Katarak
Katarak
KATARAK
Pembimbing
Dr. Hj. Hasri Darni, Sp.M
Oleh
Sitti Nurdiana (2009730164)
Kepaniteraan klinik stase mata
Rs islam jakarta pondok kopi
Fakultas kedokteran dan kesehatan uni.Muhammadiyah jakarta
April 2014
(WHO) 45 juta penderita kebutaan di
dunia 60% diantaranya berada di negara
miskin /berkembang.
Indonesia, dalam catatan WHO
berada diurutan ketiga dengan terdapat
angka kebutaan sebesar 1,47%. Salah
satu kebutaan disebabkan oleh katarak
Lapisan Lensa
Refraksi
Fungsi akomodasi
Katarak
Bahasa Yunani Katarrhakies dan Latin
cataracta yang berarti air terjun.
Bahasa Indonesia bular; dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh*
Katarak kekeruhan lensa;
Terjadi akibat hidrasi lensa dan denaturasi
protein lensa*
* Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Epidemiologi
Prevalensi
o 10 % orang Amerika Serikat
o 50 % usia 65 dan 74 tahun
o 70 % usia > 75 tahun. 2
* Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Faktor Resiko
Usia
fisik/trauma (pajanan terhadap sinar
ultraviolet, riwayat pembedahan mata)
Zat kimia (merokok, alkohol),
Penyakit predisposisi (diabetes mellitus,
galaktosemia, glaucoma, uveitis),
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin.1
Patogenesis
Belum dapat dimengerti sepenuhnya
Perjalanan penyakit katarak bervariasi, tidak
dapat diprediksi dan tergantung dari tipe
katarak1
Seiring perjalanan usia:1
Lensa menjadi semakin tebal dan berat.
Produksi serat lensa yang terus menerus
menyebabkan kekauan dan kompresi
nukleus, dikenal sebagai sklerosis nuklear.
Protein lensa mengalami modifikasi dan
agregasi menjadi berwarna kuning-coklat
sehingga merubah transparansi dan indeks
refraksi lensa.
Patogenesis
Pembentukan katarak secara kimiawi:2
awalnya terjadi kandungan air diikuti
dehidrasi,
terjadi penurunan penyerapan oksigen
kandungan natrium dan kalsium
kandungan kalium, asam askorbat, dan
protein.
Pada lensa yang mengalami katarak tidak
ditemukan glutation.
1. American Academy of Ophthalmology. Preferred Practice Pattern; Cataract in the Adult eye. San Fransisco: 2006. Diunduh dari www.aao.org/ppp. Diakses tanggal
26 Maret 2008
2. John P. Lensa. Dalam: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P, editors. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika. 2000. h.175-84
Gejala Klinis
Gejala subjektif : penglihatan seperti berasap
dan tajam penglihatan menurun secara progresif
Penurunan tajam penglihatan tergantung dari tipe
katarak
Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya
myopic shift
second sight
Penglihatan ganda (diplopia) monokular
Gejala objektif : kekeruhan lensa tampak dalam
bermacam bentuk dan tingkat serta berbagai
lokalisasi di lensa
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan visus sebelum dan sesudah koreksi
Pemeriksaan eksterna
Pemeriksaan lapang pandang.
Azar Dimitri T. The Crystalline Lens and Cataract. In: Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition. United
States : Lippincott, Williams & Wilkins I. 2002
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan lensa dan pupil menggunakan senter
(flashlight).
Oftalmoskop direk.
Normal refleks fundus (merah) di dalam pupil
Katarak sulit atau tidak terlihat sama sekali seiring
kepadatan kekeruhan lensa
Azar Dimitri T. The Crystalline Lens and Cataract. In: Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition.
United States : Lippincott, Williams & Wilkins I. 2002
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan slitlamp tidak hanya Dikonsentrasikan
untuk melihat kekeruhan lensa, namun juga
menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva,
kornea, iris dan bilik mata depan.
Azar Dimitri T. The Crystalline Lens and Cataract. In: Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition. United States :
Lippincott, Williams & Wilkins I. 2002
Pemeriksaan Oftalmologis
Pengukuran tekanan intraokular : Tonometri
Evaluasi fundus evaluasi integritas anatomi
segmen posterior menilai makula, nervus optik,
vitreous, pembuluh darah retina, dan perifer retina
kondisi-kondisi tertentu dapat membatasi
rehabilitasi visual setelah pembedahan katarak.
Azar Dimitri T. The Crystalline Lens and Cataract. In: Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition. United States :
Lippincott, Williams & Wilkins I. 2002
BERDASARKAN USIA KATARAK
o Katarak Kongenital
o Katarak Juvenil
o Katarak Senil
BERDASARKAN MATURITAS
o Katarak Insipien
o Katarak Intumesen
BERDASARKAN o Katarak Imatur
MORFOLOGI o Katarak Matur
o Katarak Nuklear o Katarak Hipermatur
o Katarak Kortikal o Morgagni
o Katarak Subkapsular
o Katarak Kapsularis
katarak yang mulai terjadi sebelum / segera setelah
lahir dan bayi berusia <1 tahun.
penyebab hampir 10 % kebutaan pada anak-anak
diseluruh dunia
Eiologi :
Tidak diketahui penyebabnya
23 % merupakan penyakit herediter yang diwariskan secara
autosomal dominan
Bayi ibu yang menderita infeksi saat kehamilan terutama
pada trimester I
Penyakit metabolik (galaktosemia, homosisteinuria,
diabetes mellitus dan hipoparatiroidisme)
Patogenesis
katarak kongenital, kelainan utama terjadi di
nukleus lensa (nukleus fetal/nukleus
embrional), tergantung pada waktu stimulus
karaktogenik
katarak developmental, kekeruhan pada lensa
timbul pada saat lensa dibentuk. Jadi lensa
belum pernah mencapai keadaan normal
Klasifikasi
katarak kongenital (infantilis)
katarak didapat
Kekeruhan nuklearis
Kekeruhan Lamelaris
Gejala Klinis
Leukokoria
ambliopia sensoris.
nistagmus, strabismus dan fotofobia
Diagnosis
Pemeriksaan darah
Laboratorium rutin, TORCH titer, Venereal
Disease Research Laboratory (VDRL) test,
Urine Reduksi, Red cell galactokinase
Katarak yang lembek dan terdapat pada
orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan
Etiologi
Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit lainnya seperti:
Katarak metabolik
Katarak Komplikata
Katarak Traumatik
Katarak Senilis
* Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Katarak insipien
o Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeruji menuju korteks anterior dan posterior
(katarak kortikal)*
o celah terbentuk antara serat lensa dan korteks
berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni)
pada katarak insipien*
.
* Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Katarak intumesen
Lensa degeneratif menyerap air Kekeruhan +
pembengkakan lensa
Air masuk ke dalam celah lensa lensa menjadi bengkak dan
besar mendorong iris bilik mata menjadi dangkal
dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma
Hidrasi korteks lensa mencembung dan daya biasnya akan
bertambah mengakibatkan miopia lentikular
Katarak imatur
Lensa sebagian keruh
Tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif
Pertambahan volume lensa
Pada keadaan lensa mencembung dapat menimbulkan
hambatan pupil glaukoma sekunder
* Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Katarak matur
o Kekeruhanan telah mengenai seluruh lapisan lensa.
o Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan
cairan akan keluar ukuran lensa kembali normal
terjadi kalsifikasi lensa.
Katarak hipermatur
o Katarak yang mengalami degenerasi lanjut menjadi
keras atau lembek dan mencair ukuran lensa mengecil.
o Bila proses katarak berjalan terus dengan kapsul yang tebal
korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar
korteks (sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa) karena lebih berat
keadaan ini disebut katarak Morgagni
* Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Terapi
Ekstraksi katarak cara pembedahan dengan
mengangkat lensa yang katarak.1
1. Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
2. Kansky Jack J, editor. Clinical ophtalmology a sistemic approach. 5th ed. Oxford:Butterworth Heinamann Ltd; 1994.p 176-205
Operasi Katarak Ekstrakapsular, atau Ekstraksi
katarak ekstra kapsular (EKEK).
Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Operasi katarak intrakapsular, atau Ekstraksi
katarak intra kapsular (EKIK)
Ilyas S. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. h.200-10
Fakofragmentasi atau Fakoemulsifikasi
o Menggunakan getaran-getaran ultrasonik
untuk mengangkat nukleus dan korteks
melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm)
dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya)
o Kelebihan yaitu insisi lebih kecil, rehabilitasi
yang lebih cepat dan komplikasi post
operatif yang lebih jarang.
o Tergantung mesin dan operator serta lebih
mahal.
John P. Lensa. Dalam: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P, editors. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika. 2000. h.175-84
Komplikasi Operasi
Ruptur kapsul posterior
Kehilangan fragmen lensa ke posterior
Perdarahan suprakoroidal
Gejala klinis:
Penglihatan kabur secara mendadak
Mata menjadi merah, lensa opak, dan mungkin
terjadi perdarahan intraokular
Apabila humor aqueus atau korpus vitreum
keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak.