Anda di halaman 1dari 28

Dasar Teori

Epidemiologi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan
meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi
ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6 menjadi ke-3.
Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30
tahun keatas, dengan rata-rata sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura dengan angka
prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan
meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi
ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6 menjadi ke-3.
Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30
tahun keatas, dengan rata-rata sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura dengan angka
prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%.
Prevalensi
PREVALENSI PPOK MENURUT JENIS KELAMIN DAN NEGARA
Pria Wanita

22.20%

18.80%

16.70%
15.60% 15.40%

13.30%
12.70%
12.20%
11%

9.30%

Afrika Selatan Philipina Turki Polandia USA


Kasus
H. Sihabudin (53 thn) BB 60 kg masuk RS pada tanggal 17/10/17 dan dirawat selama 5 hari. Ia mengeluh
sesak saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, namun sesak sering kambuh. Pak Haji juga mengalami
mual. Pasien masih bisa buang air kecil dan besar. TD 160/100 mmHg, nadi 96 kali/menit, RR
dsypnew(sesak), T 37o C. Pasien sudah melakukan pemeriksaan cek lab. dan CT scan. Pemeriksaan rontgent
menyatakan terjadi pembesaran alveolus. Berdasarkan diagnosis Dokter, pak haji menderita COPD.
Data Lab Data lab 17/10/17 18/10/17 19/10/17 20/10/17

Hb (tinggi) 18,4 g/dL - - -


Leukosit 7.210 - - -
Trombosit 131.000 - - -
LED 15 - - -
SGOT 35 U/L - - -
SGPT 17 U/L - - -
Ureum 36,1 mg/dL - - -

Cr (agak tinggi) 1,43 mg/dL - - -

GDS (tinggi) 215 mg/dL - 174 mg/dL -

HbSAg - - - -
Data Klinik
TD (tinggi) 160/100 140/100 140/100 140/100

Nadi 96 90 90 90
RR 14 14 - -
T 37 36,8 36,8 36,8
Cont
Terapi pengobatan selama di rumah sakit Terapi pengobatan lanjutan selama di rumah

Infuse RL 20 tts/menit Aminophilin 150 mg


O2 4L/menit Metil prednisone 6 mg
Captopril 2x12,5 mg GG 2/3
KSR 1x1 (KCl2) Dextro 2/3
Furosemid iv 10 mg/ml (pagi) m.f.pulv dtd X
Digoxin 1x1 da in caps 3x1

Metil prednisone 1x 125 mg iv (malam)


Ciprofloxacin 2x 500 mg
Deskripsi SUBJEKTIF
Kasus Nama Pasien H. Sihabudin

Alamat lingsar

Usia 53 Tahun

BB 60 Kg

Tinggi 160 cm

Keluhan -Sesak saat beraktifitas ringan dan berkurang saat istirahat


- sesak sering kambuh
- mual (+) tapi tidak muntah
- BAB/BAK (+)

Riwayat penyakit keluarga - Hipertensi, Asma

Kebiasaan - perokok berat


- konsumsi alkohol
OBJEKTIF (17/10/17)
Cont DATA LAB HASIL NILAI NORMAL
(KemenKes RI, 2011)

Hb 18,4 % 13-18 g/dl (L) ; 12-16 g/dl (P)


Leukosit 7.210 3200-10.000/mm3
Trombosit 131.000 170.000-380.000/mm3
LED 15 L<15mm/jam ; P<20mm/jam
SGOT 36 5-35 U/L
SGPT 17 5-35 U/L
Ureum 36,1 mg/dl 12-36 mg/dl
Creatinin 1,43 mg/dl 0,6-1,3 mg/dL
GDS 215 mg/dl <140 mg/dl
Hb S AG -
DATA KLINIK
TD 160/100 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 96 x/menit 60-100x/menit
RR 14 bpm 12-20 bpm
T 37C 36,5-37,5 C
Cont Data lab 17/10/17 18/10/17 19/10/17 20/10/17

Hb (tinggi) 18,4 g/dL - - -


Leukosit 7.210 - - -
Trombosit 131.000 - - -
LED 15 - - -
SGOT 35 U/L - - -
SGPT 17 U/L - - -
Ureum 36,1 mg/dL - - -

Cr (agak tinggi) 1,43 mg/dL - - -

GDS (tinggi) 215 mg/dL - 174 mg/dL -

HbSAg - - - -
Data Klinik
TD (tinggi) 160/100 140/100 140/10 140/100
0
Nadi 96 90 90 90
RR 14 14 - -
T 37 36,8 36,8 36,8
Assesment
Pasien didiagnosa COPD (Chronic Obstruktif Pulmonary Diease). Pasien mengalami
keluhan sesak dan mual. Berdasarkan pemeriksaan rontgent, terdapat pembengkakan
pada alveolus menandakan kemungkinan adanya inflamasi.
TD pasien 160/100 mmHg (stage 2)
Pasien mengeluh sesak, sehingga kemungkinan terjadi kekurangan O2. Hal ini didukung
oleh kadar Hb yaitu 18,4 g/dL melebihi kadar normal (13-18 g/dL). Kadar Hb yang tinggi
terjadi ketika peningkatan produksi sel-sel darah merah sebagai upaya tubuh untuk
mengkompensasi kadar O2 yang rendah dalam darah yang dibutuhkan pasien.
Perhitungan nilai GFR
140
GFR = x BB
72

14053
= 60
72 1,43

= 50, 69 (stage 3 Gagal ginjal)


Kadar gula darah sewaktu melebihi kadar normal
Cont Assesment

DRP
Polifarmasi
Pasien mengalami komplikasi dimulai dari COPD, hipertensi, diabetes melitus serta gagal ginjal, sehingga
pengobatan yang diberikan sangat kompleks
Indikasi tanpa obat
Tidak diberikan obat untuk mengatasi COPD ketika pasien dirawat dirumah sakit. Kadar gula darah pasien
tinggi, namun tidak diberikan obat ADO.
Obat tanpa indikasi
Kadar leukosit pasien normal, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi infeksi namun pasien diberikan
antibiotic.
ADR
Ciprofloxacin dapat menyebabkan nefrotoxic
Obat tidak tepat
Pasien diberikan GG sebagai ekspektoran, sedangkan penggunaan GG terdapat peringatan pada pasien
DM dan hipertensi.
Plain
Pengobatan di rumah sakit
Infuse RL 20 tts/menit
O2 4L/menit
Agonis B2 kerja cepat, salbutamol (inhaler) 100 mc/semprot
Amlodipin 1x 5 m
KSR 1x1 (KCl2)
Furosemid iv 10 mg/ml (pagi)
Metil prednisone 1x 125 mg iv (malam)
Repaglinid 1x 2 mg
Pengobatan lanjutan di rumah
Salbutamol (inhaler) 100 mc/semprot
Ambroxol 3x 30 mg
Metil prednisone 6 mg

Amlodipin 1x 5 mg
Obat-Obat Rasional
1. Bronkodilator
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
- Golongan agonis beta - 2
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
- Golongan xantin

2. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
Antibiotika

Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan


Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N asetilsistein dapat diberikan pada PPOK dengan
eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin
Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.
Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi
oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot
maupun organ - organ lainnya.
Penghambat Glukosidase Alfa (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan. Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling sering ditemukan
ialah kembung dan flatulens.

Pemicu Sekresi Insulin


1. Sulfonilurea
2. Glinid
Peningkatsensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion
Penghambat glukoneogenesis
Metformin

DPP-IV inhibitor
Evaluasi obat-obat terpilih
1. Pengobatan di rumah sakit
a. Infuse RL 20 tts/menit
Indikasi : sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi.
KI :
Dosis : 20 tts/menit
Frekuensi :-
Durasi :-
Cara pemberian : infus
Interaksi obat :
Biaya :
b. O2 4L/menit
c. Agonis B2 kerja cepat, salbutamol (inhaler) 100 mc/semprot (Ventolin Inhaler)
Indikasi : meredakan asma ringan, sedang, akut atau berat. Penatalaksanaan dan pencegahan
serangan asma.
Dosis : 2,5-5 mg, 100 mcg salbutamol sulfat dalam setiap 1 kali semprotnya.
Frekuensi : maksimal 4 kali sehari
Durasi : 4-6 jam
Cara pemberian : Inhaler (MDI)
Interaksi obat :
- Amineptine, Amitriptyline, Amitriptylinoxide, Amoxapine, Atomoxetine, Clomipramine, Desipramine,
Dibenzepin, Doxepin, Imipramine, Iobenguane I 123, Levalbuterol, Lofepramine, Melitracen, Nortriptyline,
Opipramol, Protriptyline, Tianeptine, Trimipramine.
Biaya : 100 mcg/puff x 1 (Rp 84.000)
(MIMS Indonesia , 81 )
d. Furosemid iv 10 mg/ml (pagi) (Lasix)
Dosis : 20-40 mg iv
Frekuensi : 1-2 kali sehari
Durasi : 6 sampai 8 jam
Cara pemberian : Injeksi (iv)
Interaksi obat :
- Aminoglikosida, sisplatin : peningkatan ototoksisitas
- Aminoglikosida, sefaloridin: peningkatan nefrotoksisitas.
- Penghambat ACE: Penurunan tekanan darah secara tajam.
- Efek antagonism dengan indometasin
- Potensiasi efek dengan salisilat, teofilin, litium, relaksan
otot.
Biaya : Inj (amp) 20mg/2ml x 5 (Rp
50.068)
(MIMS Indonesia, hal 51)
a. Amlodipin 1x 5 mg
Indikasi : hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospatik.
KI : Hipersensitivitas
Dosis : dosis awal 1x5 mg. dosis maks sehari 1x10 mg.
Frekuensi : 1 dd 1
Durasi :
Cara pemberian : oral setelah makan
Interaksi obat :
- Amiodarone, atazanavir, ceritinib, clarithromycin, clopidogrel, conivaptan, cyclosporine,
dantrolene, digoxin, domperidone, droperidol, eliglustat, idelalisib, lacosamide, piperaquine,
simvastatin, tacrolimus, tegafur, dan telaprevir.
- Penggunaaan amlodipine dengan indinavir dapat meningkatkan potensi efek samping obat. Selain
itu, penggunaan amlodipine dengan simvastatin dapat meningkatkan risiko terjadinya miopati
Biaya : dus 30 tab (HNA 10mg Rp 34.545 dan 5 mg Rp 19.091)
(ISO, hal 286)
a. Metil prednisone 1x 125 mg iv (malam) (Medixon)
Indikasi : gangguan pernafasan
KI : infeksi jamur sistemik, imunisasi, laktasi
Dosis : dewasa 4-48 mg/hari (tablet)
Frekuensi :
Durasi :
Cara pemberian : oral, injeksi iv
Interaksi obat :
- AINS, antidiabetik, fenitoin, rifampisin, barbiturate, diuretic.
Biaya : vial 125 mg x 1 (Rp 60.000)
(MIMS Indonesia edisi 15, hal 155)
a. Repaglinid 1x 2 mg (Dexanorm)
Indikasi : DM tipe 2 dimana kondisi hiperglikemi tidak dapat dikontrol dengan diet dan
olahraga.
KI : ketoasidosis diabetikum dengan atau tanpa koma, DM tipe 1
Dosis : 1 atau 2 mg
Frekuensi :
Durasi :
Cara pemberian : 15-30 menit sebelum makan
Interaksi obat :
- Ketokonazol, mikonazol, eritromisin, rifampisin, barbiturate, karbamazepin, gemfibrozil, itrakonazol,
AINS, obat yang berikatan kuat dengan protein, salisilat, sulfonamide, kloramfenikol, kumarin,
probenesid, dll
Biaya : Rp 68.750
(MIMS Indonesia edisi 15, hal 246)
2. Pengobatan lanjutan di rumah
a. Salbutamol (inhaler) 100 mc/semprot (Ventolin Inhaler)
Indikasi : meredakan asma ringan, sedang, akut atau berat. Penatalaksanaan dan
pencegahan serangan asma.
Dosis : 2,5-5 mg, 100 mcg salbutamol sulfat dalam setiap 1 kali semprotnya.
Frekuensi : maksimal 4 kali sehari
Durasi :
Cara pemberian : Inhaler (MDI)
Interaksi obat :
- Amineptine, Amitriptyline, Amitriptylinoxide, Amoxapine, Atomoxetine, Clomipramine,
Desipramine, Dibenzepin, Doxepin, Imipramine, Iobenguane I 123, Levalbuterol, Lofepramine,
Melitracen, Nortriptyline, Opipramol, Protriptyline, Tianeptine, Trimipramine.
Biaya : 100 mcg/puff x 1 (Rp 84.000)
(MIMS Indonesia , 81 )
a. Ambroxol 3x 30 mg (Epexol)
Indikasi : sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis.
KI : Hipersensitivitas terhadap ambroxol
Dosis : 30 mg (tablet), 15mg/5 ml (sirup)
Frekuensi : 3 kali sehari 1 tab, 3 kali sehari 2 sdt (Dewasa dan >10 thn)
Durasi :
Cara pemberian : oral bersama makan, sebelum makan.
Interaksi obat : kortikosteroid, bronkodilator, antibiotik
Biaya : 30 mg x 10 x 10 (Rp 65.000) tablet, 15 mg/5ml x 120 ml x 1 (Rp 13.660)
(MIMS Indonesia edisi 15, 85)
a. Metil prednisone 6 mg (Medixon)
Indikasi : gangguan pernafasan
KI : infeksi jamur sistemik, imunisasi, laktasi
Dosis : dewasa 4-48 mg/hari (tablet)
Frekuensi :
Durasi :
Cara pemberian : oral, injeksi iv
Interaksi obat :
- AINS, antidiabetik, fenitoin, rifampisin, barbiturate, diuretic.
Biaya : vial 125 mg x 1 (Rp 60.000)
(MIMS Indonesia edisi 15, hal 155)
a. Amlodipin 1x 5 mg
Indikasi : hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospatik.
KI : Hipersensitivitas
Dosis : dosis awal 1x5 mg. dosis maks sehari 1x10 mg.
Frekuensi : 1 dd 1
Durasi :
Cara pemberian : oral setelah makan
Interaksi obat :
Biaya : dus 30 tab (HNA 10mg Rp 34.545 dan 5 mg Rp 19.091)
(ISO, hal 286)
a. Repaglinid 1x 2 mg (Dexanorm)
Indikasi : DM tipe 2 dimana kondisi hiperglikemi tidak dapat dikontrol dengan diet dan olahraga.
KI : ketoasidosis diabetikum dengan atau tanpa koma, DM tipe 1
Dosis : 1 atau 2 mg
Frekuensi : 1 dd 1
Durasi :
Cara pemberian : 15-30 menit sebelum makan
Interaksi obat :
- Ketokonazol, mikonazol, eritromisin, rifampisin, barbiturate, karbamazepin, gemfibrozil, itrakonazol, AINS,
obat yang berikatan kuat dengan protein, salisilat, sulfonamide, kloramfenikol, kumarin, probenesid, dll
Biaya : Rp 68.750
(MIMS Indonesia edisi 15, hal 246
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis riwayat pasien pada Rekam Medis pasien, maka dapat disimpulkan
bahwa pasien didiagnosa oleh dokter mengalami COPD dengan keluhan sesak saat beraktivitas dan
berkurang saat istirahat, dan sesak sering kambuh serta merasa mual. Pasien H. Sihabudin (53 thn)
BB 60 kg telah melakukan pemeriksaan lab dan CT-Scan torax dan menunjukkan terjadinya
pembesaran alveolus. Selain itu, hasil lab menunjukkan pasien mengalami hipertensi stage 2, DM,
dan Gagal Ginjal stage 3. Sehingga dokter meresepkan obat sehingga pasien bisa pulang setelah
dirawat selama 5 hari. Obat-obat yang dibawa pulang oleh pasien yaitu salbutamol inh, metal
prednisolon 6 mg, ambroxol 30 mg, amlodipin 5 mg, dan repaglinid 2 mg.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai