Anda di halaman 1dari 47

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT

Kelompok 3
Denny Tanesab
Maria M B Soge
Maria Emerensiana
Noerbaiti Atu
Ni Wayan Suwandani
Sherly Y ovita Talinati
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus.
Rumah Sakit Umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C; dan
d. Rumah Sakit Umum Kelas D.Rumah sakit tipe
ini terdiri dari RSU kelas D dan kelas D
pratama.
Rumah Sakit Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B; dan
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
PENETAPAN KLASIFIKASI RUMAH
SAKIT,didasarkan pada:
a. pelayanan;
b. sumber daya manusia;
c. peralatan; dan
d. bangunan dan prasarana.
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit
Umum Kelas A paling sedikit meliputi:
a. pelayanan medik;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan;
d. pelayanan penunjang klinik;
e. pelayanan penunjang nonklinik; dan
f. pelayanan rawat inap.
Pelayanan medik terdiri dari:
a). pelayanan gawat darurat;
b). pelayanan medik spesialis dasar;
c). pelayanan medik spesialis penunjang;
d). pelayanan medik spesialis lain;
e). pelayanan medik subspesialis; dan
f). pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
Pelayanan gawat darurat, harus diselenggarakan 24 (dua
puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
Pelayanan medik spesialis dasar, meliputi pelayanan penyakit
dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.
Pelayanan medik spesialis penunjang, meliputi pelayanan
anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi,
dan rehabilitasi medik.
Pelayanan medik spesialis lain meliputi pelayanan
mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa,paru, orthopedi, urologi, bedah
syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.
Pelayanan medik subspesialis, meliputi pelayanan
subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit
dalam, kesehatan anak,obstetri dan ginekologi,
mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi,
bedah syaraf, bedah plastik, dan gigi mulut.
Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut
meliputi:pelayanan bedah mulut,
konservasi/endodonsi,
periodonthi,orthodonti, prosthodonsi,
pedodonsi dan penyakit ,mulut.
Pelayanan kefarmasian meliputi: pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dan pelayanan farmasi
klinik.
Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi:
asuham keperawatan dan kebidanan.
Pelayanan penunjang klinik meliputi: pelayanan
bank darah, perawatan intensif untuk semua
golongan umur dan jenis kelamin, gizi,
sterilisasi instrumen dan rekam medik.
Pelayanan non klinik meliputi: pelayanan
laundry (linen), jasa boga/dapur, tekhnik dan
pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,
gudang, ambulance, sistem informasi dan
komunikasi, pemulasaraan jenazah,
penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas
medik dan pengelolaan air bersih.
Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan
fasilitas sebagai berikut:
a. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling
sedikit 30% dari jumlah tempat tidur untuk
RS milik pemerintah.
b. Jumlah tempat tidur perawatan kelas 3 paling
sedikit 20% dari jumlah tempat tidur untuk
RS milik swasta.
c. Jumlah tempat tidur perawatan
intensifsebanyak 5% dari jumlah tempat tidur
untuk RS milik pemerintah dan RS milik
swasta.
SUMBER DAYA MANUSIA RSU KELAS A,terdiri dari:
A. Tenaga medis
1) 18 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
2) 4 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
3) 6 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar
4) 3 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang
5) 3 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut
6) 2 dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medis subspesialis
7) 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut
B. Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:
1). 1 apoteker sebagai kepala instalasi farmasi RS.
2) 5 apoteker bertugas dirawat jalan yang dibantu oleh 10 orang
Tenaga tekhnis kefarmasian (TTK).
3) 5 apoteker dirawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 orang
TTK
4) 1 apoteker IGD dibantu oleh 2 TTK.
5) 1 apoteker diruang ICU dibantu oleh 2 TTK.
6) 1 apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi
yang rangkap melakukan pelayanan farmasi klinis dirawat jalan
/rawat inap yang dibantu oleh TTK yang jumlahnya sesuai dengan
beban kerja pelayanan kefarmasian RS.
7) 1 apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap/rawat jalan dan
dibantu oleh TTk yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian RS
C. Tenaga keperawatan, sama dengan jumlah
tempat tidur pada instalasi rawat inap.
Jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan RS.
D. Tenaga kesehatan lain dan Tenaga non
Kesehatan
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga non kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan RS.
SUMBER DAYA MANUSIA RSU KELAS B,terdiri dari:
A. Tenaga medis
1) 12 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
2) 3 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
3) 3 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar
4) 2 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang
5) 1 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis lain
6) 1 dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan
medis subspesialis
7) 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut
B. Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:
1). 1 apoteker sebagai kepala instalasi farmasi RS.
2) 4 apoteker bertugas dirawat jalan yang dibantu oleh 8
orang Tenaga tekhnis kefarmasian (TTK).
3) 4 apoteker dirawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
orang TTK
4) 1 apoteker IGD dibantu oleh 2 TTK.
5) 1 apoteker diruang ICU dibantu oleh 2 TTK.
6) 1 apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang rangkap melakukan pelayanan farmasi klinis
dirawat jalan /rawat inap yang dibantu oleh TTK yang
jumlahnya sesuai dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian RS.
7) 1 apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat
inap/rawat jalan dan dibantu oleh TTk yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian RS
C. Tenaga keperawatan, sama dengan jumlah
tempat tidur pada instalasi rawat inap.
Jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan RS.
D. Tenaga kesehatan lain dan Tenaga non
Kesehatan
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga non kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan RS.
SUMBER DAYA MANUSIA RSU KELAS C,terdiri dari:
A. Tenaga medis
1) 9 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
2) 2 dokter gigi untuk pelayanan medik gigi mulut
3) 2 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis dasar
4) 1 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis penunjang
5) 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut
B. Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:
1). 1 apoteker sebagai kepala instalasi farmasi RS.
2) 2 apoteker bertugas dirawat inap yang dibantu
oleh 4 orang Tenaga tekhnis kefarmasian
(TTK).
3) 4 apoteker dirawat inap yang dibantu oleh paling
sedikit 8 orang TTK
4) 1 apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi dan produksi yang rangkap melakukan
pelayanan farmasi klinis dirawat jalan /rawat
inap yang dibantu oleh TTK yang jumlahnya
sesuai dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian RS.
C. Tenaga keperawatan, dihitung dengan
perbandingan 2 perawat untuk 3 tempat
tidur.
D. Tenaga kesehatan lain dan Tenaga non
Kesehatan
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga non kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan RS.
SUMBER DAYA MANUSIA RSU KELAS D,terdiri
dari:
A. Tenaga medis
1) 4 dokter umum untuk pelayanan medik dasar
2) 1 dokter gigi untuk pelayanan medik gigi
mulut
3) 1 dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar
B. Tenaga kefarmasian, paling sedikit terdiri atas:
1). 1 apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
RS.
2) 1 apoteker bertugas dirawat inap dan rawat
jalan yang dibantu oleh 2 orang Tenaga
tekhnis kefarmasian (TTK).
3) 1 apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi dan produksi yang rangkap
melakukan pelayanan farmasi klinis dirawat
jalan /rawat inap yang dibantu oleh TTK yang
jumlahnya sesuai dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian RS.
C. Tenaga keperawatan, dihitung dengan
perbandingan 2 perawat untuk 3 tempat
tidur.
D. Tenaga kesehatan lain dan Tenaga non
Kesehatan
Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga non kesehatan disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan RS.
Rumah sakit umum kelas D pratama didirikan dan
diselenggarakan untuk menjamin ketersediaan dan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat tingkat ke II.
Hanya dapat didirikan dan diselenggarakan diderah
tertinggal,perbatasan atau kepulauan dengan
ketentuaan peraturan perundang-undangan
Rumah sakit ini juga dapat didirikan di kabupaten atau
kota apabila memiliki kriteria sbb:
a. Belum tersedia RS dikabupaten/kota bersangkutan
b. RS yang telah beroperasi di kabupaten/kota yang
bersangkutan kapsitasnya belim mencukupi
c. Lokasi Rs yang telahberopersi sulit dijangkau secara
geografis oleh masyarakat setempat
Rumah Sakit khusus
Meliputi: RS khusus hanya dapat
Ibu dan anak menyelenggarakan pelayanan
Mata kesehatan sesuai bidang
kekhususannya dan bidang lain yang
Otak menunjang hal tersebut.
Gilut (gigi dan mulut)
Kanker Pelayanan RS khusus meliputi:
Jantung dan pembuluh darah I.Pelayanan medik paling sedikit terdiri
Jiwa dari
Infeksi paru A) IGD
THT B) Pelayanan medik umum
Bedah C) Pelayanan medik spesialis
Ketergantungan obat dasar
Ginjal D)Pelayanan medik spesialis dasar
dan sub spesialit
E) Spesialit Penunjang
2. Pelayanan Kefarmasian II. SDM paling sedikit tdd:
3.Pelayanan Keperawatan Tenaga medis
4.Pelayanan penunjang klinik Yang memiliki kewenangan
menjalankan praktek
5.Pelayanan penunjang non kedokteran sesuai UU
klinik - Tenaga Kefarmasiaan
dengan kualifikasi Apoteker
dan TTK dengan jumlah
sesuai kebutuhan
- Tenaga keperawatan dengan
kualifikasi dan kompetensi
sesuai standar
- Tenaga kesehatan lain dan
tenaga non kesehatan sesuai
dengan kebutuhan
INSTALASI FARMASI RUMAH
SAKIT
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
TUGAS INSTALASI FARMASI RUMAH
SAKIT
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:
1. menyelenggarakan, mengkoordinasikan,
mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan
profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi;
2. melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. melaksanakan pengkajian dan pemantauan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta
meminimalkan risiko;
4. melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan
Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan
pasien;
5. berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;
6. melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta
pengembangan Pelayanan Kefarmasian;
7. memfasilitasi dan mendorong tersusunnya
standar pengobatan dan formularium Rumah
Sakit.
FUNGSI INSTALASI FARMASI R.S
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai
a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan
Rumah Sakit;
b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara
efektif, efisien dan optimal;
c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada
perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku;
d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku;
f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian;
g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di
Rumah Sakit;
h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. melaksanakan pelayanan Obat unit
dose/dosis sehari;
j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai (apabila sudah
memungkinkan);
k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi
masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. melakukan pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan;
m. mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
2. Pelayanan farmasi klinik
a. mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep
atau permintaan Obat;
b. melaksanakan penelusuran riwayat
penggunaan Obat;
c. melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. memberikan informasi dan edukasi
penggunaan Obat baik berdasarkan Resep
maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga
pasien;
e. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi
masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
f. melaksanakan visite mandiri maupun bersama
tenaga kesehatan lain;
g. memberikan konseling pada pasien dan/atau
keluarganya;
h. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi Obat;
2) Pemantauan efek samping Obat;
3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD).
i. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. melaksanakan dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran Obat suntik
2) Menyiapkan nutrisi parenteral
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan
steril yang tidak stabil
k. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga,
masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit;
l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS).
TIM FARMASI DAN TERAPI(TFT)
Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim
Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit
kerja dalam memberikan rekomendasi kepada
pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan
penggunaan Obat di Rumah Sakit yang
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili
semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit,
Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus
dapat membina hubungan kerja dengan komite
lain di dalam Rumah Sakit yang
berhubungan/berkaitan dengan penggunaan
Obat.
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter
atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh
dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker,
namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka
sekretarisnya adalah dokter.
TFT harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk
Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali
dalam satu bulan.
TUGAS TFT
TFT mempunyai tugas:
1. mengembangkan kebijakan tentang
penggunaan Obat di Rumah Sakit;
2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang
akan masuk dalam formularium Rumah Sakit;
3. mengembangkan standar terapi;
4. mengidentifikasi permasalahan dalam
penggunaan Obat;
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan
penggunaan Obat yang rasional;
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat
yang Tidak Dikehendaki;
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication
error;
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan
penggunaan Obat di Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar
Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh
Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk
semua penulis Resep, pemberi Obat, dan
penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi
terhadap Formularium Rumah Sakit harus
secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.
TAHAP PROSES PENYUSUNAN
FORMULARIUM RUMAH SAKIT
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
a. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing
Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar
terapi atau standar pelayanan medik;
b. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas
terapi;
c. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi
dan Terapi (TFT), jika diperlukan dapat meminta
masukan dari pakar;
d. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim
Farmasi dan Terapi (TFT), dikembalikan ke masing-
masing SMF untuk mendapatkan umpan balik;
e. membahas hasil umpan balik dari masing-
masing SMF;
f. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam
Formularium Rumah Sakit;
g. menyusun kebijakan dan pedoman untuk
implementasi; dan
h. melakukan edukasi mengenai Formularium
Rumah Sakit kepada staf dan melakukan
monitoring.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk
Formularium Rumah Sakit:
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk
ratio) yang paling menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan
bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan
pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan
penerimaan oleh pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost
ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara
ilmiah dan aman (evidence based medicines)
yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan
terhadap formularium Rumah Sakit, maka
Rumah Sakit harus mempunyai kebijakan
terkait dengan penambahan atau
pengurangan Obat dalam Formularium Rumah
Sakit dengan mempertimbangkan indikasi
penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai