Anda di halaman 1dari 35

Hipertensi merupakan silent killer yang

secara luas dikenal sebagai penyakit


kardiovaskular.
Sampai saat ini hipertensi tetap menjadi
masalah karena beberapa hal:
meningkatnya prevalensi hipertensi yang belum
mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati
tetapi tekanan darahnya belum mencapai target
serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi
yang dapat meningkatkan morbiditas dan
mortilitas.
Obat golongan ACE Inhibitor adalah obat
yang efektif digunakan untuk terapi
Hipertensi esensial dan hipertensi yang
parah. ACE inhibitor dikatakan dapat
mengurangi mortalitas hampir 20% pada
pasien dengan gagal jantung.
Healthy People 2010 for Hypertension
menganjurkan perlunya pendekatan yang
lebih komprehensif dan intensif guna
mencapai pengontrolan tekanan darah secara
optimal
Definisi
Batasan hipertensi adalah tekanan darah sistolik
140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90
mmHg. Penentuan klasifikasi ini didasarkan
atas rata-rata dua kali pengukuran tekanan
darah dalam posisi duduk. Pasien yang memiliki
tekanan darah dalam golongan prehipertensi
memiliki resiko dua kali lebih besar untuk
mengalami hipertensi (Chobanian et al, 2003).
Tekanan darah terhadap dinding arteri elastis
dapat diukur dengan suatu alat pengukur
khusus, yakni manometer air raksa, tensi
yang diperoleh biasanya dinyatakan sebagai
mmHg (air raksa). Tekanan darah sistolik
adalah tekanan pada dinding arteri sewaktu
jantung menguncup (sistole) dan tekanan
darah diastolik bila jantung sudah
mengendur kembali (diastole)
Faktor yang tidak bisa di modifikasi
Usia lanjut (usia lebih dari 60 tahun),
keturunan/faktor genetik, jenis kelamin.
Garam
Drop (liquorice)
Stres (ketegangan emosional)
Merokok
Pil anti hamil
Hormon pria dan kortikosteroid
Kehamilan
Faktor-faktor lain yang bisa dimodifikasi antara
lain tekanan darah, tidak adanya aktifitas
(inaktivitas), kelainan metabolik (diabetes
mellitus, lipid darah, asam urat dan obesitas)
The Seventh Report of the Joint National
Commite on Prevention Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII) yaitu suatu badan penelitian di Amerika
Serikat, menentukan klasifikasi tekanan darah
orang dewasa umur lebih dari 18 tahun.
Hipertensi esensial (primer atau idiopatik) adalah
hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang
jelas. Lebih kurang dari 90% kasus merupakan
hipertensi esensial. Penyebabnya multifaktor
meliputi genetik dan lingkungan.
Faktor genetik mempengaruhi : kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stres,
reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan
antara lain: diet, kebiasaan merokok, stres
emosi, obesitas dan lain-lain
Hipertensi sekunder terjadi pada 5 - 10%
kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok
hipertensi sekunder antara lain hipertensi
akibat penyakit ginjal (hipertensi renal),
hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat,
obat-obatan (konstrasepsi hormonal,
kontikosteroid, simpatomimetik amin,
kokain, siklosporin, eritropoetin, dan lain-
lain) (Gunawan et al., 2007).
Paling sering: nyeri kepala
Hipertensi yang meningkat dengan cepat
somnolen, bingung, gangguan penglihatan,
mual dan muntah.
Kronik: pembesaran jantung kiri DOE dan
PND.
Keterlibatan cerebral karena stroke karena
trombosis atau hemoragik dari
mikroaneurisma.
Pemeriksaan awal:
tekanan darah diukur pada kedua lengan,
lebih baik diukur pada posisi terlentang,
duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi
hipotensi postural.
Funduskopi:
peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik,
eksudat, dan papilledema
Mencari bruit pada arteri karotis.
Jantung:
pengerasan bunyi jantung ke-2 karena
penutupan katup aorta dan S4 gallop
pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan
iktus kordis yang bergeser ke arah lateral
Konfirmasi dari hipertensi:
berdasarkan pada pemeriksaan awal dan pemeriksaan
pada dua kali follow-up,
dengan setidaknya dua kali pengukuran pada setiap
kali follow-up.

Peningkatan tekanan darah:


140/90 mmHg
atau
130/80 mmHg (diabetes, CKD, coronary artery disease)
atau
120/80 mmHg (gagal jantung)
Pemeriksaan penunjang rutin sebelum terapi:
EKG 12 lead
Urinalisis
Glukosa darah
Hematokrit
Kalium serum
Kreatinin
Profil lipid
Test tambahan: pengukuran ekskresi albumin
atau albumin/kreatinin rasio
Penyakit jantung
Akibat dari perubahan struktur dan fungsi yang
menyebabkan pembesaran jantung kiri, disfungsi
diastolik, dan gagal jantung.
Stroke infark dan hemoragik
Renal insufficiency
(1) risiko rendah, kurang dari 15 %
(2) risiko menengah , sekitar 15-20 %
(3) risiko tinggi, lebih dari 20 %
Sistem Renin Angiotensin (RA) merupakan
regulator yang penting dalam mengatur
tekanan darah, keseimbangan cairan dan
elektrolit
komponen sistem RA yaitu renin,
angiotensinogen, angiotensin (Ang) I dan II
dapat diproduksi secara lokal pada berbagai
macam organ seperti jantung, ginjal, otak,
paru-paru, dan vaskular, dimana efektor dari
sistem RA ini dapat berfungsi secara parakrin,
autokrin dan intrakrin.
Sistem RA dalam sirkulasi (circulating RA
system) 1 yang mengatur tekanan darah serta
homeostasis cairan dan elektrolit hanya
berjumlah 10 % dari seluruh sistem RA dalam
tubuh. Sedangkan 90 % sistem RA terdapat di
dalam jaringan (tissue RA system) yang
berperan pada pengaturan tonus vaskular,
proses remodeling dan proliferasi sel
jantung, ginjal, saraf dan lain-lain
Blokade sistem RA merupakan pendekatan
rasional dalam pengobatan hipertensi, gagal
jantung, dan diabetik nefropati maupun non-
diabetik
Obat golongan ini bermanfaat pada hipertensi
ringan dan sedang, atau diberikan dalam dosis
kecil untuk mencegah proses degenerasi sistem
kardiovaskular
Obat yang masuk dalam golongan penghambat
aktivitas sistem RA adalah ACE-inhibitor, AT,
Reseptor Blockers (ARB) dan Direct Renin
Inhibitor (DRI)
Definisi
adalah obat yang menghambat enzim yang
mengubah angiotensin, yang nantinya akan
menghambat perubahan Angiotensin I
menjadi Angiotensin II sehingga
menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi
retensi sodium dengan mengurangi sekresi
aldosteron
ACE sendiri terlibat dalam degradasi
bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan
peningkatan bradikinin, yaitu suatu
vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan
prostaglandin dan nitric oxide.
Peningkatan bradikinin meningkatkan efek
penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor,
tetapi juga bertanggung jawab terhadap efek
samping berupa batuk kering
Fungsi ginjal dan serum potassium harus diawasi
dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan
terutama setelah dilakukan peningkatan dosis

diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah


untuk menghindari resiko hipotensi dan
ketidakmampuan ginjal

Obat golongan ACE Inhibitor adalah obat yang efektif


digunakan untuk terapi hipertensi esensial (ringan
sampai sedang) dan hipertensi yang parah, hipertensi
berkaitan dengan gangguan ginjal (renal
hypertension), diabetic nephropathy dan albuminuria,
gagal jantung (Congestive Heart Failure) dan
postmyocardial infarction
Dibagi 3 golongan:
Mengandung Sulfhydiyl group : captopril
Mengandung dicarboxyl: enalapril, lisinopril,
benazepril, quinapril, ramipril, perindopril,
trandopril, spiripril, celazapril dan pentopril.
Mengandung Phosphorius : fosinopril
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat
untuk mencapai kerja obat yang dibagi menjadi
empat proses yaitu : absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (eliminasi)
Bentuk sediaan dari golongan ACE Inhibitor ini
seperti tablet, tablet salut selaput, kaplet, kaplet
salut selaput akan diabsorbsi melalui saluran
cerna dan obat tersebut akan dieliminasi melalui
renal kecuali fisinopril
Kebanyakan ACE Inhibitor dapat diberikan 1
kali/hari kecuali kaptopril, waktu paruhnya
pendek , biasanya dua sampai tiga kali/hari
ACE didistribusikan secara luas di banyak
jaringan, dengan beberapa tipe sel yang
berbeda, tapi lokasi umumnya pada sel
endotel pembuluh darah.
Sekitar 10% pasien mengalami kulit kemerahan,
yang terkadang cepat hilang dengan dosis yang
lebih kecil
Hilangnya kemampuan mengecap reversibel
ataugangguan dalam pengecapan (dysgeusia)
Hipotensi akut bisa terjadi pada onset terapi ACE
inhibitor, terutama pada pasien yang natrium dan
volume airnya berkurang banyak
Netropenia dan agranulocytosis, proteinuria,
glomerulonephritis, gagal ginjal akut, dan
angoiedema; efek ini terjadi pada <1% pasien.
Hiperkalemia umumnya pada pasien dengan
penyakit ginjal atau diabetes melitus
ACE inhibitor tidak boleh diberikan selama
kehamilan karena ancaman masalah neonatal
yang serius, termasuk hipotensi janin,
kegagalan ginjal dan kadang disertai
malformasi dan kematian pada bayi,
Batasan hipertensi adalah tekanan darah sistolik
140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 mmHg.
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama,
yaitu curah jantung (Cardiac Output) dan resistensi
vaskuler perifer (Pheripheral vascular resistence).
ACE inhibitor adalah obat yang menghambat enzim
yang mengubah angiotensin, yang nantinya akan
menghambat perubahan Angiotensin I menjadi
Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi
dan mengurangi retensi sodium dengan mengurangi
sekresi aldosteron. Jika aldosteron dihambat maka
natrium akan diekskresikan bersama dengan air.
Selain hal tersebut ACE sendiri terlibat dalam
degradasi bradikinin maka ACE inhibitor
menyebabkan peningkatan bradikinin yang
meningkatkan efek penurunan tekanan darah
dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggung
jawab terhadap efek samping berupa batuk
kering

Anda mungkin juga menyukai