Anda di halaman 1dari 48

2.

1 Anatomi gigi

Struktur dan komponen

Susunan gigi

a. Gigi seri ( Incicivus )


b. Gigi seri kedua :
pertama :
Pipih, distal dari gigi seri
Pipih, kanan kiri garis
pertama
median
Satu akar, ujung kedistal, lebih
Satu akar lurus
kecil dari gigi seri pertama
Mahkota lurus
Gigi seri kedua bawah lebbih
Incicivus atas lebih besar dan kecil dari gigi seri atas dan lebih
panjang
besar dari gigi seri pertama

bawah
c. Gigi taring ( Canninus ) :
Bentuknya lebih runcing
Mempunyai satu akar dan paling
panjang, bentuknya bulat dan
lebih besar
Gigi yang atas lebih besar dan
kuat

d. Premolar :
Letaknya dibagian lateral belakang
dari gigi canninus
Bentuknya lebih kecil dan lebih
pndek
Mahkota gigi mempunyai 2 cups
yang terdiri dari :
Buccal ( lebbih besar )
Lingual / palatal
Gigi premolar atas umumnya
mempunyai 2 akar
Premolar atas lebih besar dari
premolar bawah

d. Molar atas :
Gigi molar 1 ( M1 ) ukurannya
lebih besar, sedangkan Molar
3 ( M3 ) ukurannya lebih kecil
Mempunyai 3 akar yang
terdiri dari :
1 bagian palatal
2 bagian buccal
Mahkota gigi mempunyai 4
cups yang terdiri dari :
2 bagian palatal
2 bagian buccal
Groove berbentuk H

e. Molar bawah :
Molar 1 ( M1 ) mempunyai 5
cups yang terdiri dari :
2 bagian buccal
2 bagian lingual
1 bagian distal
Molar 2 & Molar 3 masing
masing mempunyai 4 cups
yang terdiri dari :
2 bagian buccal
2 bagian lingual
Gigi molar bawah masing
masing mempunyai 2 akar
yaitu bagian mesia & bagian
distal
Groove berbentuk +

Struktur gigi
enamel
dentin
pulpa
sementum

A. Enamel
struktur gigi yang paling keras,
terdiri dari 96 % mineral, sisanya 4% merupakan air
dan material organik.
Mineral penyusun enamel terutama adalah
hidroksiapatit yang penting untuk kekuatan dan
brittleness enamel
Warna bervariasi, mulai dari kuning sampai putih
keabu-abuan.
Ketebalan bervariasi, bagian yang paling tebal
terdapat pada ujung tonjol, yaitu mencapai 2,5 mm,
dan yang paling tipis terdapat pada daerah tepi, yaitu
pada Cementoenamel Junction (CEJ )

B. Dentin

lapisan di bawah enamel


menyusun sebagian besar gigi
Dentin dilapisi oleh odontoblas
berperan sebagai lapisan pelindung dan
pendukung mahkota gigi
dentin lebih lunak daripada enamel, dan lebih
rentan untuk terjadinya karies
Dentin terdiri dari 70% kristal hidroksiapatit
inorganik, sisanya 30% merupakan organik
yang tersusun dari kolagen, substansi dasar
mukopolisakarida, dan air.

C. Pulpa

o merupakan jaringan nonmineralisasi.


o merupakan jaringan ikat lunak, terbuat dari sel, substansi
interselular, dan cairan jaringan
o Jaringan pulpa pada gigi yang lebih muda mempunyai sel
dan substansi interselular yang lebih banyak daripada gigi
yang lebih tua.
o terdiri dari dua bagian, yaitu kamar pulpa yang terdapat di
dalam mahkota gigi dan saluran akar yang terdapat di dalam
akar gigi
o merupakan bagian pusat gigi yang berisi jaringan ikat lunak.
o Jaringan ini terdiri dari pembuluh darah dan saraf yang
masuk ke gigi melalui apeks gigi
o batas antara dentin dan pulpa terdapat odontoblas yang
mengawali pembentukan dentin.
o Sel lain yang terdapat pada pulpa yaitu fibroblas,
preodontoblas, makrofag, dan T limfosit.

D. Sementum

Adalah lapisan tulang yang membungkus akar gigi


terdiri dari 45% material inorganik terutama
hidroksiapatit, 33% material organik terutama kolagen,
dan 22% air
dibentuk oleh sementoblas di dalam akar gigi dan
bagian sementum yang paling tebal terdapat pada
apeks akar
Warna kekuning-kuningan dan sementum lebih lunak
daripada dentin dan enamel
Peran utama sebagai medium untuk perlekatan ligamen
periodontal ke gigi untuk kestabilan

2.2 Permukaan gigi


permukaan

keterangan

oklusal

permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi


premolar.

mesial

permukaan paling dekat dengan garis tengah


tubuh atau midline.

lingual

permukaan paling dekat lidah di rahang bawah,


di rahang atas disebut dengan permukaan
palatal

distal

permukaan paling jauh dari garis tengah

bukal

permukaan paling dekat dengan bibir dan pipi

insisal

gigi insisivus dan gigi kaninus mempunyai tepi


potong sebagai pengganti permukaan oklusal

proksimal

permukaanpermukaan yang berdekatan


letaknya, misalnya permukaan mesial gigi
tertentu dapat menyentuh permukaan distal
gigi sampingnya. Kedua permukaan itu disebut
dengan permukaan proksimal.

2.2 Odontologi Forensik

Pengertian forensik menurut identifikasi


ilmu kedokteran gigi forensik adalah
semua aplikasi dari disiplin ilmu
kedoktaran gigi yang terkait dalam suatu
penyidikan dalam memperoleh datadata post mortem, berguna untuk
menentukan otentitas dan identitas
korban maupun pelaku demi
kepentingan hukum dalam suatu proses
peradilan dan menegakkan kebenaran

Gigi memenuhi syarat untuk dapat dijadikan sarana


identifikasi karena mempunyai faktor sebagai berikut:
1.Derajat Individualitas yang sangat tinggi
Berdasarkan perhitungan komputer, kemungkinan
untuk menemukan dua orang yang sama giginya
adalah satu per dua triliun.
2.Derajat kekuatan dan ketahanan terhadap berbagai
pengaruh kerusakan
Identifikasi dengan sarana gigi sangat mungkin
dilakukan karena sifat gigi yang sangat kuat, tahan
terhadap berbagai pengaruh kerusakan, seperti
trauma mekanis, termis, kimiawi, dekomposisi, dsb.

Identifikasi dengan sarana gigi dilakukan dengan


cara mebandingkan data postmortem dengan
data gigi data antemortem
Identifikasi dengan cara membandingkan data
ini akan dapat memberi hasil identifikasi sampai
pada tingkat individual, yaitu dapat menunjuk
siapa orang yang diidentifikasi tersebut
Dengan cara membandingkan data akan
diperoleh dua kemungkinan hasil, yaitu sama
atau tidak sama. Apabila dari hasil perbandingan
data itu sama, maka dikatakan identifikasi positif

Data Antemortem

Pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa


hidupnya, biasanya berisikan:
Identitas pasien
Keadaan umum pasien
Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan)
Data perawatan kedokteran gigi
Nama dokter gigi yang merawat
Informed consent (hanya sedikit dokter gigi di
Indonesia yang membuat data informed
consent)

Data Postmortem

Untuk data postmortem yang perlu dicatat pada


pemeriksaan antara lain adalah :
Gigi yang ada dan yang tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada
apakah baru atau lama.
Gigi yang ditambal, jenis bahan dan klasifikasi tambalannya.
Anomali bentuk dan posisi gigi.
Karies atau kerusakan gigi yang ada.
Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang
mungkin ada seperti jacket crown, gigi jembatan, plat
orthodonsi, prothesis gigi
Atrisi atau keausan dataran kunyah gigi yang merupakan
proses fisiologis untuk fungsi mengunyah.
Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum.
Lain- lain: ciri- ciri populasi ras dan geografis

Keunggulan identifikasi gigi geligi

Resisten
terhadap
pembusukan
danpengaruh lingkungan yang ekstrim.
Karakteristik individual yang unik dalam
hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi
menyebabkan
identifikasi
dengan
ketepatan yang tinggi.
Kemungkinan
tersedianya
data
antemortem gigi dalam bentuk catatan
medis gigi ( dental record) dan data
radiologis.

Memiliki
lengkungan
anatomis,
antropologis, dan morfologis, yang
mempunyai letak yang terlindung dari
otot-otot bibir dan pipi
Bentuknya di dunia tidak sama,
Tahan asam keras dan panas

2.3 Identifikasi jenis kelamin


melalui gigi geligi

Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin


berdasarkan kaninus mandibulanya.
Anderson mencatat bahwa pada 75%
kasus,
mesio
distal
pada
wanitaberdiameter kurang dari6,7 mm,
sedangkan pada prialebih dari 7 mm.
Pemeriksaan DNA dari gigi untuk
membedakan jenis kelamin.

Ukuran mahkota gigi, laki-laki lebih


besar daripada perempuan.
Terlihat melalui ketebalan dentin yang
diukur dari foto radiograf sebagai jarak
antara mesial dan distal dentinoenamel
junction.

Panjang akar gigi laki-laki lebih panjang


daripada perempuan
Pengaruh
kromosom
Y
pada
pertumbuhan gigi lebih besar dibanding
kromosom X menyebabkan seksual
dimorfisme pada panjang akar gigi

Gigi geligi

Wanita

Outline Bentuk gigi

Pria

Relatif lebih

Relatif

kecil

besar

Relatif lebih

Relatif

Dentin

tipis

tebal

Bentuk Lengkung Gigi

Cenderung

Tapered

Lapisan

Email

dan

lebih

lebih

oval
Ukuran Cervico Incisal

Lebih kecil

Lebih besar

Lebih bulat

Lebih persegi

Relatif lebih

Relatif

kecil

besar

Distal Caninus Bawah


Outline
Pertama Atas
Lengkung Gigi

Incisive

lebih

Membedakan jenis kelamin dari tulang


rahang

Rahang atas
pria lengkung rahang lebih besar
dari pada wanita karena relative
gigi geligi pria jarak mesio distal
lebih panjang di banding wanita.
Palatum wanita lebih kecil dan
bentuk parabola, dan pada pria
palatum lebih luas serta bentuk
huruf U.

Rahang Bawah
Lengkung rahang bawah pria lebih besar
dari wanita karena gigi geligi wanita
jarak mesio distalnya lebih kecil daripada
pria.
Tulang Rahang
Tulang rahnag wanita dan pria sangat
berbeda
Sudut Gonion
Pria lebih kecil dibanding wanita.

Ramus Ascendens
Ramus ascendens pria lebih tinggi, lebih
besar dan lebih lebar dari pada wanita.
Inter Processus
Jarak
prosessus
Condyloideus
dan
ganprosessus Coronoideus pada pria
lebih jauh di banding wanita
Tulang Menton (Dagu)
Tulang menton (dagu) pria lebih ke
anterior dan lebih besar, ukuran pabio
lebih tebal .

Pars Basalis Mandibula


Pars
basalis mandibular pria lebih
panjang dibandingkan wanita dalam
bidang horizontal.
Processus Coronoideus
Tinggi prosessus Coronoideus pada pria
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
dalam bidang vertical.
Prosessus Condyloideus
Pria ukuran diameter prosessusnya lebih
besar di bandingkan dengan wanita

2.4 Metode Identifikasi Jenis Kelamin


Dokter gigi dapat membantu ahli lain untuk
menentukan jenis kelamin dari jasad yang
tersisa menggunakan gigi.
Untuk identifikasi jenis kelamin tersebut,
dapat dilakukan dalam berbagai metode
yaitu
1.analisis morfologi jaringan keras
(odontometri, orthometri dan bermacammcam keterangan lain) pada bagian oral dan
perioral
2. jaringan lunak (cetakan bibir

Analisis Jaringan Keras

Metode morfologi mendekatkan dengan


bentuk dan ukuran gigi yang dibedakan
antara korban laki-laki dan perempuan.
Terutama pada gigi seri bagian atas.
Perbedaan yang lain ada pada bentuk
rahang antara laki-laki dan perempuan.
Rahang pria (Os Mandibula) memiliki dagu
yang lebih persegi atau dasarnya mendatar
(square chin). Sudut rahang juga tampak
lebih lancip (acute angle of jaw) dan
proccesus mastoideus lebih menonjol.

Gambar 1. Rahang Pria,


gambar 2 rahang wanita

Rahang wanita (Os Mandibula) memiliki


dagu yang lebih lancip atau dasarnya
mendatar (square chin). Sudut rahang juga
tampak lebih lebar (wider angle of jaw) dan
proccesus mastoideus lebih tumpul atau
tidak menonjol.
Pada ukuran gigi, didapatkan gigi incivus
dan caninus central Maxilla pada pria lebih
besar di banding pada wanita Tentunya
merujuk pada setiap ras tertentu. Tetapi
secara global ukurannya lebih besar pada
pria dibanding wanita.

1. Metode odontometri

Analisis jaringan keras metode


odontometri terdiri dari (a) dimensi
mesiodistal (MD) dan dimensi
buccolingual (BL) pada gigi (b) mean
canine index (MCI) (indeks gigi), dan
(c) morfologi gigi. Dimorfisme
seksual terdapat pada ukuran dan
bentuk gigi. Ukuran gigi terbaik
diukur selama awal gigi permanen,
hal ini disebabkan karena pada tahap
ini merupakan tahap dimana gigi
mendapatkan sedikit stimulus baik

2. Metode orthometri

Metode orthometri meliputi morfologi


tengkorak dan mandibula. Pada pria
umumnya memiliki ukuran yang lebih
besar, rahang (os. Mandibula) memiliki
dagu yang lebih persegi atau dasarnya
mendatar, sudut rahang tampak lebih
lancip (acute angle jaw) dan proseccus
mastoideus lebih menonjol. Sedangkan
rahang (os. Mandibula) pada wanita
memiliki dagu yang lebih lancip atau
dasarnya mendatar (square chin). Sudut
rahang juga tampak lebih lebar
(widerangleof jaw) dan proccesus

Analisa Jaringan Lunak


a. Cheiloscopy (Ilmu yang mempelajari tentang sidik bibir )

Pengidentifikasian seseorang dapat dilakukan melalui


cara biologis dan non biologis. Sidik bibir adalah salah
satu sarana identifikasi biologis pada kasus forensik
seperti pada pemecahan kasus pembunuhan,
sedangkan pada kasus nonforensik digunakan untuk
mengidentifikasi usia, jenis kelamin dan ras. Setiap
manusia memiliki alur atau pola khas pada gambaran
sulci pada mukosa bibir atas dan bawah yang
berbeda-beda sama halnya seperti sidik jari. Hal inilah
yang mendasari penggunaan sidik bibir sebagai salah
satu cara untuk mengidentifikasi individu.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa pola sidik bibir dapat


digunakan untuk mengidentifikasi jenis kelamin individu. Pola garis
vertikal lebih umum ditemukan pada perempuan dan pola
berpotongan lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Identifikasi
sidik bibir lebih mudah dilakukan pada kelompok usia 21-40 tahun
karena perubahan usia dapat memengaruhi ukuran dan bentuk
bibir sehingga dapat mengubah bentuk pola sidik bibir yang
dihasilkan. Tidak ada satupun pola sidik bibir yang memiliki
kesamaan, sehingga pengelompokan dapat dilakukan lebih mudah.
Variasi juga ditemukan untuk membedakan jenis kelamin. Pola
sidik bibir tipe I merupakan pola sidik bibir yang paling banyak
muncul pada kelompok jenis kelamin pria dan tipe IV banyak
ditemukan pada jenis kelamin wanita. Pola tipe III paling sedikit
muncul pada jenis kelamin wanita, sedangkan pola tipe V paling
sedikit dijumpai pada jenis kelamin pria dengan menggunakan
klasifikasi Suzuki.

Pola Sidik Bibir Oleh Suzuki dan


Tsuchihashi

b. Rugoscopy (ilmu yang mempelajari pola ruga palatal untuk


mengidentifikasi seseorang )
Pola ruga palatal dapat diklasifikasikan berdasarkan nomer,
panjang, dan bentuknya. Klasifikasi berdasarkan panjang ruga
yaitu:

Ruga primer ( 5-10mm )

Ruga sekunder ( 3-5mm)

Fragmen ruga ( <5mm )


Sedangkan menurut bentuknya diklasifikasi menjadi:
Kurva berbentuk bulan sabit sederhana yang melengkung
Bergelombang
Lurus berjalan langsung dari asal ke bagian akhir
Sirkular berbentuk seperti cincin

Analisis Molekular

Pola morfologi dapat berubah-ubah dengan berjalannya


waktu dan dengan adanya faktor-faktor dari luar, sehingga
metode yang digunakan untuk identifikasi jenis kelamin
dengan analisis molekuler DNA. Pengambilan DNA dari gigi
seseorang yang tidak diketahui identitasnya dapat
dibandingkan dengan sampel DNA antemortem. DNA
terdapat di darah, sisir, baju, atau sampel biopsi dapat
digunakan sebagai smber DNA antemortem
Jenis kelamin ditentukan dari jaringan nekrotik pulpa yang
diwarnai melalui pewarnaan menggunakan quinacrine
mustard untuk fluoresensi kromosom Y
Fluoresensi kromosom Y dapat dilihat pada gigi laki-laki.
Amelogenin merupakan gen jenis kelamin manusia dan
juga merupakan protein utama pada pembentukkan email
manusia. Pada wanita gen amelogenin menunjukkan dua
alel yang homozigot (XX), dimana pria memiliki dua alel
yang heterozigot (XY)

2.5 Identifikasi Usia Berdasarkan Gigi

Perkembangan gigi secara regular terjadi


sampai usia 15 tahun
Identifikasi melalui pertumbuhan gigi ini
memberikan hasil yang lebih baik
daripada pemeriksaan antropologi
lainnya pada masa pertumbuhan

Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun


tergantung dari perkembangan gigi
molar tiga yang pertumbuhannya
bervariasi
Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi
degenerasi dan perubahan pada gigi
melalui terjadinya proses patologis yang
lambat dan hal seperti ini dapat
digunakan untuk aplikasi forensik

Identifikasi umur dapat dilakukan melalui


metode pemeriksaan gigi. Jenis-jenis
metode yang digunakan, yaitu:
1. Metode Schour dan Massler
Mereka membuat tabel tentang
gambaran pertumbuhan gigi mulai dari
lahir sampai dengan umur 21 tahun

2. Metode Gustaffson
6 metode dari Gustaffson:
Atrisi
Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi
mengalami keausan yang sesuai dengan
bertambahnya usia.
Sekunder dentin
Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang
pulpa akan dibentuk sekunder dentin untuk
melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia
maka sekunder dentin akan semakin tebal.
Ginggiva attachment
Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya
jarak antara perlekatan gusi dan gigi.

Pembentukan foramen apikalis


Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen
apikalis.
Transfarasi akar gigi
Semakin tua usia seseorang maka akar giginya
semakin bening, hal ini dipengaruhi oleh
mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.
Sekunder sement
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan
usia. Dengan bertambahnya usia ketebalan sement
pada ujung akar gigi juga semakin bertambah

3. Neonatal and Von Ebner Lines


Garis-garis incremental Von Ebner dan
Neonatal, dapat dilihat pada gigi dalam
bentuk sediaan asahan dengan 7
ketebalan 30-40 mikron
Pada gigi susu dan Molar 1 (yaitu gigigigi yang ada pada waktu kelahiran),
akan ditemukan neonatal line berupa
garis demarkasi yang memisahkan
bagian dalam email (yang terbentuk
sebelum kelahiran) dengan bagian luar
enamel (yang terbentuk setelah lahir)

Selanjutnya juga akan ditemukan garisgaris incremental Von Ebner yang


merupakan transisi antara periode
pertumbuhan cepat dan pertumbuhan
lambat yang berselang-seling.
Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4
mikron yang merupakan kecepatan
deposisi dentin dalam 24 jam

4. Metode Asam Aspartat


Hapusan asam aspartat digunakan untuk
menentukan usia berdasarkan pada terdapatnya
bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen
protein terbanyak pada tubuh manusia berbentuk Lamino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada 14
tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid
dipercaya mempunyai proses metabolisme yang
lambat dan tiap bagiannya mempunyai laju
pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio
dekomposisi yang lebih lambat juga. Asam aspartat
mempunyai kemampuan penghapusan paling tinggi
dari semua asam amino
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri
tengah bagian bawah dan premolar pertama

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai