PENDAHULUAN
Odontologi Forensik berasal dari bahasa Yunani yaitu “odons” yang berarti
gigi dan “logis” yang berarti ilmu pengetahuan serta dari bahasa Romawi yaitu
Forensik atau disebut juga Ilmu Kedokteran Gigi Forensik merupakan ilmu yang
dan Apuranto, 2012). Cabang ilmu ini berhubungan dengan pengambilan sampel,
pemeriksaan dan evaluasi bukti perkara berupa gigi (dental evidence) yang
menjadi bukti dalam suatu kasus perkara pidana (Wibisono, 2012). Awalnya
cabang ilmu ini berkembang untuk kebutuhan dalam proses penyidikan suatu
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masalah sosial, cabang ilmu ini
berhubungan dengan berbagai kasus sipil seperti kecelakaan baik di darat, laut,
(Prawestiningtyas dan Algozi, 2009). Pada kasus-kasus seperti ini tidak jarang
membuat jenazah sulit untuk dikenali, proses identifikasi tersebut menjadi penting
bukan hanya untuk menganalisis penyebab suatu kematian, namun juga untuk
forensik dapat dilakukan melalui beberapa parameter yaitu identifikasi usia, ras,
1
dan jenis kelamin. Identifikasi jenis kelamin merupakan langkah pertama yang
identifikasi jenis kelamin melalui gigi dan mulut dalam berbagai kasus odontologi
forensik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam
ini didahului oleh satu set sebanyak 20 gigi desidua, yang mulai muncul
sekitar 7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-8 tahun. Gigi ini akan
tanggal antara umur enam dan tiga belas, dan diganti secara berangsur oleh
sekitar 12 tahun sampai gigi geligi lengkap, umumnya pada umur 18, dengan
gusi atau gingival, dan satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam
Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks (Fawcett,
2002)
3
2.1.1 Susunan Gigi
(Fawcett, 2002) :
a. Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri
dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi
Memiliki bentuk pipih dan terletak pada kanan dan kiri garis
median. Selain itu gigi ini memiliki satu akar lurus dan mahkota lurus.
Memiliki bentuk pipih dan terletak pada distal dari gigi seri
pertama. Selain itu gigi ini memiliki satu akar lurus dengan ujung
kedistal dan lebih kecil dari gigi seri pertama. Gigi seri kedua bawah
4
lebih kecil dari gigi seri atas dan lebih besar dari gigi seri pertama
bawah.
satu akar dan paling panjang yang bentuknya bulat dan lebih besar.
d. Premolar
premolar mempunyai 2 cups yang terdiri dari buccal yang lebih besar
dan lingual atau palatal. Selain itu gigi premolar atas umumnya
bawah.
e. Molar atas
Memiliki tiga akar yaitu satu pada bagian palatal sedangkan dua
lainnya pada bagian buccal. Mahkota gigi memiliki empat cups yang
terdiri dari dua pada bagian palatal dan dua lainnya pada bagian
f. Molar bawah
Molar satu memiliki lima cups yang terdiri dari dua pada bagian
lingual, dua pada bagian buccal, dan satu lainnya pada bagian distal.
Molar dua dan tiga memiliki empat cups yang terdiri dari dua pada
bagian lingual dan dua lainnya pada bagian buccal. Gigi Molar bawah
5
masing-masing memiliki dua akar yaitu bagian messial dan bagian
a. Email
b. Dentin
6
Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna
c. Pulpa
jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa,
Pada gigi dengan akar lebih dari satu, akan terbentuk lantai kamar
Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan densiti,
- Glukosaminoglikan
7
- Glikoprotein
- Proteoglikan
sulfat.
Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut
jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang masuk ke rongga pulpa dan
apical, tempat arteri dan vena masuk serta keluar. Selain pembuluh
d. Sementum
2002):
8
a. Permukaan oklusal : permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre–
molar.
atau midline.
f. Tepi insisal : gigi insisivus dan gigi kaninus mempunyai tepi potong
9
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu
untuk membedakan usia seseorang, jenis kelamin dan ras. Hal ini dapat
satu banding dua triliyun. Selain itu karena derajat kekuatan dan ketahanan
gigi merupakan jaringan tubuh yang terdapat di bagian badan yaitu mulut
(Gadro, 1999).
membandingkan antara dua gigi yang diperoleh dari pemeriksaan gigi orang
atau jenazah tidak dikenal (data postmortem) dengan data gigi yang pernah
Identifikasi dengan cara membandingkan data ini akan dapat memberi hasil
identifikasi sampai pada tingkat individual, yaitu dapat menunjuk siapa orang
10
a. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan
c. Cetakan gigi
diperbandingkan dengan data hasil pemeriksaan dari orang tidak dikenal yang
(melalui pola waktu erupsi dan derajat atrisi gigi), ras, ciri-ciri khas gigi.
arah penyidikan. Untuk data postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan
a. Gigi yang ada dan yang tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah
11
e. Atrisi atau keausan dataran kunyah gigi yang merupakan proses
Ada beberapa jenis identifikasi melalui gigi – geligi dan rongga mulut
yang dapat dilakukan dalam terapan semua disiplin ilmu kedokteran gigi
yang terkait pada penyidikan demi kepentingan umum dan peradilan serta
1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi
ragawi
11. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel
12
13. Identifikasi wajah korban dari rekontruksi tulang rahang dan tulang
facial
2.3 Identifikasi Jenis Kelamin dari Gigi Geligi dan Tulang Rahang
Identifikasi jenis kelamin melalui gigi geligi antara pria dan wanita
Lapisan Email dan Dentin Relatif lebih tipis Relatif lebih tebal
Bentuk Lengkung Gigi Cendrung oval Tapered
Ukuran Cervico Incisal Distal Lebih kecil Lebih besar
Caninus Bawah
Outline Incisive Pertama Atas Lebih bulat Lebih persegi
Lengkung Gigi Relatif lebih kecil Relatif lebih besar
13
Selain dengan pemeriksaan internal dan eksternal,perbedaaan pria
dan wanita dapat dilihat daritulang-tulang yang ada.salah satu tulang yang
Pada pria lengkung rahang lebih besar dari pada wanita karena
relative gigi geligi pria jarak mesio distal lebih panjang di banding kan
dengan wanita. Sedangkan palatum pada wanita lebih kecil dan bentuk
parabola, dan pada pria palatum lebih luas serta bentuk huruf U.
Lengkung rahang bawah pria lebih besar dari wanita karena gigi
serta besar dari rahang pria maupun wanita yang sangat berbeda.
Hal ini dapat digunakan sebagai sarana atau data identifikasi jenis
Ramus ascendens pria lebih tinggi dan lebih besar dari pada
wanita.
14
Jarak prosessus Condyloideus dan ganprosessus Coronoideus
pada pria lebih jauh di banding kan dengan wanita. dengan kata lain
wanita.
Ukuran ini sanganlah relative tergantung dari ras, subras dan hannya
Condyloideus
15
Bentuk prosessus condyloideus bermacam-macam, baik pria
dengan wanita, hal ini karena ukuran anterior posterior dan Latero
keterangan lain) pada bagian oral dan perioral atau jaringan lunak (cetakan bibir-
a. Metode odontometri
mesiodistal (MD) dan dimensi buccolingual (BL) pada gigi (b) mean
canine index (MCI) (indeks gigi), dan (c) morfologi gigi. Dimorfisme
seksual terdapat pada ukuran dan bentuk gigi. Ukuran gigi terbaik
diukur selama awal gigi permanen, hal ini disebabkan karena pada
16
Banyak penelitian yang melaporkan dimensi mesiodistal gigi
2015).
karena kontak yang terlalu dekat dengan gigi yang lain. Oleh karena
mandibula, standar dari MCI adalah 0,274. Jika hasil MCI pada
17
dari standar MCI maka individu tersebut adalah pria (Ramakrishnan,
et al., 2015).
3. Morfologi gigi
jenis kelamin. Tepi aksesori bagian distal akan terlihat pada pria
b. Metode orthometri
Pada pria umumnya memiliki ukuran yang lebih besar, rahang (os.
sudut rahang tampak lebih lancip (acute angle jaw) dan proseccus
wanita memiliki dagu yang lebih lancip atau dasarnya mendatar (square
chin). Sudut rahang juga tampak lebih lebar (widerangleof jaw) dan
et al., 2015).
18
2.4.1.2 Analisis Jaringan Lunak
a. Cheiloscopy
dalam kandungan. Setelah itu sidik bibir tidak akan berubah lagi,
mereh bibir. Menurut Suzuki dan Tsuhihashi , klasifikasi dari sidik bibir
19
Gambar 2.4 Pola Sidik Bibir Oleh Suzuki dan Tsuchihashi
(Ramakrishnan, et al., 2015)
b. Rugoscopy
20
(Ramakrishnan, et al., 2015) :
2) Bergelombang
darah, sisir, baju, atau sampel biopsi dapat digunakan sebagai smber DNA
a. Barr bodies
kondensasi kromatin yang berukuran kecil pada inti sel dari sel saraf
yaitu Barr bodies. Pada manusia, kondensasi kromatin ini juga dapat
ditemukan di tulang, sel retina, sel mukosa rongga mulut, biopsi sel
21
kulit, darah, tulang rawan, akar batang rambut dan pulpa gigi. Barr
bodies dapat ditemukan pada sekitar 40% sel wanita sedangkan pada
b. F-bodies
c. Amelogenin
enamel pada gigi manusia yang dikode oleh gen yang berlokasi pada
22
sekuennya, namun gen ini juga memiliki bagian homolog yang
homozigot (46, XX). Pada pria gen AMEL hadir pada kedua
2013).
dan Y pada 106 bp dan 112 bp. Produk amplifikasi dengan metode
23
kromosom Y mempengaruhi pembentukan enamel dan dentin
terbatas pada enamel. Hal ini menjelaskan bahwa mahkota gigi pada
2013).
lengan pendek (p) kromosom Y pada posisi 11.3. Terdiri dari satu
SRY akan membedakan sampel DNA pria dari sampel DNA wanita.
24
dan diturunkan melalui garis paternal. Pada dasarnya, ayah
2013).
BAB III
25
KESIMPULAN
Peranan odontologi forensik pada berbagai kasus mulai dari kasus tindak
pidana hingga kasus lain seperti kecelakaan, bencana alam, hingga kasus
terorisme dan banyak kasus lainnya menjadi penting terutama saat identifikasi
usia, ras, dan jenis kelamin. Identifikasi jenis kelamin merupakan langkah pertama
Proses identifikasi jenis kelamin korban melalui gigi dan mulut dapat
dilakukan mulai dari identifikasi berdasarkan gigi geligi, juga berdasarkan rahang
baik atas maupun bawah dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilakukan dalam
jaringan keras yang meliputi variasi morfologi dari dimensi gigi (odontometri)
analisis jaringan lunak yang meliputi Cheiloscopy dan Rugoscopy. Selain itu
DAFTAR PUSTAKA
26
Eboh, D 2012, A Dimorphic Study of Maxillary First Molar Crown Dimensions
Fawcett, DW 2002, Buku Ajar Histologi, Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta.
Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta, vol. 31, no. 3, hal
195-199
349-354.
Khorate, et al. 2014, Gender determination from pulpal tissue, vol.6(2), hal 107-
112, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4130012/
Jakarta.
27
Ramakrishnan, K, Sharma, S, Vijayabanu, B, et al. 2015, Sex determination in
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4606628/
https://independent.academia.edu/RidhoSaputra11
histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensik, vol. 62, hal.
11-16, http://staff.ui.ac.id/system/files/users/elza.ibrahim/publication/59-
188-1-pb_ks_eia.pdF
Wibisono, G 2012, Kapita Selekta Gigi Forensik: Kuliah Ilmu Penyakit Gigi,
28