Anda di halaman 1dari 12

PARACETAMOL

DI SUSUN OLEH

AYU KURNIAWATI
DINDA ARLIANA
HERLIKA YUNI FATONAH
PUTRI ARY SASONGKO
RESTI RANA YULIANI
PENGERTIAN PARASETAMOL
Parasetamol (asetaminofen) merupakan
obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis
prostaglandin terutama di Sistem Syaraf
Pusat, Parasetamol (asetaminofen)
mempunyai daya kerja analgetik,
antipiretik, tidak mempunyai daya kerja
anti radang dan tidak menyebabkan
iritasi serta peradangan lambung
SIFAT FISIKA DAN KIMIA
PARASETAMOL
Sinonim : 4-Hidroksiasetanilida
BeratMolekul : 151.16
Rumus Empiris : C8H9NO2.
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau,
rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam
NaOH 1N; mudah larut dalam etanol.
Jarak lebur : Antara 168 dan 172.
FARMAKODINAMIK PARASETAMOL

Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin


serupa dengan Salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga juga berdasarkan
efek sentral seperti salisilat
FARMAKOKINETIK PARASETAMOL
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu jam
tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma,
25% parasetamol terikat oleh protein plasma.
Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom
hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi
dengan asam glukuronat dan sebagian kecil
laiinya dengan asam sulfat.
DOSIS PARASETAMOL
Parasetamol tablet
Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3
4 kali sehari.
Anak-anak 6 12 tahun : 1, tablet 3 4 kali
sehari.
Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml
Anak usia 0 1 tahun : sendok takar (5 mL), 3
4 kali sehari.
Anak usia 1 2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3
4 kali sehari.
Anak usia 2 6 tahun : 1 2 sendok takar (5 mL),
3 4 kali sehari.
Anak usia 6 9 tahun : 2 3 sendok takar (5 mL),
EFEK SAMPING
Reaksi alergi terhadap derivate para-
aminofenol jarang terjadi.
Manifestasinya berupa eritem atau
urtikaria dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa.
Fenasetin dapat menyebabkan
anemia hemolitik, terutama pada
pemakaian kronik
LUKA INTRASEL & MEKANISME PARASETAMOL
GAMBARAN KLINIS
Gejala keracunan paracetamol dapat
terdiri dari 4 fase :
Fase 1
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak
menentu pada tubuh yang tak nyaman (malaise) dan banyak
mengeluarkan keringat.
Fase 2
Pembesaran liver (Hepatomegali), peningkatan bilirubin dan
konsentrasi enzim hepatik, waktu yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah menjadi bertambah lama dan kadang-
kadang terjadi penurunan volume urin.
GAMBARAN KLINIS
Fase 3
Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari setelah munculnya
gejala awal) serta terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak
kuning karena terjadinya penumpukan pigmen empedu di kulit, membran
mukosa dan sklera (jaundice), hipoglikemia, kelainan pembekuan darah,
dan penyakit degeneratif pada otak (encephalopathy). Pada fase ini juga
mungkin terjadi gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi
pada jantung (cardiomyopathy).
Fase 4
Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan
progresif dapat terjadi sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC) dan kematian.
ANTIDOTUM
N-asetilsistein merupakan antidotum terpilih
untuk keracunan Parasetamol. N-asetil-sistein
bekerja mensubstitusi glutation, meningkatkan
sintesis glutation dan mening-katkan konjugasi
sulfat pada parasetamol. N-asetilsistein sangat
efektif bila diberikan segera 8-10 jam yaitu
sebelum terjadi akumulasi metabolit.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai