Anda di halaman 1dari 32

UJI

IN
VITRO

ISRAHNANTO
Uji In Vitro
dilakukan di dalam kaca (tabung reaksi atau
cawan Petri). Banyak percobaan biologi seluler
dilakukan di luar organisme

Kelebihan : uji in vitro adalah kemudahan dalam


mengontrol parameter pada kondisi percobaan

Kekurangan : karena kondisi pengujian mungkin


tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme
(fisiologis) --> mengakibatkan hasil yang tidak
sesuai dengan situasi yang muncul dalam
organisme hidup.
Uji Sitotoksisitas

Penggunaan kultur sel sebagai alternatif


pengganti uji toksisitas pada hewan karena :

1.Mampu mengurangi mahalnya biaya


percobaan menggunakan binatang secara
konvensional.
2.Mekanisme toksisitas biokimia bisa
dikerjakan dengan lebih efektif karena
kondisi lingkungan sel lebih mudah dikontrol
maupun dimodifikasi.
Uji Sitotoksisitas :

Merupakan sistem penetapan (uji kualitatif


& kuantitatif) in vitro untuk zat sitotoksik.
Cara : dengan menetapkan jumlah sel yang
mati atau yang mampu bertahan hidup.
Penetapan sel dapat dilakukan dengan
berbagai metode penunjuk viabilitas atau
toksisitas, yang seringkali didasarkan pada
parameter:
- kerusakan membran
- gangguan sintesis& degradasi makromolekul
- modifikasi kapasitas metabolisme
- perubahan morfologi sel.
Penunjuk toksisitas yang berdasarkan
pada adanya kerusakan membran,
meliputi :
- metode uptake biru tripan,
- kebocoran enzim sitosolik,
-perubahan mekanisme pompa kalsium.
CONTOH UJI IN VITRO
Uji Sitotoksisitas Ekstrak Ethanol 70 %
Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.)
Terhadap Sel WiDr Secara In Vitro

Ira Djajanegara

P3T Bioindustri
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Serpong
Simplisia yang digunakan adalah herba ceplukan (Physalis
angulata). Tanaman ini diperoleh dari Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor dan
dideterminasi di Herbarium Bogoriense.
Identifikasi golongan kimianya (uji kandungan alkaloid,
saponin, tanin, flavonoid & terpenoid)

Dari larutan induk tersebut (konsentrasi 2000 g/ml) dibuat


pengenceran dengan konsentrasi 1000; 500; 250; 125; 62,5 ;
31,25; 15,62 dan 7,81g/ml.
Doxorubicin, yang dipakai sebagai kontrol positif, dibuat
konsentrasi 2; 1; 0,5; 0,25; 0,12; 0,06; 0,03 dan 0,01g/ml
dari larutan induk yang berkonsentrasi 20 g/ml.
Dari hasil penelitian ini, diperoleh nilai LC50
ekstrak ethanol 70% herba ceplukan (Physalis
angulata Linn.) pada inkubasi 24 jam sebesar
86,84 g/ml. Sedangkan nilai LC50
doxorubicin pada inkubasi 24 jam sebesar 0,06
g/ml.
Simpulan : ekstrak ethanol 70% herba ceplukan
(Physalis angulata L.) mempunyai aktivitas
sitotoksik yang lebih rendah daripada
doxorubicin
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN KRIM TIPE M/A
DARI MINYAK ATSIRI KULIT BUAH JERUK PONTIANAK
(Citrus nobilis Lour. var. microcarpa) TERHADAP ISOLAT
Propionibacterium acnes SECARA IN VITRO
pemeriksaan organoleptis terhadap sediaan krim formula FI, FII dan
FIII dengan melihat perubahan bentuk, warna, bau dan
homogenitas sediaan. Hasil pemeriksaan homogenitas
menunjukkan seluruh sediaan krim tidak memperlihatkan adanya
butir-butir kasar saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal
ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan
yang homogen
hasil analisis Kruskal-Wallis menunjukan bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara formulasi terhadap zona hambat.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA
DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA in Vitro
TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
Escherichia coli ATCC 35218

Determinasi tanaman daun sirsak (Annona muricata L.) di lakukan di


Laboratorium Farmakognosi Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menggunakan buku acuan Van
Steenis 1997
Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusa daun sirsak terhadap Staphylococcus
aureus ATCC 25923 pada konsentrasi 85% b/v dan untuk Escherichia coli
ATCC 35218 sampai pada konsentrasi 100% b/v tidak dapat membunuh
atau tidak poten.
kelarutan kalsium batu ginjal dalam infusa
kombinasi daun tempuyung dan daun kumis
kucing:

infusa kombinasi daun tempuyung dan daun kumis kucing


digunakan untuk merendam serbuk batu ginjal, jumlah kalsium
yang terlarut ditentukan secara spektrofotometri
Pemilihan tipe sel untuk uji sitotoksisitas :
tergantung tujuan, pada umumnya selalu
dipilih sel yang cepat tumbuh dan
penanganannya mudah.

Beberapa cell line yang sering digunakan


untuk uji toksisitas pada sel adalah CHO,
V79, HeLa, BHK dan L929
PANEN SEL
HITUNG
SEL
4. Mengkultur sel & pemberian sampel

Tiap 100 l suspensi sel dimasukkan dalam tiap


sumuran Tissue culture cluster 96 , kemudian
diinkubasi 4 jam, 37C, CO2 5%.
Ditambahkan sampel yang akan diuji sitotoksik
dengan konsentrasi bertingkat, (dikocok perlahan
dengan pipet), lalu diinkubasi lagi 24 jam, 37C,
CO2 5%.
Pada akhir inkubasi, sel diamati di bawah
mikroskup (melihat perbedaan antara sel yang
diberi perlakuan dengan zat sitotoksik dengan sel
kontrol)
5. Penetapan Viabilitas Sel

Dilakukan penggantian media penumbuh lalu + 10


l MTT (5mg/ml) pada tiap sumuran, inkubasi 4
jam, 37C, 5% CO2.
Amati pembentukan garam formazan di bawah
mikroskup.
Setelah 4 jam, + 100 l 0,04 M asam
klorida- isopropanol pada tiap sumuran lalu
dikocok keras.
OD tiap sumuran dibaca dengan Elisa Reader
pada panjang gelombang 550 nm, hitung LC50 dari
zat sitotoksik yang diuji

Anda mungkin juga menyukai