Kelompok 4
Evi Kamalestari
Febriza Risti
Fitriani Noviana
Hapsari Yurismawati
Hariya Nurosita
Dasar Teori
Epidemiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020
prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering
peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian
tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6 menjadi ke-3. Pada 12 negara Asia
Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30 tahun
keatas, dengan rata-rata sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura dengan angka
prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%.
Prevalensi
PREVALENSI PPOK MENURUT JENIS KELAMIN DAN NEGARA
Pria Wanita
22.20%
18.80%
16.70%
15.60% 15.40%
13.30%
12.70%
12.20%
11%
9.30%
HbSAg - - - -
Data Klinik
TD (tinggi) 160/100 140/100 140/100 140/100
Nadi 96 90 90 90
RR 14 14 - -
T 37 36,8 36,8 36,8
Cont
Terapi pengobatan selama di rumah sakit Terapi pengobatan lanjutan selama di rumah
Alamat lingsar
Usia 53 Tahun
BB 60 Kg
Tinggi 160 cm
Hb (tinggi)
17/10/17
18,4 g/dL
18/10/17
-
19/10/17
-
20/10/17
-
Leukosit 7.210 - - -
Trombosit 131.000 - - -
LED 15 - - -
SGOT 35 U/L - - -
SGPT 17 U/L - - -
Ureum 36,1 mg/dL - - -
HbSAg - - - -
Data Klinik
TD (tinggi) 160/100 140/100 140/10 140/100
0
Nadi 96 90 90 90
RR 14 14 - -
T 37 36,8 36,8 36,8
Assesment Pasien didiagnosa COPD (Chronic Obstruktif Pulmonary Diease). Pasien
mengalami keluhan sesak dan mual. Berdasarkan pemeriksaan rontgent,
terdapat pembengkakan pada alveolus menandakan kemungkinan adanya
inflamasi.
TD pasien 160/100 mmHg (stage 2)
Pasien mengeluh sesak, sehingga kemungkinan terjadi kekurangan O2. Hal ini
didukung oleh kadar Hb yaitu 18,4 g/dL melebihi kadar normal (13-18 g/dL).
Kadar Hb yang tinggi terjadi ketika peningkatan produksi sel-sel darah merah
sebagai upaya tubuh untuk mengkompensasi kadar O2 yang rendah dalam
darah yang dibutuhkan pasien.
Perhitungan nilai GFR
140
GFR = x BB
72
14053
= 60
72 1,43
DRP
Polifarmasi
Pasien mengalami komplikasi dimulai dari COPD, hipertensi, diabetes melitus serta gagal
ginjal, sehingga pengobatan yang diberikan sangat kompleks
Indikasi tanpa obat
Tidak diberikan obat untuk mengatasi COPD ketika pasien dirawat dirumah sakit. Kadar gula
darah pasien tinggi, namun tidak diberikan obat ADO.
Obat tanpa indikasi
Kadar leukosit pasien normal, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi infeksi namun pasien
diberikan antibiotic.
ADR
Ciprofloxacin dapat menyebabkan nefrotoxic
Obat tidak tepat
Pasien diberikan GG sebagai ekspektoran, sedangkan penggunaan GG terdapat peringatan
pada pasien DM dan hipertensi.
Plain
Pengobatan di rumah sakit
Infuse RL 20 tts/menit
O2 4L/menit
Agonis B2 kerja cepat, salbutamol (inhaler) 100 mc/semprot
Amlodipin 1x 5 m
KSR 1x1 (KCl2)
Furosemid iv 10 mg/ml (pagi)
Metil prednisone 1x 125 mg iv (malam)
Repaglinid 1x 2 mg
Pengobatan lanjutan di rumah
Salbutamol (inhaler) 100 mc/semprot
Ambroxol 3x 30 mg
Metil prednisone 6 mg
Amlodipin 1x 5 mg
Obat-Obat Rasional
1. Bronkodilator
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
- Golongan agonis beta - 2
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
- Golongan xantin
2. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai
terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid
positif yaitu terdapat perbaikan VEP1pascabronkodilator meningkat
> 20% dan minimal 250 mg.
Antibiotika
DPP-IV inhibitor
Evaluasi obat-obat terpilih