Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK ERT

ANGGOTA KELOMPOK:
AVE MANUEL
BENHARD PRATAMA
IGNATIUS IRWANTORO SUNARMO
DANIEL DJONG
NICOLAS SURIANA
VENTURA KEVIN
PELANGGARAN ETIK PROFESI
INSINYUR INDONESIA PADA
KONSTRUKSI BAJA JEMBATAN

KEGIATAN SIMAK LAPANGAN:


WAJIB: JEMBATAN PENYEBRANGAN ORANG BENHIL-SEMANGGI & BUNDARAN HI

PILIHAN BEBAS : JEMBATAN MANDASTANA


INSINYUR
(Accreditation Board of Engineering and Technology, ABET)

Penerapan keahlian khusus (matematika, fisika dan


pengetahuan ilmiah lainnya yang relevan) untuk melakukan
perencanaan, perancangan (design), konstruksi, operasi dan
perawatan dari produk, proses, maupun sistem kerja tertentu
secara efektif-efisien guna kemaslahatan manusia.
JEMBATAN PENYEBRANGAN ORANG (JPO)

Fasilitas pejalan kaki untuk menyeberang jalan


yang ramai dan lebar atau menyeberang jalan tol
dengan menggunakan jembatan, sehingga orang
dan lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik.
KODE ETIK INSINYUR INDONESIA
CATUR KARSA, PRINSIP-PRINSIP DASAR :

Mengutamakan keluhuran budi.


Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat manusia.
Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.
KODE ETIK INSINYUR INDONESIA
SAPTA DHARMA, TUJUH TUNTUNAN SIKAP :

Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan

kesejahteraan Masyarakat.

Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.

Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.

Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan

dalam tanggung jawab tugasnya.

Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan

kemampuan masing-masing.

Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan

martabat profesi.

Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.


Faktor yang Mempengaruhi
Pelanggaran Etika Profesi
Kebutuhan individu.
Korupsi alasan ekonomi.
Tidak ada pedoman.
Area abu-abu, sehingga tak ada panduan.
Perilaku dan kebiasaan individu.
Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.
Lingkungan tidak etis.
Pengaruh dari komunitas.
Perilaku orang yang ditiru.
Efek primordialisme yang kebablasan
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
NOMOR : KM 65 TAHUN 1993
TE NTAN G
FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
MENTERI PERHUBUNGAN

Jembatan penyeberangan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) huruf c, memiliki lebar sekurang-
kurangnya 2,00 meter dan tinggi jembatan
penyeberangan bagian paling bawah sekurang-
kurangnya 5,00 meter dari atas permukaan jalan.
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 19/PRT/M/2011
TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA
PERENCANAAN TEKNIS JALAN
Pasal 26
(1) Jembatan penyeberangan pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf a merupakan bangunan jembatan yang diperuntukkan untuk
menyeberang pejalan kaki dari satu sisi jalan ke sisi jalan yang lainnya.
(2) Jembatan penyeberang pejalan kaki harus dibangun dengan konstruksi yang
kuat dan mudah dipelihara.
(3) Jembatan penyeberangan pejalan kaki memiliki lebar paling sedikit 2 (dua)
meter dan kelandaian tangga paling besar 20 (dua puluh derajat).
(4) Jembatan penyeberangan pejalan kaki harus dilengkapi dengan pagar yang
memadai.
(5) Pada bagian tengah tangga jembatan penyeberangan pejalan kaki harus
dilengkapi bagian rata yang dapat digunakan sebagai fasilitas untuk kursi roda
bagi penyandang cacat.
(6) Lokasi dan bangunan jembatan penyeberang pejalan kaki harus sesuai dengan
kebutuhan pejalan kaki dan estetika.
KETENTUAN PEMBANGUNAN JPO
1. Bila fasilitas penyebrangan dengan menggunakan zebra cross dan
pelikan cross sudah menggangu lalu lintas yang ada
2. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang
melibatkan pejalan kaki cukup tinggi
3. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan
kaki yang tinggi, serta arus kendaraan memiliki kecepatan tinggi.
POTENSI PELANGGARAN JEMBATAN
BENDUNGAN HILIR-SEMANGGI
Panjang jembatan 600 meter
Sudut kemiringan 43 derajat
Permukaan licin
Permukaan tidak dapat
menyerap air
Tidak terdapat drainase
Pagar pengaman keropos
Hilangnya beberapa paku
keling plat stainless alas
POTENSI PELANGGARAN JEMBATAN
BUNDARAN HOTEL INDONESIA
Permukaan licin
Permukaan tidak dapat
menyerap air
Tidak terdapat drainase
Pagar pengaman keropos
Terdapat lubang pada
jembatan
KASUS POTENSI PELANGGARAN PELANGGARAN

PerMen PU N0 : 03/PRT/M/2014
/2011 Tentang Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, Dan
Pemanfaatan
Terlalu jauh, dan Prasarana Dan Sarana Jaringan
Panjang jembatan Pejalan Kaki
menimbulkan kelelahan bagi Di Kawasan Perkotaan:
600 meter penggunanya Keselamatan Dan Kenyamanan
Para Pemakai Jembatan Serta
Keamanan
Bagi Pemakai Jalan Yang Melintas
Di Bawahnya;
PerMen PU No : 19/Prt/M/2011
Tentang Persyaratan Teknis Jalan
Dan Kriteria Perencanaan Teknis
Jalan: Pasal 26 Ayat (3) Jembatan
Penyeberangan Pejalan Kaki
Sudut kemiringan 43 Memiliki Lebar Paling Sedikit 2
Terlalu curam dan tinggi
derajat (Dua) Meter Dan Kelandaian
Tangga Paling Besar 20 (Dua Puluh
Derajat).
KASUS POTENSI PELANGGARAN PELANGGARAN

PerMen PU N0 :
03/PRT/M/2014/2011 Tentang
Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, Dan Pemanfaatan
Pagar Pengaman Prasarana Dan Sarana Jaringan
Keropos Membahayakan Pengguna Pejalan Kaki di Kawasan
penyebrangan Jalan Perkotaan:Keselamatan Dan
Kenyamanan Para Pemakai
Jembatan Serta Keamanan bagi
Pemakai Jalan yang Melintas Di
Bawahnya.

PerMen PU N0 :
03/PRT/M/2014/2011 Tentang
Pedoman Perencanaan,
Membahayakan Pengguna Penyediaan, Dan Pemanfaatan
Prasarana Dan Sarana Jaringan
Permukaan licin penyebrangan Jalan Pejalan Kaki di Kawasan
Perkotaan: Kenyamanan; Jalur
penyebrangan memiliki
permukaan yang tidak licin,
KASUS POTENSI PELANGGARAN PELANGGARAN

PerMen PU N0 :
Permukaan tidak 03/PRT/M/2014/2011 Tentang
Membahayakan Pengguna Pedoman Perencanaan,
dapat menyerap air Penyediaan, Dan Pemanfaatan
penyebrangan Jalan dan
Prasarana Dan Sarana Jaringan
dan tidak terdapat mengganggu pengguna Pejalan Kaki di Kawasan
jembatan penyebrangan Perkotaan: estetika; Memiliki pola
drainase
penutup tanah dan memiliki daya
serap tinggi

PerMen PU N0 :
03/PRT/M/2014/2011 Tentang
Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, Dan Pemanfaatan
Membahayakan Pengguna Prasarana Dan Sarana Jaringan
Hilangnya beberapa penyebrangan Jalan dan Pejalan Kaki di Kawasan
paku keling plat mengganggu pengguna Perkotaan
stainless alas jembatan penyebrangan PerMen PU No :
19/Prt/M/2011
Tentang Persyaratan Teknis
Jalan Dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan:
Pasal 26 Ayat 2
PELANGGARAN KODE ETIK TERHADAP
RUNTUHNYA JEMBATAN MANDASTASNA
PELANGGARAN KODE ETIK TERHADAP
RUNTUHNYA JEMBATAN MANDASTASNA
FAKTA SEPUTAR RUNTUHNYA JEMBATAN MANDASTANA :

Jembatan terletak Kecamatan Mandastana, Kabupaten Batola


pembangunannya pada tahun 2015 (memakan biaya Rp17 miliar)
Berkonstruksi fileslab girder, panjang 90 meter
Fender berada di sisi kiri dan kanan pilar yang runtuh masih berdiri utuh
alias tidak terganggu dengan runtuhnya jembatan.
Runtuhnya jembatan akibat pilar kedua dari Desa Tanipah atau pilar ketiga
dari Desa Bangkit baru jeblos ke dalam tanah.
KASUS POTENSI PELANGGARAN PELANGGARAN

PerMen PU N0 :
03/PRT/M/2014/2011 Tentang
Pedoman Perencanaan,
Menyebabkan Jembatan Penyediaan, Dan Pemanfaatan
Pilar yang tidak Prasarana Dan Sarana Jaringan
menjadi runtuh dan tidak
dibuat secara benar. Pejalan Kaki di Kawasan
dapat digunakan, serta Perkotaan:Keselamatan Dan
membahayakan pengguna Kenyamanan Para Pemakai
jembatan. Jembatan Serta Keamanan bagi
Pemakai Jalan yang Melintas Di
Bawahnya.

PerMen PU N0 :
Permukaan tidak 03/PRT/M/2014/2011 Tentang
Membahayakan Pengguna Pedoman Perencanaan,
dapat menyerap air Penyediaan, Dan Pemanfaatan
penyebrangan Jalan dan
Prasarana Dan Sarana Jaringan
menyebabkan jalan menjadi
dan tidak terdapat Pejalan Kaki di Kawasan
keropos Perkotaan: estetika; Memiliki pola
drainase penutup tanah dan memiliki daya
serap tinggi

Anda mungkin juga menyukai