RENFAAN
EPI = tentang
DEMOS = masyarakat/rakyat
LOGOS = ilmu pengetahuan
TRANSISI
EPIDEMIOLOGI
TRANSISI
PERILAKU PTM TRANSISI
DEMOGRAFI
TRANSISI
GIZI
BEBAN MASALAH PTM
MASALAH
UTAMA
KESEHATAN
SEBAGIAN
PENYEBAB
BESAR
KEMATIAN
TIDAK
UTAMA
TERDETEKSI
PTM
BIAYA BANYAK
YANKES PENDERITA
TINGGI USIA MUDA
5
MASALAH
UTAMA
KESEHATAN
PENYEBAB
KEMATIAN
UTAMA
BANYAK
PENDERITA
USIA MUDA
14,585
TOTAL 8,884
14,337
BIAYA HEMOFILIA 119
100
YANKES 48
TINGGI LEUKEMIA 182
188
126 Biaya Pelayanan Kesehatan Penyakit Katastropik
SIROSIS HEPATIS 230
255
yang ditanggung JKN tahun 2014-2016
180 (dalam Miliaran Rupiah)
476 2016
THALASEMIA 448
215 2015
1,274
STROKE 1,155
742 2014
2,295
KANKER 2,469
1,538
2,586
GAGAL GINJAL 1,626
2,784
7,423
JANTUNG 4,409
6,938
PENCEGAHAN
Pencegahan Primer: kegiatan yang dapat
menghentikan / mengurangi FR (sebelum sakit)
Pencegahan Sekunder: lebih ditujukan pada kegiatan
deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila
ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan
dini agar penyakit tersebut tidak menjadi parah.
Pencegahan Tertier: untuk mempertahankan kualitas
hidup dan lama ketahanan hidup penderita yang telah
mengalami penyakit
Deteksi Dini.
Kegiatan deteksi dini faktor risiko ini dapat dilakukan,
fasilitas pelayanan kesehatan, Masyarakat Khusus /
Kelompok Khusus, melalui posbindu
Skrining /Uji Tapis
Skrining /Uji Tapis bukan untuk diagnosis tetapi untuk
menjaring dan menentukan apakah yang bersangkutan
memang sakit atau tidak, oleh karena itu memerlukan
follow-up yg cepat dan pengobatan yang tepat pula.
Tindak lanjut dini.
Selain upaya deteksi dini faktor risiko, diperlukan tindak
lanjut dini dan tatalaksana kasus. Penanganan respon
cepat menjadi hal yang utama agar kecacatan dan
kematian dini akibat PTM dapat tercegah dengan baik.
Respon Cepat Kegawat daruratan
adalah/respon cepat terhadap kondisi kegawatan PTM
yang harus dilakukan oleh setiap petugas kesehatan di
fasilitas yankes dasar.
12
Pengobatan
13
RUANG LINGKUP P2PTM
50
40
30
20
10
2007 2013
No Penyebab Kematian %
1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01 V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran pencernaan lain 1.9
(A09)
Pengendalian PTM
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
PENYAKIT JANTUNG
STROKE
KORONER
PJK adalah gangguan fungsi Stroke adalah penyakit pada
jantung akibat otot jantung
kekurangan darah karena adanya otak berupa gangguan fungsi
penyempitan pembuluh dara syaraf lokal dan/atau global,
koroner yang muncul mendadak,
USA: 14 juta penduduk
mengalami PJK progresif dan cepat.
Kasus baru: 1,5 juta pertahun
Sekitar 200.000 kematian
pertahun akibat PJK
Sekitar 50% kematian di USA
akibat penyakit kardiovaskuler
(serangan jantung dan stroke)
Faktor Risiko PJK & Stroke
1. Pencegahan primer
Health education (faktor risiko dan tanda, gejala
stroke)
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
gaya hidup yang berkaitan dengan faktor risiko
Pencegahan (2)
2. Pencegahan sekunder
therapeutic window
pengobatan yang tepat sesuai tipe strokenya.
3. Pencegahan tersier
rehabilitasi
family support
KANKER
Puskesmas RS Puskesmas RS
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14]
Total 2243 21 10 1 2 40 9 14 3 3 2
Keterangan:
Kabupaten yang melaksanakan deteksi dini ada 7 Kab/Kota: Kota Ambon, Buru,
Aru, Seram Bagian Barat, Tual, Maluku Tenggara, dan Buru Selatan
Pemeriksaan SADARI
&
CBE (Clinical Breast Examination)
Asma adalah
gangguan inflamasi kronik jalan napas
yang melibatkan berbagai sel inflamasi
dan elemennya yang berhubungan dengan
hiperreaktivitas bronkus sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak, rasa berat di dada
dan batuk yang timbul terutama pada
malam atau dini hari yang bersifat
reversible (dapat membaik) dengan atau
tanpa pengobatan.
PPOK
Penyakit Paru Obstruktif
kronik (PPOK) adalah Partikel atau gas berbahaya
penyakit paru kronik yang yang utama adalah asap
umumnya dapat dicegah dan rokok. Gas berbahaya
diobati ditandai dengan lainnya adalah debu, bahan
adanya keterbatasan aliran kimia di tempat kerja, asap
udara dalam saluran napas dapur. PPOK timbul pada
yang persisten dan progresif, usia pertengahan (di atas 40
yang berhubungan dengan
tahun) akibat kebiasaan
meningkatnya respon
inflamasi kronik pada
merokok dalam jangka
saluran napas dan parenkim waktu yang lama
paru karena paparan partikel
atau gas berbahaya.
FAKTOR RISIKO ASMA
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
menetap
Usia
Jenis kelamin
Defisiensi a-1 antitripsin,
Gangguan pengeluaran hasil metabolisme,
Gangguan bersihan mukosilier,
Respons imunologis individu
Pertumbuhan dan perk.embangan paru dikaitkan dengan masa kehamilan,
berat badan lahir dan pajanan masa anak
Penyakit penyerta (komorbiditas)
Riwayat infeksi pernapasan berat sejak usia dini, berulang dan tidak tuntas
mempunyai rlsiko terjadinya PPOK melalui penurunan faal paru
Stress oksidatif, sebagai respons tubuh terhadap hasil pajanan polutan
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA
EDUKASI
PENGURANGAN
Karena keterbatasan obat-obatan yang
tersedia dan masalah sosiokultural PAJANAN FAKTOR
lainnya, seperti keterbatasan tingkat RISIKO
pendidikan dan pengetahuan, Pengurangan pajanan asap
keterbatasan ekonomi dan sarana
rokok, debu pekerjaan, bahan
kesehatan, maka edukasi di Puskesmas
kimia, dan polusi udara indoor
ditujukan untuk mencegah
bertambah beratnya penyakit maupun outdoor, termasuk asap
dengan cara mengunakan obat yang dari memasak merupakan
tersedia dengan tepat, tujuan penting untuk mencegah
menyesuaikan keterbatasan timbul dan perburukan PPOK
aktivitas, serta mencegah
eksaserbasi
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
T Tanyakan
T Telaah
T Tolong dan nasehati
T Tindak Lanjut
Layanan Upaya Berhenti Merokok
Posbindu/Sekolah:
Mendeteksi faktor risiko merokok
Mengajak untuk berhenti merokok
Merujuk ke FKTP untuk layanan UBM
FAKTOR RISIKO
TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI DAPAT DIMODIFIKASI
Usia 40 tahun Kegemukan (BB > 120% BB Idaman
Ada riwayat keluarga DM atau IMT > 23kg/m persegi) dan LP
Riwayat perna menderita DM Kurangnya aktivitas fisik
gestasional Hipertensi, TD > 140/90 mmHg
Riwayat BB lahir rendah, BB < 2500 Riwayat dislipidemia, kadar lipid (HDL
gram 35 mg/dL dan atau trigliserida 250
mg/dL)
Memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular
Diet tidak sehatn dengan tinggi gula
dan rendah serat.
Merokok
WHO, 2014 menduduki peringkat kedua tertinggi
Data sample registration system Indonesia, 2014
DM tipe II dan komplikasinya merupakan penyebab
kematian nomor 3 di Indonesia yakni 6,7%
Riskesdas,2013prevalensi nasional DM tipe II
untuk usia 15 tahun sebesar 6,9%
Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia
H
Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik
lainnya
PENGERTIAN
PENGLIHATAN
PERMADI: periksa mata sendiri
PENDENGARAN
DENGAR DGN TES SUARA
DETEKSI DINI TAJAM PENGLIHATAN
DI POSBINDU OLEH KADER
TERIMA KASIH