Anda di halaman 1dari 30

Armando Salulinggi

2015-083-050
Learning Objectives

1. Menjelaskan Anatomi, Histologi dan Fisiologi organ THT


2. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit dengan gejala pilek
3. Menjelaskan mekanisme dasar alergi tipe I pada organ THT
4. Menjelaskan perubahan histopatologis jaringan pada organ THT pada
reaksi alergi tipe I
5. Menjelaskan gejala dan tanda akibat reaksi alergi tipe I pada organ THT
6. Menjelaskan cara penatalaksanaan penyakit-penyakit pada organ THT
yang menyebabkan gejala pilek
1. Histologi, Anatomi dan Faal
organ THT.

Vestibulum Nasi
Paling depan, melebar
Morfologi :
Lapisan tanduk
Kelenjar sebasea
Kelenjar keringat
Rambut (vibrissea) pendek, tebal,
menyaring partikel2 yg msk melalui
inhalasi
Fossa Nasalis
Mukosa ditutupi oleh epitel respiratorius
Septum nasi dibtk o/ tulang rawan hialin
Bgn lateral konka
Kaya akan vaskularisasi

Konka :
Dibentuk o/ tlg rawan
Utk memperluas permukaan fossa nasalis
Udara inspirasi alami turbulensi partikel halus dpt ditangkap o/ mukosa yg basah
3 buah konka superior, medial, inferior
A. Mukosa
Terdiri dari :
Ep. Respiratorius pd
semua mukosa kec
konka superior

Ep. Olfaktorius pd
konka sup.
Epitel Olfaktorius
Epitel bertingkat dg 4 jenis sel

1. Sel olfaktorius
kemoreseptor penciuman
modifikasi neuron bipolar
inti sel lbh rendah dr inti sel
penyokong
apeks melebar, 6 - 8 silia yg
berfungsi sbg reseptor
vesikel olfaktorius sbbkan 2. Sel penyokong (Sustentakular sel)
apikal sel terlihat menonjol Bentuk torak, warna coklat (pigmen)
zonula adheren & zonula
occluden pd bgn lateral sel Apeks melebar, mikrovili
Mikrovili & seluruh permukaan ditutupi o/
cairan serosa
3. Sel basal
Sel kecil btk sferis sampai
konus
Pd dasar epitel
Membelah &
berdiferensiasi menjadi sel
olfaktorius & penyokong
Cabang2 sitoplasma

4. Sel sikat (brush cell)


Jarang
Sel torak, mikrovili panjang
Epitel respiratorius

1. Sel silindris bersilia sel yang terbanyak.


2. Sel goblet mukosa juga banyak dijumpai di sejumlah area epitel respiratorik
3. Sel sikat (brush cells) tipe sel silindris yang lebih jarang tersebar dan
lebih sulit ditemukan
4. Sel granul kecil memiliki banyak granul padat berdiameter 100-300 nm.
Seperti sel sikat, sel-sel ini membentuk sekitar 3% total sel dan merupakan
bagian sistem neuroendokrin.
5. Sel basal sel bulat kecil pada membran basal tetapi tidak meluas sampai
permukaan lumen epitel, merupakan sel punca yang membentuk jenis sel
lain.
B. Lamina propria

Yg ditutupi o/ ep respiratorius :
Dibtk o/ jar ikat fibroelastis
Pleksus venosus besar (swell bodies)
Melekat pd perikondrium a/ periosteum

Yg ditutupi o/ ep olfaktorius
Terdpt kel Bowman kel tubuloalveolar
dan hasilkan sekret seromukous

Fungsi sekret
Bersihkan bgn apikal epitel olfaktorius
Singkirkan zat yg merangsang pd ep torak
Reseptor selalu siap terima rangsangan
Patomekanisme Penyakit dengan Gejala Pilek
Patomekanisme Penyakit dengan Gejala Pilek
Virus Masuk

Gejala
Muncul
Inkubasi 2- 2-3 hari
3 hari Inflamasi pada
jaringan hidung

Peningkatan produksi
mukus

Sakit tenggorokan, bersin, mata Hidung tersumbat dan


Puncak tingkat berair, batuk dan pilek sulit bernapas
keparahan gejala

Gejala berangsur
pulih sembuh Sakit kepala dan
total lemah

Demam
Respon
(101F) =
tubuh
38,3C
Mekanisme Dasar Alergi Tipe 1 Pada Organ THT
Mekanisme Dasar Alergi Tipe 1 Pada Organ THT
Aktivasi eosinophil
IL-5 (histamine)
Hipersensitif tipe
1

Proliferasi sel goblet Gejala kongesti


IL-9 dan sel mast di jalur saluran napas pada
Properti antigen napas
Ig E reaksi alergi
pada MHC II yang
alergenik (spesifik
allergen)

Sitokin
Sel Mast peka
terhadap alergen
Dosis antigen yang IL-4 Ig isotype switching IL-13
relative rendah
cenderung memicu
pembentukan Th2
Aktivasi
APC sel B

Paparan sitokin
Nave CD4 (IL-4 akan
Antibodi
merangsang (Ig E)
pembentukan Th2)

Th 2
Daerah terjadinya
reaksi (mukosa
saluran pernapasan
dan saluran cerna
mendukung
pengeluaran Ig E)
Perubahan Histopatologi
Jaringan pada Alergi Tipe 1
Reaksi Inflamasi pada jaringan
Mediator reaksi Hipersensitivitas tipe I

Reaksi Hipersensitivitas
Tipe I (Anafilaktik)

Onset Sistemik Berperan pending adalah


cepat dan Lokal sel mast, basophil dan Ig E

Lokal dermatitis, rhinitis,


Faktor Sistemik
conjungtiviitis, asma,
pemicu shock
bronchiale, gastroenteritis

Penicillin injeksi,
serbuk bunga, bulu
binatang dan debu
rumah
Mediator Reaksi Anafilaktik

Primer : granula sel Mast dan Basofil


Histamin, adenosine, chemotactic factor,
enzyme dan proteoglycans
Sekunder : pemecahan membran
fosfolipid sel
Leukotrine (leuk. B4, C4 dan D4),
prostaglandin, PAF, Sitokin (TNF alfa, IL 1,
3, 4, 5, dan 6)
Mediator Sitokin yang mempengaruhi reaksi alergi tipe I
Tanda dan Gejala Alergi Tipe I
Tanda dan Gejala Alergi Tipe I
Rasa Gatal
Pemberian antigen protein
atau obat misal pinisilin

Urtikaria
Anafilaksis sistemik

Eritema kulit Vasodilatasi sistemik


Efek pada orang dengan
hipersensitifitas

Kesulitan bernapas Syok anafilaktik

Vomitus, kaku perut dan diare Kegagalan sirkulasi

Kematian
Kulit Paru GIT Laring (dalam beberapa menit)

Urtika Bronkokonstriksi Diare Edema Laring


Penatalaksanaan Penyakit-penyakit
yang menyebabkan Gejala Pilek

1. Terapi non-farmakologi
2. Terapi farmakologi :
a. Medikamentosa antihistamin, obat-obatan simpatomimetik,
kortikosteroid dan antikolinergik topikal
b. Operatif
c. Imunoterapi
Referensi

1. Bass E, Carey CW, Cobb A, Conner K, Cutter JA, Kelly EP, et al. Vol 1st.
Izenberg N, editor. USA: The Nemours Foundation; 2000.

2. Baratawidjaja KG. Imunologi dasar. Ed 6th. Jakarta: FKUI; 2004.

3. Marc D, Olson K. Hypersensitivity reactions and methods of detection. US:


Neuro Science Inc; 2009.

4. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays anatomy for students. USA:
Elsevier; 2007.

5. Mescher AL. Histologi dasar janqueira teks dan atlas. Ed 12th. Jakarta: EGC;
2011.

6. Abbas AK, Aster JC, Kumar V. Buku ajar patologi robbins. Ed 9th. Singapura:
Elsevier Saunders; 2015.

Anda mungkin juga menyukai