SEMESTER V, TA 2013/2014
MODUL PENELITIAN KESEHATAN
KULIAH RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
DOSEN : dr. INDRADJID, MS.
WAKTU : JANUARI 2014
EPIDEMIOLOGI DASAR
A. ORIENTASI : (Kaitan antara Ilmu Kedokteran Dasar, Ilmu Kedokteran Klinik
dan Ilmu Kesehatan Masyarakat)
B. KONSEP TERJADINYA PENYAKIT
C. PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT
D. TAHAP-TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT
Agen secara tersendiri tidaklah cukup menimbulkan suatu penyakit. Karena masih
diperlukan suatu kondisi yang cocok buat agen, lingkungan maupun host.
Perubahan keseimbangan antara host, lingkungan dan agen.
Untuk memahami, mempelajari, menganalisa atau memperkirakan gambaran
suatu penyakit, perlu menganalisa kondisi/perubahan pada masing-masing
komponen. Perubahan pada suatu komponen akan menciptakan keseimbangan
baru yang dapat menurunkan atau meningkatkan frekuensi suatu penyakit di
masyarakat.
Jadi penyakit akan terjadi bila ada ketidakseimbangan diantara ketiga
komponen. Sebagai contoh, untuk penanggulangan penyakit malaria,
perlu sekali dipahami bahwa ada spesies nyamuk anopheles yang suka
bertelur pada air tergenang yang dapat sinar matahari langsung, ketika
pohon yang menaungi rawa-rawa ditebang habis oleh penduduk, maka
populasi nyamuk anopheles akan cepat meningkat dan wabah penyakit
malaria akan terjadi.
2. MODEL RODA (WHEEL MODELS)
Dengan teori segitiga, seringkali sulit dipisahkan secara
tegas antara faktor host dan lingkungan. Untuk beberapa
penyakit tertentu interaksi ini jelas terlihat, tetapi adapula
yang samar-samar.
Misalnya penyakit jantung koroner, kanker, penyakit jiwa,
hipertensi, dll; maka agennya tidak dapat dipisahkan secara
jelas dengan lingkungan.
Pada Wheel Models ini agen tidak lagi kelihatan secara jelas. Faktor host
disebut faktor intrinsik, dan faktor lingkungan disebut faktor ekstrinsik
(termasuk didalamnya agen).
Host (manusia) merupakan pusat dari roda dengan faktor genetik sebagai
intinya, dan host dikelilingi faktor lingkungan (biologis, fisik dan sosial).
Contoh :
1. Pada penyakit keturunan (hereditier), maka faktor genetik menempati
porsi relatif besar
2. Pada penyakit campak (morbili), faktor genetik kurang begitu penting,
tetapi tingkat imunitas dan lingkungan biologis memegang peranan yang
penting.
Faktor Lingkungan (Ekstrinsik), lazimnya dikelompokkan menjadi lingkungan
biologis, lingkungan fisik dan lingkungan sosial
Yang termasuk LINGKUNGAN BIOLOGIS, misalnya: mikroorganisme penyebab
penyakit, reservoir dimana kuman hidup dan berkembang biak. Vektor, yaitu
binatang yang menularkan penyakit (nyamuk, lalat, keong, dll)
Yang termasuk LINGKUNGAN FISIK, misalnya: cahaya, radiasi, tekanan
atmosfer, panas,kelembaban air, bahan kimia, dll. Sebagian sudah bisa
dikendalikan seperti teknik pembersihan air, teknik pengelolaan sampah,
pengatur suhu, tetapi masih banyak yang belum terkendali, misalnya polusi
udara, gempa, badai, dll.
Termasuk dalam kelompok LINGKUNGAN SOSIAL, ialah sosial budaya, sosial
psikologis, sosial ekonomi, sosial politik, dll.
Contoh : sistem pengawasan terhadap peraturan kesehatan, tabu/pantangan
terhadap makanan tertentu, perilaku hidup bersih dan sehat.
3. MODEL SARANG LABA-LABA (WEB MODELS)
Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Mac Mahon (1968), bahwa suatu
kejadian tidak pernah disebabkan oleh suatu penyebab tunggal (single
isolated cause), namun merupakan hasil rangkaian penyebab yang saling
berkaitan sehingga merupakan jaringan (web).
Mac Mahon menerangkan model ini dalam bukunya Epidemiology, Principles
and Methods, memakai contoh Icterus yang disebabkan oleh virus hepatitis
yang ditularkan lewat jarum suntik. Pada model tersebut diterangkan adanya
suatu kejadian antara penemuan pengobatan penyakiy syphilis dan timbulnya
wabah hepatitis karena virus. Pada waktu itu baru saja ditemukan cara
pengobatan syphilis dengan obat preparat arsen yang harus disuntikkan intra-
vena (pada waktu itu obat penisilin belum ditemukan). Terjadilah pengobatan
secara besar-besaran dengan obat tersebut. Pada saat itu epidemiologi
hepatitis belum dipahami. Faktor-faktor lain yang besar peranannya adalah
keadaan ekonomi para penderita yang umumnya rendah, pelayanan
kesehatan belum baik, jarum dan alat suntik dipakai berkali-kali tanpa
dibersihkan dan disterilkan, karakteristik virus hepatitis yang ditularkan lewat
suntikan, kekebalan para penderita yang semuanya berkaitan satu sama
lainnya.
Jadi merupakan suatu rantai yang menghasilkan suatu efek akhir berupa
wabah hepatitis/ icterus. Mac Mohan kemudian menyimpulkan bahwa
virusnya tidak bisa dikatakan sebagai penyebab tunggal (single factor).
Manfaat untuk : penanggulangan dan pencegahan
4. MODEL H.L. BUIM :
Empat faktor yang berperan untuk terjadinya penyakit atau derajat kesehatan
masyarakat
GENETIK PERILAKU
PENYAKIT ATAU
DERAJAT KESEHATAN
PELAYANAN LINGKUNGAN
KESEHATAN
Pada Wheel Model dan Web Model, faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan
tidak dapat dipisahkan tetapi tercakup dalam komponen lingkungan, sedangkan model
Blum, faktor perilaku dan faktor pelayanan kesehatan (kemampuan dan kemauan
pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat) dipisahkan menjadi faktor
tersendiri.
DEPKES mengadopsi model Blum sebagai acuan penyusunan Sistem Kesehatan nasional
(SKN) karena lebih mudah dipakai sebagai pedoman untuk menyusun program-programnya.
C. PERJALANAN ALAMIAH PENYAKIT
(NATURAL HISTORY OF DISEASE)
Selain untuk mencegah dan menanggulangi penyakit, pemahaman terhadap
perjalanan alamiah penyakit juga amat penting ketika menghitung morbility rate.
Kesulitan sering muncul ketika menentukan mana penduduk yang sakit dan mana
penduduk yang tidak sakit, terutama pada penyakit menahun (kronis). Untuk itu
badan Kesehatan Sedunia (WHO) pada tahun 1948 menetapkan
batasan/pedoman tentang sehat :
Health is a state of complete physical, mental and social well being and not
merely the absence of disease of infirmity.
Menurut batasan ini, pengertian sakit adalah sangat luas, bukan hanya cacat fisik
saja tetapi juga mental dan sosial.
Secara umum, perjalanan alamiah penyakit pada manusia ada empat tahapan:
1. Fase Suseptibel
2. Fase Presimtomatis
3. Fase Klinik
4. fase Ketidakmampuan (Fase Akhir)
Penyakit-penyakit tertentu tidak jelas fase presimtomatisnya, misalnya pada
kecelakaan lalu lintas.
1. FASE SUSEPTIBEL
Penyakit belum terjadi, tetapi sudah muncul beberapa faktor yang
memudahkan timbulnya penyakit, misalnya: kelelahan, kadar kolesterol darah
meningkat, merokok, perilaku seksual salah, dll.
Faktor-faktor ini disebut faktor resiko (Risk Factor).
Pada fase ini, faktor host, agen dan lingkungan berinteraksi satu sama lain dan
bila keseimbangannya terganggu akan menghasilkan Stimulus.
2. FASE PRESIMTOMATIS (MASA INKUBASI)
Pada fase ini penyakit sudah terjadi tetapi secara klinis belum tampak. Sudah
terjadi perubahan patologis, tetapi masih belum cukup untuk menimbulkan
gejala klinis, misalnya, perubahan aterosklerostik pada pembuluh darah
koroner sebelum gejala klinis penyakit jantung koronernya tampak. Pada fase
ini seseorang sudah disebut sakit, tetapi untuk mengetahuinya diperlukan
alat-alat diagnostik yang canggih terutama penyakit-penyakit non-infeksi.
Pada penyakit infeksi, terutama yang disebabkan oleh virus, cara
mengetahuinya relatif lebih mudah yaitu dengan memeriksa ada tidaknya
antibodi, sebab tubuh manusia hampir selalu membentuk antibodi bila ada
kuman/benda asing/antigen yang masuk kedalam tubuh.
3. FASE KLINIS
Pada fase ini sudah ada perubahan patologi dan fungsional, sehingga
nampak gejala (sudah melewati horizon klinis). Pada beberapa penyakit,
fase klinis dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan dasar, atas dasar :
- Gejala-gejalanya - Lokalisasi, penyebaran
- Simtom - Morfologi atau tipe sel
- Fungsi - Pengobatan/Therapy
Tujuan pengelompokan ada dua, yaitu :
1. Untuk kepentingan penanggulangan/pengobatan penyakitnya, dimana
pada satu fase akan berbeda dengan fase lain (kanker leher rahim
stadium 0 akan berbeda dengan stadium 1 atau 2)
2. Untuk penelitian epidemiologi
Dalam penelitian epidemiologi, rate yang paling tepat untuk dipakai
adalah angka spesifik (Spesific Rate), yaitu angka dimana pembilang
dan penyebutnya telah dipilah-pilah agar menjadi
seragam/homogen/spesifik.
CONTOH-CONTOH PENGELOMPOKAN PADA FASE KLINIS
Contoh 1 : Pengelompokan berdasarkan lokalisasi
Kanker Stadium 1 = Masih terlokalisir
Kanker Stadium 2 = Metastase/menyebar lokal
Kanker Stadium 3 = Metastase jauh
CONTOH 2 : Berdasarkan aktifitas penderita (fungsi) pada penyakit jantung
Tingkat 1 : Dengan aktifitas fisik apapun, tidak ada rasa tidak enak
Tingkat 2 : Ada rasa sedikit kurang enak pada aktifitas sehari-hari, tetapi
dengan istirahat, biasa saja.
Tingkat 3 : Ada rasa kurang enak walaupun aktifitas fisik minimal, dalam
keadaan istirahat masih enak.
Tingkat 4 : Dalam keadaan istirahat pun menyebabkan rasa tidak enak.
CONTOH 3 : Berdasarkan terapi / pengobatan pada penderita (fungsi) pada
penyakit jantung
Tingkat 1 : Semua aktifitas tidak dibatasi.
Tingkat 2 : Aktifitas sehari-hari tidak dibatasi
Tingkat 3 : Aktifitas fisik sehari-hari perlu dibatasi, tetapi tidak mutlak.
Tingkat 4 : Aktifitas sehari-hari harus betul-betul dibatasi (mutlak).
Tingkat 5 : Total istirahat ditempat tidur.
Perlu diingat bahwa klasifikasi terapi tidak selalu paralel dengan klasifikasi
fungsional, misalnya penderita yang baru saja mendapat serangan jantung
atau karditis reumatika yang aktif, bisa tidak mempunyai gejala fisik, tetapi
total bedrest (tingkat 5).
Pengelompokkan seperti contoh diatas sangat penting dalam penelitian
epidemiologi, karena akan dapat mengurangi variabilitas dan menghasilkan
suatu sub-grup yang lebih homogen sehingga akan diperoleh suatu angka dari
kejadian yang spesifik.
4. FASE KETIDAKMAMPUAN = FASE AKHIR
Beberapa penyakit akan sembuh dengan baik melalui pengobatan ataupun
akan sembuh secara spontan tanpa obat (self limiting). Sejumlah penyakit
lainnya akan meninggalkan cacat, baik dalam waktu singkat ataupun
dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan kemampuan penderita
menjadi berkurang, mulai dari yang ringan sampai yang berat atau
menetap.
Contoh : penyakit campak (morbili) atau penyakit virus lainnya,
sebagian besar penderita bisa sembuh dengan sendirinya
(self limiting), dan hanya sebagian kecil penderita morbili
diikuti oleh kelainan neurologis yang menetap (cacat).
Secara umum definisi ketidakmampuan (disability) :
Sesuatu keterbatasan aktifitas seseorang termasuk aspek psikososialnya.
Penekanan adalah pada kehilangan fungsi tubuh dan bukan pada kelainan
antomisnya. Banyak orang yang tangannya hanya satu, tetapi dengan satu
tangan tersebut masih bisa berfungsi seperti halnya orang normal dengan
dua tangan.
D. TAHAP-TAHAP PENCEGAHAN PENYAKIT = LEVEL OF
PREVENTION
Pengertian pencegahan (prevention) dalam arti luas adalah :
a) Menghidarkan terjadinya penyakit
b)Menghambat atau memperlambat perjalanan suatu
penyakit yang sudah terjadi pada seseorang.
b) Rehabilitation
adalah usaha-usaha untuk memungkinkan seseorang yang cacat
akibat penyakit atau kecelakaan, agar mereka dapat hidup
menjalankan fungsi-fungsi seperti layaknya orang normal di
masyarakat.
APLIKASI EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Mempelajari masalah kesehatan pada
Kelompok manusia
SUMBER DATA
1. Catatan dan laporan peristiwa kehidupan (vital record/vital satistik
adm pemerintahan)
2. Catatan dan laporan penyakit sarana kesehatan
3. Catatan dan laporan instansi khusus(perusahaan asuransi,kepolisian dll)
4. Hasil sensus penduduk
5. Hasil survey khusus
a. Survey insiden penyakit
b. Survey prevalen penyakit
6. Penjaringan kasus (screening)
7. Pencarian kasus (case finding)
a. Active case finding
b. Pasive case finding
8. Survailen (surveillance)
Pengamatan terhadap suatu masalah kesehatan yang dilakukan secara
terus menerus terutama keadaan wabah
a. Active surveillance
b. Pasive surveillance
PENERAPAN EPIDEMIOLOGI
A. Disease Surveillance
Monitoring terhadap pola kejadian penyakit dalam populasi disebut
surveillance pengumpulan data.
Pemanfaatan data surveillance :
1. Membantu identifikasi wabah penyakit.
2. Sebagai pedoman dengan memperkirakan kelompok populasi yang
paling banyak terserang,juga penyebab yang paling mungkin.
3. Dapat digunakan menyusun strategi pengawasan/penanggulangan
atau pecegahan penyebaran penyakit.
4. Dapat untuk mengukur dampak dari suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan.
5. Sebagai informasi yang dibutuhkan untuk menentukan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
. Searching for Causes
- Sumber informasi diperoleh dari interview,penelaahan laporan dan
dari pemeriksaan laboratorium.
- Dicari hubungan dari data yang diperoleh dengan kejadian penyakit :
- Apakah hanya kejadian kebetulan (coincidence)
- Apakah non- causal linkages
- Apakah cause and effect relationship
RISK FACTORS
melalui : - Case control study
- Cohort - study
C.Diagnostic testing
- Bertujuan memperoleh bukti objectif ada atau tidak adanya penyakit
pada fase asymptomatic dari perjalanan alamiah penyakit. Test ini
disebut Screening.
- Beberapa terminologi dalam diagnostic testing :
- False positive - Specificity
- False negative - Sensitivity
- Contoh:
- A test with a very low percentage of false positive results is
said to have HIGH SPECIFICITY
- A test with a very low percentage of false negative results is
said as having HIGH SENSITIVITY.
D.Determining the Natural history of a disease
- Beberapa cara yang digunakan :
- Case fatality
- Survival time and median survival time
F.TESTING NEW TREATMENTS
- Semua jenis obat baru/prosedur pengobatan baru harus melaluitest
pengujian dan membuktikan efektifitasnya sebelum di ijinkan untuk
dipergunakan untuk pelayanan klinik.
- Pendekatan standart yang digunakan untuk menilai efektivitas
pengobatan adalah : RANDOMIZED CONTROLLED CLINICAL TRIAL.
REFERENSI :
1. Azwar, Azrul (1994) : Pengantar Epidemiologi- Edisi Revisi. Binarupa
Aksara, Jakarta.
2. Foltin, J.et.al (2001) : Medical Epidemiology Third Edition. The Mc Graw
Hill Companies, Inc, USA
3. Wirawan, D. N (2005) : Epidemiologi Dasar- Handout - 1. Bagian IKK IKP,
F.K. Udayana, Denpasar.