Mask Airway: Etomidate vs Propofol untuk Stabilitas Hemodinamis
Nadya Tenriany Najib
10542 0304 11 Abstrak
Propofol merupakan agen induksi yang paling
populer digunakan saat proses dilakukan laryngeal mask airway (LMA) dalam praktik anastesi saat ini namun hipotensi dilaporkan sebagai sebagai efek samping yang paling sering ditemukan.
Etomidate, yang jarang menyebabkan hipotensi,
sering di pertimbangkan sebagai agen alternatif yang di gunakan saat proses dilakukannya LMA Tujuan Penelitian
Membandingkan Efek Hemodinamis
Etomidate Propofol
Kemudahan dalam memasukkan atau melakukan LMA juga
diperhatikan Metode dan material : Penelitian ini menggunakan studi double blinded prospektif acak. Pasien ASA I dan II yang berusia 15-60 thn. Di induksi dengan fentanyl secara (IV) dan agen induksi lainnya seperti etomidate atau propofol tergantung dari kelompok. Denyut nadi selama operasi, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, mean arterial pressure dan durasi di masukkannya LMA di monitor. Pendahuluan
LMA diterima secara luas dalam menjaga aliran udara
pada pasien yang mendapatkan tindakan operasi elektif dengan menggunakan anestesi umum. Propofol merupakan agen induksi yang paling populer digunakan dalam proses memasang LMA namum memiliki efek samping kardiovaskuler, khususnya hipotensi, yang dipertanyakan penggunaaan rutinnya pada pasien dengan resiko tinggi kardiovaskuler. Etomidate kurang memproduksi depresi kardiovaskuler di bandingkan dengan agen induksi lainnya yang secara umum digunakan seperti thiopentone Na dan propofol. Laryngeal Mask Airway Etomidate vs Propofol Pendahuluan Pemasangan LMA yang lembut membutuhkan buka mulut yang adekuat dan refleks airway yang tersupresi. Walapun etomidate menjaga hemodinamis yang lebih baik, namun ia tidak menekan refleks saluran napas atas dan dapat menyebabkan kesulitan saat proses pemasangan LMA. Penggunaan fentanyl, remifentail dan succinylcholine terbukti efektif dalam meningkatkan kondisi pemasangan LMA dengan etomidate. Pada jurnal ini, dibandingkan etomidate dengan propofol untuk efek hemodinamis dan kemudahannya dalam pemasangan LMA saat induksi anestesi umum. Material dan Metode
Digunakan 60 pasien pada uji prospektif, acak dan double-
blinded ini. Ukuran sampel ini dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah power hinnga 80% dan probabilitas tipe I () kesalahan/eror sama dengan 0.05 untuk mendeteksi perbedaan pada parameter hemodinamis diikuti induksi.
Seluruh pasien ASA I atau II, berusia di antara 15-60 tahun, di
jadwalkan untuk menerima operasi elektif yang membutuhkan anestesi umum dengan LMA yang sesuai dengan studi ini. Pasien kemudian secara acak di bagi kedalam grup A dan grup 2. ANAMNESIS B menggunakan amplop yang telah tersegel yang berisi apakah pasien ini mendapatkan propofol atau etomidate sebagai induksi anestesi.
Di ruang operasi, monitor seperti denyut nadi, tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolik dan tekanan darah rata-rata juga di gunakan dan di rekam.
Pasien juga di induksi dengan fentanyl 2mcg/kg secara IV dan di
induksi dengan agen lain baik etomidate atau propofol tergantung hasil dari amplop. Grup A mendapatkan 0,3 ml/kg etomidate secara iv sedangkan grup B mendapatkan 0,3 ml/kg ( 3 mg/kg) propofol secara iv selama lebih dari 30 detik. Analisis Statistik
Statistik yang di gunakan untuk ilmu sosial SPSS-
16.0 digunakan dalam proses analisis. Variabel seperti usia, berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, durasi pemasangan LMA, jumlah percobaan dilakukan pemasangan LMA, di terangkan melalui rata-rata standar deviasi dan t-test di gunakan untuk membandingkan rata-rata. Kategori di analisa menggunakan uji Chi square. Nilai yang signfikan adalah p-value 0.05 Statistik yang di gunakan untuk ilmu sosial SPSS-16.0 digunakan dalam proses analisis. Variabel seperti usia, berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, durasi pemasangan LMA, jumlah percobaan dilakukan pemasangan LMA, di terangkan melalui rata-rata standar deviasi dan t-test di gunakan untuk membandingkan rata-rata kelompok etomidate dan propofol. Tabel 1. Perbandingan gambaran demografis dan prosedural antara kedua kelompok Gambar 1. Perbandingan frekuensi denyut jantung antara kelompok etomidate dan propofol. Gambar 2. Perbandingan tekanan darah sistolik antara kelompok etomidate dan propofol. Gambar 3. Perbandingan tekanan darah diastolik antara kelompok etomidate dan propofol. Gambar 4. Perbandingan MAP kelompok etomidate dan propofol. Hasil
Tidak terdapat perbedaan denyut nadi antara
kedua kelompok. Penurunan yang signifikan di temukan pada tekanan darah sistolik pada kelompok propofol sedangkan tekanan darah diastol menurun pada kedua kelompok. Pada kelompok propofol, keberhasilnya di masukkannya LMA pada uji coba pertama di capai lebih banyak pada kelompok propofol dengan persentase keberhasilan 93,3% dibandingkan dengan pasien pada kelompok etomidate Pembahasan
Meskipun popularitas dari LMA untuk melakukan
anestesi umum sangat tinggi, tetapi agen induksi yang optimal untuk memastikan kondisi insersi yang baik sementara tetap dapat mempertahankan stabilitas kardiovaskuler sampai saat ini masih belum ditemukan.
Hingga saat ini sebagian besar dokter ahli
anestesi menggunakan propofol untuk anestesi LMA. Pembahasan
Dosis induksi propofol yang memungkinkan terjadinya
relaksasi rahang dan mencegah teradinya reaksi pasien terhadap insersi LMA seperti pergerakan dan laringospasme, biasanya akan menghasilkan hipotensi.
Etomidate, yang merupakan satusatunya agen induksi,
dapat mencegah terjadinya hipotensi tetapi tidak dapat memberikan relaksasi rahang yang adekuat untuk insersi LMA. Simpulan
Penggunaan etomidate untuk induksi
anestesi laryngeal mask dapat mencegah hipotensi yang diakibatkan oleh induksi namun dapat memperlambat waktu dalam dimasukkannya LMA. Terimakasih