Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah suatu usaha


yang dilakukan untuk mempertahankan
kehidupan pada saat penderita mengalami
keadaan yang mengancam nyawa.
Keterlambatan 1 menit kemungkinan berhasil 98
dari 100
Keterlambatan 4 menit kemungkinan berhasil 50
dari 100
Keterlambatan 10 menit kemungkinan berhasil 1
dari 100
Lanjutan....

Jantung, paru dan otak bekerjasama untuk


mempertahankan kehidupan.
Fungsi dari ketiganya saling ketergantungan.
Bila salah satu mengalami gangguan dua organ
lainnya akan mengalami gangguan.
Bila salah satu organ tersebut mengalami
kegagalan fungsi, maka kedua organ lainnya
akan mengalami hal yang sama
Lanjutan....

Kematian klinis terjadi pada penderita henti nafas


dan henti jantung.
Kematian klinis masih bisa ditangani dengan
melakukan RJP
Kematian klinis terjadi selama 6-8 menit, setelah 8-
10 menit tanpa denyut nadi, kerusakan
irreversibel terjadi pada otak
INGAT!!! BILA PENDERITA HENTI NAFAS BELUM
TENTU HENTI JANTUNG, BILA PENDERITA HENTI
JANTUNG SECARA OTOMATIS MENGALAMI
HENTI NAFAS SEGERA LAKUKAN RJP
RESUSITASI JANTUNG PARU PADA ORANG DEWASA

RJP merupakan salah satu yang mendasari


bantuan hidup dasar dan dapat bervariasi
dalam pendekatan optimal terhadap RJP,
tergantung penolong, korban dan sumber
daya yang tersedia.
Keberhasilan RJP terhadap henti jantung
membutuhkan integrasi dari rantai
keberhasilan.
lanjutan..

RJP adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan


untuk mengembalikan dan mempertahankan
fungsi vital organ pada korban henti jantung, dan
henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian
kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman,
2014)

Henti jantung atau cardiac arrest adalah keadaan


dimana terjadinya penghentian mendadak
sirkulasi normal darah karena kegagalanjantung
berkontraksi secara efektif selama fase sistolik
Lanjutan

Henti jantung dibedakan berdasarkan aktivitas


listrik jantung (elektrokardiogram) dan
berdasarkan shocable dan nonshocable yaitu :
1. Nonshocable : asistol dan aktivitas elektrik
tanpa nadi (pulseless electrical activity, PEA)
2. Shocable : fibrilasi ventrikel (VF), dan takikardia
ventrikel tanpa nadi (pulseless VT).
Lanjutan....

Prinsip-prinsip dasar terhadap RJP adalah kekuatan


dari rantai keberhasilan yang terdiri dari 5 rantai
yaitu :
1. Segera mengenali tanda-tanda henti jantung dan
mengaktifkan sistem respon kegawatdaruratan
2. Segera RJP dengan penekanan pada kompresi
dada
3. Segera defibrilasi
4. Bantuan hidup lanjut yang efektif
5. Perawatan pasca henti jantung yang terintegrasi
RJP kualitas tinggi??

1. Kecepatan paling sedikit 100x/mnt


2. Kedalaman kompresi 2 inci (5cm)
3. Biarkan dada recoil setiap setelah kompresi
4. Minimalkan interupsi terhadap kompresi dada
5. Hindari ventilasi yang berlebih
ALGORITMA BHD MENURUT AHA (AMERICAN HEART ASSOCIATION)

Tidak respon, tidak bernafas atau


bernafas tidak normal (gasping)
2

Aktifkan sistem respon kegawatdaruratan ambil AED/Defibrilator


Atau kirim orang kedua (jika ada) untuk melakukannya
3
Nadi teraba
Cek nadi selama *beri 1 nafas tiap 5-6 det
< 10 det *cek nadi kembali tiap menit

Nadi tdak teraba


Lanjutan olgaritma....
4

Mulai 30 kompresi dan 2 ventilasi

Defiblitalor datang
6

Cek irama (irama shockable??)


7
unshockable 8
shockable
Segera lakukan RJP selama 2
Berikan satu shock mnt. Cek irama tiap 2 mnt :
segera lakukan RJP lanjutkan sampai tim BHL
selama 2 mnt datang atau penderita mulai
bergerak
Lanjutan.....

Kotak 1 : Segera mengenali tanda-tanda henti jantung

Ketika menemukan pasien dengan henti jantung


kenali tanda-tanda henti jantung
Sebelum mendekati penderita yakinkan aman
diri, lingkungan aman dan aman pasien)
Posisikan pasien pada tempat yang keras dan
posisi supine cek respon
Cek respon tepuk bahu korban
Jika tidak berespon cek nafas tidak
berespon aktifkan sistem respon
kegawatdaruratan
Lanjutan....

Kotak 2 : Mengaktifkan sistem respon kegawatdaruratan

Aktifkan sistem kegawatdaruratan (telpon tim gawat


darurat) pasang AED (jika tidak ada mintakan
satu petugas untuk mengambil AED) jika AED
tidak ada lakukan cek nadi karotis lakukan RJP
diawali dengan kompresi dada. Jika AED datang
langsung dipasang untuk mendeteksi irama jantung,
jika ira shockable maka lakukan shock, jika terdapat
irama unshockable maka lanjutkan RJP.
Jika AED tidak ada lanjutkan RJP sampai bantuan
hidup lanjut datang atau penderita bergerak yang
menunjukkan adanya sirkulasi spontan
Lanjutan....

Kotak 3 : cek nadi

Untuk tenaga kesehatan jika setelah cek nadi


dan tidak teraba segera lakukan RJP
RJP kompresi dada
Jika nadi teraba bantuan nafas tiap 5-6 detik
dan cek kembali nadi karotis setiap 2 menit
Lanjutan....

Kotak 4 : Segera RJP dengan penekanan pada dada

RJP dilakukan dengan rasio 30 : 2


Artinya 30 kompresi dada dan 2 ventilasi
Jika alat jalan nafas definitif sudah terpadang
tidak perlu menghentikan kompresi
Kompresi dengan kecepatan 100x/mnt tanpa
berhenti saat memberikan ventilasi
Ventilasi diberikan setiap 6-8 detik (8-
10x/menit)
Lanjutan....

Kotak 6 : Cek Irama

Saat pad AED atau padel pada defibrilator


terpadang didada pasien analisa irama
jantung tentukan apakah irama shockable
atau unshockable
Lanjutan....

Kotak 7 : Irama Shockable

Jika irama shocable (VT/VF tanpa nadi)


defibrilasi
Setelah defibrilasi segera lakukan RJP selama 2
menit atau 5 siklus kompresi dan ventilasi jika
menggunakan rasio 30 : 2
Lanjutan....

Kotak 8 : irama unshockable

Jika terdapat irama unshockable (kecuali


VT/VF tanpa nadi) lakukan RJP selama 2
menit atau 5 siklus kompresi dan ventilasi jika
menggunakan ratio 30 : 2
Lakukan sampai dengan bantuan hidup lanjut
datang atau penderita sudah bergerak
(terdapat tanda-tanda sirkulasi spontan)
NO INDIKATOR
YA TIDAK
1 3A (aman diri, aman pasien, aman
lingkungan)
2 Cek kesadaran
3 Hubungi SPGDT
4 Cek jalan nafas (head till, chinlift, jaw
trhust)
5 Bersihkan jalan nafas (sweep finger)
6 Cek pernafasan (look, listen, feel)
7 Bantuan nafas 2x
8 Cek nadi karotis
9 RJP (30 kompresi, 2 ventilasi) 5 siklus
10 cek nadi karotis
11 Cek pernafasan
12 Bantuan nafas 20x ( dalam 2 menit)
13 Cek pernafasan
14 Recovery position
KRITERIA UNTUK TIDAK MEMULAI RJP (DILUAR RUMAH SAKIT)

1. Tempat untuk melakukan RJP dapat


meningkatkan resiko injuri serius bahkan
kematian bagi penolong maupun penderita
2. Sudah terdeapat tanda-tanda kematian
biologis seperti kekakuan, lebam mayat
3. Ada keterangan yang sah bahwa penderita
tidak perlu dilakukan RJP
KRITERIA UNTUK MENGAKHIRI RJP (DILUAR RUMAH SAKIT)

1. Adanya sirkulasi spontan ditandai dengan


penderita bergerak atau terdapat nadi dan
nafas
2. Tim lain datang atau tim bantuan hidup
lanjut datang
3. Penolong kelelahan, lingkungan yang
berbahaya atau kelangsungan usaha
tesusitasi dalam bahaya
4. Terdapat tanda-tanda kematian
KRITERIA UNTUK TIDAK MEMULAI RJP (DI RUMAH SAKIT)

1. Sudah terdapat tanda-tanda kematian


biologis seperti kekakuan, lebam mayat
2. Ada keterangan yang sah bahwa penderita
tidak perlu dilakukan RJP
KRITERIA UNTUK MENGAKHIRI RJP (DI RUMAH SAKIT)

1. Tergantung terdaksikan atau tidak waktu


untuk RJP, waktu yang megawali henti
jantung, waktu defibrilasi, penyakit penyerta,
status sebelum henti jantung dan ada
tidaknya sirkulasi spontan
2. Tergantung kebijakan di institusi tersebut

Anda mungkin juga menyukai