya untuk oral)
Penawar Relaksan

Dosis : Efek samping :


Neostigmin 0,04 0,08 Hipersalivasi
mg/kgbb Keringatan
Piridostigmin 0,1 0,4 Bradikardia
mg/kgbb Kejang bronkus
Edhroponium 0,5 1,0
Hipermotilitas usus
mg/kgbb
Pandangan kabur
Fisostigmin 0,01 0,03
mg/kgbb

Pemberiaanya harus disertai oleh obat vagolitik seperti


atropin (0,01 0,02 mg/kgbb) atau glikopirolat (0,005
0,01 mg/kgbb sampai 0,2-0,3 mg pada dewasa)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai