Anda di halaman 1dari 13

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Disusun Oleh :
Amelia Arning Puspita
Desi Kristivani Sianturi
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24.


Sebuah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk
mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia.
Sehingga, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia
dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di
luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi
hutang pajak yang ingin dibayar di Indonesia.

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24.


Merupakan besarnya pajak atas penghasilan dari luar negeri yang
dapat dikreditkan terhadap penghasilan WPDN
Pajak terhutang WPDN bersumber dari seluruh penghasilan (
penghasilan DN dan LN)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong


hutang pajak Indonesia adalah sebagai berikut:
Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
Pengalihan saham dan surat berharga lainnya;
Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan
Penggunaan harta-benda bergerak;
Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda
tidak bergerak;
Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan;
Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri;
Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah
perusahaan pertambangan;
Keuntungan dari pengalihan aset tetap;
Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk
usaha tetap (BUT).
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
Misalnya :

PT.Serba Usaha menerima dan memperoleh penghasilan neto dari


luar negeri dalam tahun 2009 sebagai berikut :
Hasil usaha di negeri Jerman dalam tahun 2009 sebesar Rp.700.000.000
sebagai penghasilan tahun 2009 (accrual basis)

Dividen dari Belanda untuk kepemilikan sahamn diABX Corp sebesar


Rp.500.000.000 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2007 yang
ditetetapkan RUPS tahun 2008 dan dibayarkan tahun 2009 sebagai
penghasilan tahun 2009 (cash basis)

Penghasilan Bunga semester II tahun 2009 sebesar Rp.350.000.000 dari


Bankok Bank di Thailand, bunga tersebut baru akan dibayar awal
Januari 2010 sebagai penghasilan tahun 2010 (cash basis)

Dividen dari Inggris atas kepemilikan saham diDEF Corp yang


diperjual belikan di Bursa Efek sebesar Rp.600.000.000 yaitu berasal dari
keuntungan tahun 2007 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
tahun 2009 sebagai penghasilan tahun 2009 (Kep. Menkeu)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Batas Maksimum Kredit Pajak adalah nilai yang terendah dari unsur 3
perhitungan berikut :
1. Jumlah pajak yang terhutang/dibayar diluar negeri
2. Jumlah pajak yang terhutang untuk seluruh penghasilan
3. (Penghasilan luar negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) X PPh
terhutang atas seluruh penghasilan (tarif pasal 17 UU PPh)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Contoh 1 :
PT.Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009
sebagai berikut :
1. Penghasilan luar negeri Rp.500.000.000 dengan tarif pajak 40%
2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.750.000.000,-

Besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah Rp.1.250.000.000,--

Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 )

1. PPh dibayar diluar negeri :


40% X Rp.500.000.000 = Rp.200.000.000,-
2. PPh terhutang sesuai tarif psl 17 :
28% X Rp.1.250.000.000 = Rp.350.000.000,-
3. PPh berdasarkan perbandingan :
500.000.000 : 1.250.000.000 X Rp.350.000.000,- = Rp.140.000.000

Besarnya kredit pajak (psl 24) adalah Rp.140.000.000,--


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Dalam hal penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara,


maka besarnya batas maksimum kredit pajak dihitung untuk masing
masing negara (per country limitation).

Contoh 2 :
PT.Dianawati memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.400.000.000,-- dengan
tarif pajak 20%.
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.500.000.000,-- dengan
tarif pajak 15%
3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp.350.000.000,--
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Jawaban contoh 2 :
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :
a) Penghasilan kena pajak Rp.1.250.000.000,--
b) PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--
c) Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :
- Negara A :
- PPh terhutang di negara A :
20% X Rp.400.000.000 = Rp. 80.000.000,-
- (400.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.112.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.80.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B :
15% X Rp.500.000.000 = Rp. 75.000.000,-
- (500.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.140.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.75.000.000,--

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.155.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Dalam hal usaha didalam negeri merugi , maka kerugian dapat


diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Contoh 3 :
PT.Findia memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :
1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan
tarif pajak 30%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan
tarif pajak 30%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25%
4. Kerugian usaha di Indonesia Rp.150.000.000,-
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Jawaban contoh 3 :
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 ) :
a) Penghasilan kena pajak Rp.1.250.000.000,--
b) PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--
c) Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :
Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 30% X Rp.800.000.000 = Rp.240.000.000,-
- (800.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.224.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.224.000.000,--

Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.168.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,--

Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.392.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Dalam hal penghasilan dalam negeri merupakan pendapatan yang


pajaknya bersifat final, maka penghasilan tersebut tidak dapat
diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.

Contoh 4 :

PT.Findia memperoleh penghasilan dalam tahun 2009 sbb :


1. Negara A, memperoleh penghasilan Rp.800.000.000,-- dengan
tarif pajak 30%
2. Negara B, memperoleh penghasilan Rp.600.000.000,-- dengan tarif
pajak 30%
3. Negara C, merugi sebesar Rp.150.000.000,- tarif pajak 25%
4. Keuntungan usaha di Indonesia Rp.250.000.000,-(termasuk
pendapatan bunga deposito Rp.100.000.000)
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Jawaban contoh 4 :
Penghitungan Kredit Pajak Yang Diperbolehkan (PPh Pasal 24 )
a) Penghasilan kena pajak Rp.1.250.000.000,--
b) PPh terhutang (sesuai tarif pasal 17)
28% X Rp.1.250.000.000 Rp.350.000.000,--
c) Batas maksimum kredit pajak (pph psal 24) masing-masing negara :
Negara A :
- PPh terhutang di negara A : 30% X Rp.800.000.000 = Rp.240.000.000,-
- (800.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.224.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara A adalah Rp.224.000.000,--

- Negara B :
- PPh terhutang di negara B : 30% X Rp.600.000.000 = Rp.180.000.000,-
- (600.000.000/1.250.000.000 X Rp.350.000.000) = Rp.168.000.000,-
Besarnya PPh pasal 24 di negara B adalah Rp.168.000.000,--

- Negara C : Nihil

Total PPh pasal 24 adalah sebesar Rp.392.000.000,-


PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Cara melaksanakan kredit pajak luar negeri adalah WP


menyampaikan permohonan kepada Direktur Jendral Pajak
bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh dengan
melampirkan :

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri


2. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan diluar
negeri
3. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri

Anda mungkin juga menyukai