Parasitologi II - DR Masra Lena
Parasitologi II - DR Masra Lena
HELMINTH
Soil Transmith Helminth (4A)
Filariasis (4A)
Taeniasis (4A)
Schistosomiasis (4A)
TOKSOPLASMOSIS
Penyakit zoonosis
Penyebab Toksoplasma gondii, dikenal pada tahun 1908
Prevalensi :
Indonesia 2-63%
Amerika 3-70%
Pada pasien HIV mencapai 45% : Toksoplasma ensefalitis
Toksoplasmosis :
Akut
Kronik
Kongenital : melalui plasenta
TOKSOPLASMOSIS
Prevalensi antara laki-laki dan perempuan tidak ada
perbedaan
Prevalensi zat anti T.gondii pada binatang di Indonesia
Kucing : 25-73%
Babi : 11-36%
Kambing: 11-61%
Anjing : 75%
Ternak lain : 10%
Patogenesis
Kista jaringan mengandung bradizoit atau ookista
mengandung sporozoit tertelan oleh pejamu parasit
terbebas dari kista oleh proses pencernaan
Di dalam eritrosit parasit mengalami transformasi
takizoit, jumlahnya meningkat merespon IgA
sekretorik spesifik parasit
Dari traktus gastrointestinal menyebar ke berbagai
organ bereplikasi dan menginvasi sel terjadi
kematian sel dan nekrosis fokal yang dikelilingi respon
inflamasi akut
T.gondii dapat menular ke manusia melalui:
Toksoplasma kongenital : In utero melalui plasenta
bila ibu menderita infeksi primer ketika hamil
Toksoplasma akuisita : bila makan daging mentah atau
kurang matang yang mengandung kista atau takizoit
Infeksi di laboratorium pada orang yang bekerja
dengan binatang percobaan yang terinfeksi T.gondii
Infeksi dari transplantasi organ donor yang terinfeksi
Transfusi darah
Patologi
KGB : hiperplasia folikular dan kluster tidak beraturan
makrofag jaringan dengan sitoplasma eosinofilik,
granuloma jarang, takizoit biasanya tidak terlihat
Mata : infiltrasi limfosit, monosit dan sel plasma lesi
granulomatosa dan korioretinitis
SSP : meningoensefalitis lokal atau difus dengan ciri khas
nekrosis dan nodul mikroglia. Pada AIDS bisa juga
ditemukan leukosit PMN
Paru : penebalan dan edema septum alveolus terinfiltrasi
sel mononukleus dan sel plasma pneumonitis
interstisial
Jantung : kista dan parasit mengalami agregasi di otot
jantung nekrosis hilain dan sel miokard perikarditis
Lain-lain : otot lurik, pankreas, lambung dan ginjal
Gejala klinis
Infeksi akut pada pasien imunokompeten
10-20% menimbulkan gejala simtomatik, sisanya
asimtomatik
Gejala : demam, malaise, keringat malam,
limfadenopati, nyeri otot, sakit tenggorok, eritema
makulopapular, dan hepatosplenomegali
Kadang-kadang melibatkan berbagai organ tubuh :
Mata : Korioretinitis
Jantung : Miokarditis
Otot : Polimiositis, dll
Gejala klinis
Infeksi akut pada pasien imunokompromise
>> pasien HIV/AIDS jumlah CD4 < 100/ml
Mempunyai resiko tinggi terjadi toksoplasmosis berat
dan bisa berakibat fatal
Gejala yang melibatkan sistem saraf pusat
Ensefalitis
Meningoensefalitis
SOL
Miokarditis , pneumonitis, korioretinitis
Pemeriksaan penunjang
Ditemukan takizoit dalam biopsi otak dan sum-sum
tulang, cairan serebrospinal dan ventrikel
Serologi
CT-scan
MRI
PCR
Tata laksana
Pirimetamin 50-75 mg sehari selama 3 hari
dilanjutkan 25 mg selama beberapa minggu
Asam folinik 2-4 mg sehari
Klindamisin
Steroid
Pencegahan
Infeksi primer
Edukasi dan kesehatan
Brugia malayi
Brugia timori
Pengobatan infeksi:
WHO Dietilcarbamazine (DEC) 6-8 mg/kgBB/hari
selama 12 hari; dapat diulang 1-6 bulan kemudian bila
perlu, atau selama 2 hari per-bulan (6-8mg/kgBB/hari).
Tatalaksana
Pencegahan massal:
2 regimen obat:
Albendazole 400mg dan
Ivermectin 200mg/kgBB dosis tunggal,sekali pertahun.
Obat lain
Atabrin
Bitionol
Paromomisin
Prognosis
T. saginata baik
T.solium kurang baik krn bisa komplikasi
sistiserkosis pada SSP
Pencegahan
1. Menghilangkan sumber infeksi
2. Pendidikan kesehatan
Pembuangan tinja jangan sembarangan
Kebiasaan makan daging
3. Pengawasan rumah potong yang baik
SCHISTOSOMIASIS
Schistosomiasis atau demam sungai atau disebut
juga Bilharziasis dari nama Theodor Bilharz, seorang
ahli patologi berkebangsaan Jerman yang
mengidentifikasi cacing ini pada tahun 1851
Schistosoma adalah satu-satunya trematoda yang
mempunyai dua jenis kelamin, sedangkan trematoda
lain bersifat hermaprodisme
Berhubungan dengan sanitasi yang jelek, faktor
kemiskinan dan tempat tinggal yang kumuh
SCHISTOSOMIASIS
Ada 5 spesies Schistosoma :
1. S. mansoni : Afrika, Laut Tengah bagian Timur,
Kepulauan Karibia, Amerika Selatan
2. S. hematobium : Afrika, Laut Tengah bagian Timur
3. S. japonicum : Cina dan Asia Tenggara
4. S. mekongi : delta sungai Mekong Thailand, Kamboja
dan Laos
5. S. intercalatum : Afrika Tengah
Patofisiologi Schistosomiasis
Siklus hidup:
Serkaria penetrasi ke kulit menyebabkan terjadi
dermatitis alergi
Sistosomula serkaria yang tidak berekor diangkut
melalui darah dan limfatik menuju paru-paru dan
jantung
Cacing dewasa tidak memperbanyak diri di dalam
tubuh manusia, setelah penetrasi serkaria cacing
betina dan jantan kawin
Telur menyebabkan gejala demam disebut Demam
Katayama yaitu demam yg terjadi 4-6 minggu setelah
pelepasan telur
Gejala klinis Schistosomiasis
1. Masa tunas biologik
Waktu antara serkaria menembus kulit sampai menjadi
dewasa
Kelainan kulit berupa eritema dan papula dengan rasa
gatal dan panas (2-3 hari) swimmers itch
Keluhan lain : lemah, malaise, anoreksia, mual dan
muntah, sefalgia, mialgia dan atralgia
Diare : hipersensitif terhadap cacing
Kadang-kadang ditemukan hepatosplenomegali
Gejala klinis Schistosomiasis
2. Stadium akut
Dimulai sejak cacing betina bertelur (4-8 minggu)
setelah infeksi Demam Katayama
Demam, keringat banyak, menggigil, batuk-batuk,
limfadenopati generalisata, kadang-kadang
hepatosplenomegali
Lab darah : leukositosis dan eosinofilia berat
Tinja : seringnya negatif ; perlu diulang berkali-kali
Gejala klinis Schistosomiasis
3. Stadium kronik
Infeksi 6 bulan beberapa tahun setelah infeksi
Diare, nyeri perut, BAB berdarah
Umumnya gejala yg muncul ringan atau sedang, tidak
perlu dirawat
Lanjutan dari stadium akut, seperti
hepatosplenomegali fibrosis (sirosis hati)
Kadang-kadang tjd hematemesis
Diagnosis
Ditemukan telur dalam ekskreta tinja dan urin atau biopsi
mukosa infeksi berat bila terdapat telur > 400 butir dalam 1
gram tinja
Uji serologi pemeriksaan antibodi terhadap cacing dewasa :
ELISA
RIA (Radioimmunoassay)
IFAT (Indirect immunofluorescence test)
IHA (Indirect hemeaglutination test)
dll
Test lain
Esofagoskopi atau Kolonoskopi
Sistoskopi
Foto polos abdomen
CT-scan, dll
Komplikasi
Hipertensi portal
Splenomegali
Gangguan fungsi hati : ikterus, asites, koma
hepatikum
Hipertensi pulmonal
Gangguan usus besar
Kontraktur buli
Batu buli-buli
Gagal ginjal kronik, dll
Pencegahan
Jangan berenang di air tawar di negeri yang terdapat
schistosomiasis
Minum air yang aman
Menggunakan handuk yang kering
Tata laksana
Prazikuantel : 2-3 x 20 mg/kgBB/hari selama 2 -5
minggu
Oxamniquine : 12-15 mg/kgBB/hari atau 40-60
mg/kgBB/hari dosis terbagi 2 atau 3 selama 2-3 hari
Artemisinin dalam penelitian
Metrifonate sudah ditarik
Tindakan bedah