Anda di halaman 1dari 70

WAHYUNI N. R.

RENFAAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR


KESELURUHAN

DINAS KESEHATAN PROVINSI


MALUKU
AMBON
2017
PENDAHULUAN

EPI = tentang
DEMOS = masyarakat/rakyat
LOGOS = ilmu pengetahuan

Epidemiologi adalah studi yang mempelajari Frekuensi,


distribusi dan determinan penyakit serta keadaan
kesehatan pada populasi, juga penerapannya untuk
pengendalian masalah-masalah kesehatan (Gordis,
2000)
PENYAKIT TIDAK MENULAR

PTM merupakan penyakit kronis,


tidak ditularkan dari orang ke orang.
PTM mempunyai durasi yang panjang dan
umumnya berkembang lambat.
TANTANGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
4

TRANSISI
EPIDEMIOLOGI

TRANSISI
PERILAKU PTM TRANSISI
DEMOGRAFI

TRANSISI
GIZI
BEBAN MASALAH PTM

MASALAH
UTAMA
KESEHATAN

SEBAGIAN
PENYEBAB
BESAR
KEMATIAN
TIDAK
UTAMA
TERDETEKSI

PTM

BIAYA BANYAK
YANKES PENDERITA
TINGGI USIA MUDA

5
MASALAH
UTAMA
KESEHATAN

PENYEBAB
KEMATIAN
UTAMA
BANYAK
PENDERITA
USIA MUDA

14,585
TOTAL 8,884
14,337
BIAYA HEMOFILIA 119
100
YANKES 48
TINGGI LEUKEMIA 182
188
126 Biaya Pelayanan Kesehatan Penyakit Katastropik
SIROSIS HEPATIS 230
255
yang ditanggung JKN tahun 2014-2016
180 (dalam Miliaran Rupiah)
476 2016
THALASEMIA 448
215 2015
1,274
STROKE 1,155
742 2014
2,295
KANKER 2,469
1,538
2,586
GAGAL GINJAL 1,626
2,784
7,423
JANTUNG 4,409
6,938

0 7 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000


2,000
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

melalui program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat,


Indonesia Bekerja dan Indonesia Sejahtera
8
Pelayanan PTM Di Puskesmas
10

PENCEGAHAN
Pencegahan Primer: kegiatan yang dapat
menghentikan / mengurangi FR (sebelum sakit)
Pencegahan Sekunder: lebih ditujukan pada kegiatan
deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila
ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan
dini agar penyakit tersebut tidak menjadi parah.
Pencegahan Tertier: untuk mempertahankan kualitas
hidup dan lama ketahanan hidup penderita yang telah
mengalami penyakit
Deteksi Dini.
Kegiatan deteksi dini faktor risiko ini dapat dilakukan,
fasilitas pelayanan kesehatan, Masyarakat Khusus /
Kelompok Khusus, melalui posbindu
Skrining /Uji Tapis
Skrining /Uji Tapis bukan untuk diagnosis tetapi untuk
menjaring dan menentukan apakah yang bersangkutan
memang sakit atau tidak, oleh karena itu memerlukan
follow-up yg cepat dan pengobatan yang tepat pula.
Tindak lanjut dini.
Selain upaya deteksi dini faktor risiko, diperlukan tindak
lanjut dini dan tatalaksana kasus. Penanganan respon
cepat menjadi hal yang utama agar kecacatan dan
kematian dini akibat PTM dapat tercegah dengan baik.
Respon Cepat Kegawat daruratan
adalah/respon cepat terhadap kondisi kegawatan PTM
yang harus dilakukan oleh setiap petugas kesehatan di
fasilitas yankes dasar.

12
Pengobatan

Pengobatan yg tepat, cepat, efektif dan rasional


dilakukan pada FR dan PTM. Karena PTM merupakan
penyakit kronis membutuhkan pengobatan secara terus
menerus sehingga pemberian obat disesuaikan dengan
tatalaksana masing2 FR dan PTM.

13
RUANG LINGKUP P2PTM

1. PENYAKIT KRONIK DAN GANGGUAN IMUNOLOGI


2. PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
3. PENYAKIT KANKER DAN KELAINAN DARAH
4. PENYAKIT DM DAN GGN METABOLIK
5. GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL
Prevalensi Penyakit Tidak Menular
di Indonesia, 2007 - 2013
60

50

40

30

20

10

2007 2013

Sumber: Riskesdas 2013


SEPULUH PENYEBAB KEMATIAN UTAMA
(SEMUA UMUR) SAMPLE REGISTRATION SYSTEM (SRS)
INDONESIA, 2014

No Penyebab Kematian %
1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01 V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran pencernaan lain 1.9
(A09)
Pengendalian PTM
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

PENYAKIT JANTUNG
STROKE
KORONER
PJK adalah gangguan fungsi Stroke adalah penyakit pada
jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya otak berupa gangguan fungsi
penyempitan pembuluh dara syaraf lokal dan/atau global,
koroner yang muncul mendadak,
USA: 14 juta penduduk
mengalami PJK progresif dan cepat.
Kasus baru: 1,5 juta pertahun
Sekitar 200.000 kematian
pertahun akibat PJK
Sekitar 50% kematian di USA
akibat penyakit kardiovaskuler
(serangan jantung dan stroke)
Faktor Risiko PJK & Stroke

Dapat dimodifikasi Tidak dapat dimodifikasi:


Merokok Riwayat penyakit
Dislipidemia Riwayat Keluarga
Hipertensi Usia
Diabetes mellitus Jenis Kelamin
Obesitas
Diet
Faktor trombogenik
Kurang aktivitas fisik
Konsumsi alkohol yang
berlebihan
Gambaran Distribusi PJK

Lebih banyak pada masyarakat negara berkembang dibandingkan


negara sedang berkembang
Lebih banyak ditemukan diperkotaan daripada pedesaan
Lebih banyak mengenai golongan masyarakat sosial ekonomi
menengah keatas dibandingkan sosial ekolomi rendah.
Lebih banyak mengenai pria daripada wanita
Meninggi setelah umur 40 tahun. Risiko tinggi sudah terjadi jika
memasuki umur 50 tahun.
Lebih banyak yang meninggal daripada yang selamat
Pencegahan (1)

1. Pencegahan primer
Health education (faktor risiko dan tanda, gejala
stroke)
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
gaya hidup yang berkaitan dengan faktor risiko
Pencegahan (2)

2. Pencegahan sekunder
therapeutic window
pengobatan yang tepat sesuai tipe strokenya.

3. Pencegahan tersier
rehabilitasi
family support
KANKER

Adalah penyakit tidak menular yang


ditandai dengan adanya sel/jaringan
abnormal yang bersifat ganas, tumbuh
cepat tidak terkendali dan dapat
menyebar di bagian lain dalam tubuh
penderita.
WHO penyebab kematian terbanyak nomor 2 di dunia
sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular.
Setiap tahun di dunia:
12 juta orang kanker
7,6 juta diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan data Globocan tahun 2012, kasus baru
kanker tertinggi pada laki-laki adalah kanker paru
Sedangkan pada perempuan, kasus baru kanker tertinggi
pada perempuan adalah kanker payudara, diikuti oleh
kanker leher rahim
Prevalensi penyakit asma, PPOK, dan kanker menurut
provinsi, Indonesia 2013
Rekapitulasi Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker
Leher Provinsi Maluku tahun 2016

Hasil Pemeriksaan PAYUDARA Hasil Pemeriksaan LEHER RAHIM Krioterapi

Puskesmas RS Puskesmas RS

No Kelompok Umur Diperiksa Kelainan Hari yg Hari yg KET


Kelainan Kanker
Tumor / Curiga Kanker IVA Curiga Ginekolo sama berbeda
Payudara Leher
benjolan Kanker Payudara Positif Kanker gi
Lainnya Rahim
Lainnya

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14]

1 Usia <30 thn 239 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

2 Usia 30- 39 thn 1015 5 1 0 0 14 2 10 0 0 0

3 Usia 40- 50 thn 742 14 7 1 2 25 6 4 3 3 2

4 Usia > 50 thn 247 2 2 0 0 1 0 0 0 0 0

Total 2243 21 10 1 2 40 9 14 3 3 2

Keterangan:
Kabupaten yang melaksanakan deteksi dini ada 7 Kab/Kota: Kota Ambon, Buru,
Aru, Seram Bagian Barat, Tual, Maluku Tenggara, dan Buru Selatan

Kabupaten yang tidak melaksanakan ada 4 kabupaten : Kab. Maluku tengah,


Seram bagian tTimur, Maluku Tehggara Barat, Maluku Barat Daya
Program Pengendalian Kanker di Indonesia

1. PROMOTIF DAN PREVENTIF


a. Meningkatkan KIE bagi masyarakat
tentang pencegahan dan faktor resiko
kanker
b. Peningkatan jejaring pengendalian kanker
c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
CERDIK
a. Bebas asap rokok : PP 109, PHW
b. Diet gizi seimbang : Permenkes no 63
tahun 2016 (Pencantuman Informasi
kandungan GGL pada pangan olahan dan
siap saji)
c. Aktifitas fisik
d. Vaksinasi Human Papiloma Virus(HPV)
DETEKSI DINI KANKER
KANKER PAYUDARA KANKER LEHER RAHIM

Pemeriksaan SADARI
&
CBE (Clinical Breast Examination)

DILAKSANAKAN Metode IVA (Inspeksi Visual Asam


DOWN STAGING SECARA Asetat)
KANKER PAYUDARA KOMPREHENSIF SVA (Single Visite Approach) IVA +
Treat (krioterapi)
Deteksi dini kanker pada Anak
Retinoblastoma, Leukemia, PENCEGAHAN
Osteosarcoma, Limfoma Malignum, KANKER LEHER RAHIM
ASMA

Asma adalah
gangguan inflamasi kronik jalan napas
yang melibatkan berbagai sel inflamasi
dan elemennya yang berhubungan dengan
hiperreaktivitas bronkus sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak, rasa berat di dada
dan batuk yang timbul terutama pada
malam atau dini hari yang bersifat
reversible (dapat membaik) dengan atau
tanpa pengobatan.
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif
kronik (PPOK) adalah Partikel atau gas berbahaya
penyakit paru kronik yang yang utama adalah asap
umumnya dapat dicegah dan rokok. Gas berbahaya
diobati ditandai dengan lainnya adalah debu, bahan
adanya keterbatasan aliran kimia di tempat kerja, asap
udara dalam saluran napas dapur. PPOK timbul pada
yang persisten dan progresif, usia pertengahan (di atas 40
yang berhubungan dengan
tahun) akibat kebiasaan
meningkatnya respon
inflamasi kronik pada
merokok dalam jangka
saluran napas dan parenkim waktu yang lama
paru karena paparan partikel
atau gas berbahaya.
FAKTOR RISIKO ASMA
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
menetap

Alergen di dalam dan di luar ruangan


Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi
Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
FAKTOR RISIKO PPOK

Usia
Jenis kelamin
Defisiensi a-1 antitripsin,
Gangguan pengeluaran hasil metabolisme,
Gangguan bersihan mukosilier,
Respons imunologis individu
Pertumbuhan dan perk.embangan paru dikaitkan dengan masa kehamilan,
berat badan lahir dan pajanan masa anak
Penyakit penyerta (komorbiditas)
Riwayat infeksi pernapasan berat sejak usia dini, berulang dan tidak tuntas
mempunyai rlsiko terjadinya PPOK melalui penurunan faal paru
Stress oksidatif, sebagai respons tubuh terhadap hasil pajanan polutan
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA

Pencegahan Primer Pencegahan sekunder


Pencegahan primer ditujukan untuk ditujukan untuk mencegah
mencegah sensitisasi pada bayi dengan inflamasi pada anak yang telah
orang tua pasien asma dengan cara yaitu: tersensitisasi dengan cara
menghindar pajanan asap rokok,
Penghindaran asap rokok dan polutan serta alergen dalam ruangan
lain selama kehamilan dan masa terutama tungau debu rumah
perkembangan bayi/anak.
Diet hipoalergienik ibu hamil,
asalkan/dengan syarat diet tersebut
Pencegahan tersier
tidak mengganggu asupan janin ditujukan untuk mencegah
Pemberian ASI eksklusif sampai 6 manifestasi asma pada anak yang
bulan telah menunjukkan manifestasi
Diet hipoalergenik ibu menyusui penyakit alergi
UPAYA PROMOTIF PADA ASMA

1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)


TUJUAN:
Meningkatkan penyebar luasan informasi , meningkatkan pengetahuan,kemampuan dan
keterampilan petugas, serta mengubah perilaku masyarakat
Informasi dan edukasi yang disampaikan ke masyarakat:
Riwayat perjalanan penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah membaik atau
memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan serta. mengetahui kapan harus meminta
pertolongan dokter
Pentingnya melakukan kontrol secara teratur : untuk menilai dan memantau kondisi asma
secara berkala (asthma control test/ ACT)
Pola hidup sehat, seperti tidak merokok, konsumsi makanan yang tidak memicu timbulnya
asma, aktifitas fisik yang teratur, istirahat cukup, kelola stres dan tidak mengonsumsi alkohol.
Menghindari setiap pemicu
Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan olah raga/exercise untuk
mencegah exercise induced asthma
UPAYA PREVENTIF PADA PPOK

Pencegahan terjadinya eksaserbasi


agar dapat memperlambat
progresifitas menjadi semakin berat
penyakitnya yang dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari,
menurunkan status kesehatan,
kemudian dapat mengakibatkan
perawatan Rumah Sakit dan
memperlambat kesembuhan.
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK

EDUKASI
PENGURANGAN
Karena keterbatasan obat-obatan yang
tersedia dan masalah sosiokultural PAJANAN FAKTOR
lainnya, seperti keterbatasan tingkat RISIKO
pendidikan dan pengetahuan, Pengurangan pajanan asap
keterbatasan ekonomi dan sarana
rokok, debu pekerjaan, bahan
kesehatan, maka edukasi di Puskesmas
kimia, dan polusi udara indoor
ditujukan untuk mencegah
bertambah beratnya penyakit maupun outdoor, termasuk asap
dengan cara mengunakan obat yang dari memasak merupakan
tersedia dengan tepat, tujuan penting untuk mencegah
menyesuaikan keterbatasan timbul dan perburukan PPOK
aktivitas, serta mencegah
eksaserbasi
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK

Nutrisi Berhenti Merokok


Keseimbangan nutrisi Berhenti Merokok merupakan
antara protein lemak dan intervensi yang paling efektif
karbohidrat diberikan untuk mengurangi risiko
dalam porsi kecil tetapi pengembangan PPOK.
sering Praktisi pelayanan primer
memiliki banyak kesempatan
Kekurangan kalori dapat kontak dengan pasien untuk
menyebabkan mendiskusikan berhenti
meningkatnya derajat merokok, meningkatkan
sesak. motivasi untuk berhenti
merokok, dan mengidentifikasi
kebutuhan obat/farmakologi
yang mendukung.
UPAYA
BERHENTI MEROKOK

PENDEKATAN 4T UNTUK BERHENTI


MEROKOK

T Tanyakan
T Telaah
T Tolong dan nasehati
T Tindak Lanjut
Layanan Upaya Berhenti Merokok

Posbindu/Sekolah:
Mendeteksi faktor risiko merokok
Mengajak untuk berhenti merokok
Merujuk ke FKTP untuk layanan UBM

Fokus pada Fasyankes Tingkat Pertama:


membantu perokok untuk berhenti merokok
(konseling)
membangun motivasi
Menciptakan lingkungan yang mendukung

Fokus pada Fasyankes Rawat Tingkat


Lanjut:
Konseling lanjutan
Pengobatan spesialistik
DM suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

FAKTOR RISIKO
TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI DAPAT DIMODIFIKASI
Usia 40 tahun Kegemukan (BB > 120% BB Idaman
Ada riwayat keluarga DM atau IMT > 23kg/m persegi) dan LP
Riwayat perna menderita DM Kurangnya aktivitas fisik
gestasional Hipertensi, TD > 140/90 mmHg
Riwayat BB lahir rendah, BB < 2500 Riwayat dislipidemia, kadar lipid (HDL
gram 35 mg/dL dan atau trigliserida 250
mg/dL)
Memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular
Diet tidak sehatn dengan tinggi gula
dan rendah serat.
Merokok
WHO, 2014 menduduki peringkat kedua tertinggi
Data sample registration system Indonesia, 2014
DM tipe II dan komplikasinya merupakan penyebab
kematian nomor 3 di Indonesia yakni 6,7%
Riskesdas,2013prevalensi nasional DM tipe II
untuk usia 15 tahun sebesar 6,9%
Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia

Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan Wawancara pada Umur 15


tahun menurut Propinsi di Indonesia
Program PATUH
P Periksa Kesehatan secara rutin,
A Atasi Penyakit dengan pengobatan yang tepat,
T Tetap diet sehat dan gizi seimbang,

U Upayakan beraktivitas fisik dengan aman,

H
Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik
lainnya
PENGERTIAN

PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA ADALAH


PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, DAN PENANGANAN
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN (KETENTUAN
PASAL 96 UU NOMOR 36 TAHUN 2009 TTG KESEHATAN).

PENANGGULANGAN GANGGUAN FUNGSIONAL MENGACU


KEPADA UU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYANDANG
DISABILITAS.
Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan
sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari
kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau
panjang bola mata, sehingga bayangan benda
dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea
tanpa bantuan akomodasi. Gangguan refraksi
terdiri dari Hipermetropia, Miopi,
Astigmatisme dan Presbiopia.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan penurunan tajam
penglihatan (visus). Katarak merupakan
penyebab terbesar kebutaan

Berdasarkan etiologinya katarak dibagi


menjadi katarak senilis, traumatika,
komplikasi dan kongenital.

KATARAK IMMATURE KATARAK MATURE KATARAK HIPERMATURE


GLAUKOMA & DR
Glaukoma adalah suatu
penyakit yang ditandai
dengan kumpulan gejala
berupa peningkatan tekanan
bola mata yang disertai
kerusakan saraf mata dan
penyempitan lapang pandang.

Seorang penyandang diabetes


umumnya berisiko menderita
retinopati diabetik setelah 5
tahun menderita diabetes,
dan prevalensinya meningkat
dengan meningkatnya durasi
menyandang diabetes. Pada
DM tipe I yang menderita DM
10-15 tahun didapatkan
retinopati diabetik sebanyak
90%.
GANGGUAN PENDENGARAN & KETULIAN

Tuli Kongenital yaitu tuli yang terjadi


sebelum persalinan atau pada saat
persalinan disebabkan oleh kelainan
secara genetik dan nongenetik
UPAYA PROMOTIF & PREVENTIF

PENGLIHATAN
PERMADI: periksa mata sendiri

LIHAT DGN HITUNG JARI

PENDENGARAN
DENGAR DGN TES SUARA
DETEKSI DINI TAJAM PENGLIHATAN
DI POSBINDU OLEH KADER
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai