Anda di halaman 1dari 6

AYU CAHYA KUMALA

DEBBY TRI YUSVITAFANI

KASUS
RUSLI ZAINAL
Mahkamah Agung (MA) memperberat
hukuman terdakwa kasus korupsi PON
Riau, Rusli Zainal dari 10 menjadi 14
tahun penjara. Melalui putusan yang
diketuk, Senin (17/11) sore itu, MA juga
mencabut hak politik mantan gubernur
Riau tersebut.

Dia terbukti melakukan tindak pidana


korupsi dalam menggunakan
wewenangnya sebagai Gubernur pada PON
2012, kata anggota hakim majelis kasasi
Krisna Harahap.
Duduk sebagai ketua majelis hakim kasasi
Artidjo Alkostar bersama dua anggota, Krisna
Harahap dan Mohammad Askin.
Menurut Krisna, majelis hakim memutuskan
membatalkan vonis Pengadilan Tinggi Riau dan
mengembalikan vonis pengadilan tingkat
pertama yang menghukumnya selama 14 tahun
penjara.
Putusan MA, lanjut Krisna, mengakomodir
tuntutan jaksa yang menginginkan penambahan
hukuman kepada Rusli. Lantaran semua
argument dalam dakwaan jaksa sudah terbukti.
Selain menghukum 14 tahun penjara, Rusli juga
dikenakan denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan.
Sementara pencabutan hak politik Rusli
diputuskan mengingat posisi Rusli sebagai
pejabat publik. Namun, melakukan tindakan
melanggar hukum melalui korupsi.
Oleh karena itu majelis hakim memutuskan
mencabut hak politik Rusli sehingga dia tidak
bisa dipilih sebagai pejabat publik, ungkapnya.
Rusli terbukti menyalahgunakan wewenang
dengan mengeluarkan izin kehutanan terhadap
sembilan perusahaan yang merugikan negara Rp
265 miliar.
Dia juga terbukti melakukan korupsi bersama-sama
dalam kasus PON dengan memberi uang kepada
sejumlah anggota DPR sebesar Rp 900 juta. Dia juga
menerima uang Rp 500 juta dari kontraktor
pembangunan venue PON.
Sebelumnya, di tingkat pengadilan tindak pidana
korupsi, majelis hakim memutuskan hukuman 14
tahun penjara kepada Rusli Zainal atas dua kasus,
yakni PON Riau dan korupsi kehutanan. Rusli juga
diwajibkan membayar denda Rp 1 miliar subsider 6
bulan penjara.
Namun, pada 7 Agustus 2014, Pengadilan Tinggi
Riau mengurangi masa tahanan Rusli Zainal 4 tahun
dalam putusan banding dalam kedua kasus tersebut.
Sidang putusan itu digelar Pengadilan Tinggi
Pekanbaru pada 24 Juli 2014. Adapun pertimbangan
hakim adalah Rusli Zainal bukan merupakan aktor
utama dalam perkara PON Riau.

Anda mungkin juga menyukai